Membangkitkan Ruh dan Jiwa Seorang Guru

995

Jadilah teladan terbaik bagi para muridmu dan bekerja keraslah semaksimal mungkin untuk melahirkan generasi pejuang, generasi yang beradab, generasi yang cinta dengan ilmu, semangat dalam beramal dan berdakwah.

Lihatlah betapa tinggi derajatnya yang digapai oleh seorang guru, hingga Allah bershalawat kepadanya, begitu juga dengan para Malaikat-Nya dan begitupun dengan penduduk langit dan bumi senantiasa bershalawat kepada pengajar kebaikan.

“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya, para penghuni langit dan bumi, hingga semut di lubangnya dan ikan hiu, mengucapkan doa kepada pengajar kebaikan terhadap manusia.” (HR. Tirmidzi & Darimi).

Olehnya itu, teruslah bermuhasabah wahai para guru. Karena keputusan yang telah engkau pilih ini adalah profesi yang mulia. Maka muliakanlah, pantaskanlah dirimu menjadi guru sejati yang memiliki ruh, semangat dan jiwa yang bersih, ikhlas dan tulus serta menata diri dengan adab dan akhlak yang mulia.

Harus kita sadari bahwa guru hari ini sedang dilanda krisis adab dan akhlak, beberapa waktu lalu saya telah menulis tentang (Krisis adab guru dan murid) mengungkapkan berbagai data tentang krisisnya adab guru dan murid dengan berbagai macam kasusnya.

Sebab itu, para ulama telah memberikan perhatian yang sangat mendalam kepada setiap guru agar memiliki adab dan akhlak yang baik. Imam Al-Ghazali dalam Kitabnya Ihya Ulumuddin, seorang pengajar layaknya ‘pembesar’ di kerajaan langit, jika ia mempelajari suatu ilmu, kemudian mengamalkannya dan setelah itu mengajarkannya kepada orang lain dengan ikhlas.

Siapa saja yang menekuni tugas sebagai pendidik, berarti ia tengah menempuh suatu perkara yang sangat mulia. Oleh karena itu, ia harus senantiasa menjaga adab serta tugas yang menyertainya.

Adab yang pertama, sayang kepada para murid serta menganggap mereka seperti anak sendiri. Sebab seorang guru adalah Ayah yang sejati bagi murid-muridnya. Ini didasarkan pada sabda Rasulullah.

“Sesungguhnya posisiku terhadap kalian, laksana seorang Ayah terhadap anak anaknya.” (HR. Abu Dawud)

Menurut Imam Ghazali, jika seorang Ayah menjadi sebab atas keberadaan anak-anaknya pada kehidupan dunia yang fana ini, maka seorang guru justru menjadi sebab bagi bekal kehidupan murid-muridnya yang kekal di akhirat nanti. Dengan demikian, menjadi wajar apabila seorang murid tidak dibenarkan untuk membeda-bedakan antara hak guru dan hak kedua orang tuanya.

Adab yang kedua, meneladani Rasulullah dalam setiap konsep pengajarannya.

Adab yang ketiga, memberikan nasihat mengenai apa saja demi kepentingan masa depan murid-muridnya. Contoh, melarang mereka mencari kedudukan sebelum mereka layak untuk mendapatkannya. Juga melarang mereka menekuni ilmu yang tersembunyi (batin), sebelum menyempurnakan ilmu yang nyata (zahir).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here