Kopi Sehat UBM: Aqidah, Keyakinan Tanpa Basa-Basi

507

Oleh: Ustadz Buchory Muslim (Ketua Lembaga Komunikasi dan Penyiaran Islam PP PARMUSI, Direktur An-Nahl Institute Jakarta, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Ummat)

IKATAN iman atau aqïdah adalah keyakinan yang tak bisa ditawar. Ini bukan perkara yang boleh basa-basi. Harus dihargai dan dihormati oleh siapapun.

Sebagai orang Islam atau seorang Muslim, kita meyakini Tuhan hanyalah satu, yaitu Alláh ﷻ yang tidak punya anak maupun diperanakkan sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran surah Al-Ikhlash.

Sebagai orang beriman, kita dilarang untuk berbuat syirik, karena syirik adalah sebuah kezhaliman yang dahsyat. Syirik itu adalah mega kejahatan, pembangkangan yang sangat serius. Alláh ﷻ kabarkan dalam Al-Quran bagaimana Luqman mendidik anaknya:

 يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Hai anakku tersayang, janganlah berbuat syirik dengan Allàh, Sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kezhaliman yang besar,” (QS. Luqmán: 13)

Kita memang harus menghormati keyakinan yang berbeda dengan kita. Kita tak boleh mengganggu, tidak juga mencampuri apalagi hanya basa-basi untuk perkawanan dan kepentingan perut dan kekuasaan dunia penuh tipuan ini.

Toleransi sejatinya adalah saling menghormati, bukan saling mengikuti satu sama lain. Basa-basi dalam keyakinan adalah kemunafikan. Sangat hipokrit bahkan tingkat dewa!

Jadi, jika kita tidak ikut euforia mengucapkan selamat atas ritual orang lain dalam hal keyakinan, maka itulah prkatek pancasila sesungguhnya. Apalagi status aliran itupun tak jelas ‘jenis kelaminnya’. Wal’iyádzu billáh!

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

“Untukmu Agamamu, untukku Agamaku,” (QS. Al-Káfirun: 6).

Rasanya baru di era ini, agama sering jadi bulan-bulanan bahkan dugaan sangat kuat seperti tertuduh biang kejumudan serta batu sandungan kemajuan dalam versi pikiran picik ala penyembah plurisme dan penghamba liberalisme dalam bungkusan modernis sekularis.

Sangat disayangkan memang, karena Negara yang dalam pembukaan Undang-undang dasarnya mengakui dengan tegas bahwa atas berkat Rahmat Alláh Yang Maha Kuasa dalam meraih kemerdekaan bahkan lebih tegas lagi dalam Pasal 29 ayat 1 Negara berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, tetapi dalam prakteknya sangat jauh panggang dari api. Seperti jarak langit dan sumur bor di daerah gersang dan tandus, bukan saja bumi.

Dugaan ini semakin terang dan nyata, karena sebelum viral Mentri ‘semua Agama’ Yakut, mengucapkan selamat pada hari raya sebuah sekte yang selama ini nyaris tak terdengar, bahkan banyak yang bingung terkaget-kaget, ada petinggi partai berkuasa malah mengucapkan selamat serta mendoakan partai komunis China yang diduga kuat jelas ini melanggar hukum dan undang-undang yang berlaku di Negara dengan penduduk mayoritas Muslimin terbesar di dunia ini.

Kita berharap semoga dengan musibah panjang dan solusi inkonsistensi dan nyaris tidak konstitusional yang sedang berlangsung ini, membuat kita semua tergerak sadar bahwa kita bukannya semakin maju dan sejahtera malah bisa jadi mundur dan mati perlahan.

Innálilláhi wainná ilaihi ràji’un, sedih, marah dan rasanya ingin ‘ngamuk’, tapi apa daya. Alláhul Musta’àn…

والله أعلم وبارك الله فيكم

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here