Haedar Nashir Ditetapkan Sebagai Anggota Kehormatan Ikatan Sosiologi Indonesia

264

Muslim Obsession – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, telah diangkat sebagai Anggota Kehormatan Ikatan Sosiologi Indonesia.

Pengangkatan tersebut dilakukan seiring dengan acara Diskusi dan Bedah Buku “Jalan Baru Moderasi Beragama: Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir” di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa (23/4/2024).

Penyerahan simbolis dilakukan secara langsung oleh Arie Sudjito yang merupakan Wakil Rektor IV UGM sekaligus Ketua Ikatan Sosiologi Indonesia.

Ikatan Sosiologi Indonesia, lembaga profesi yang didirikan pada tanggal 14 Oktober 1989 di Jakarta, bertujuan untuk memajukan penyebaran, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu Sosiologi di Indonesia. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi Haedar Nashir dalam bidang Sosiologi.

Dengan penuh rasa hormat, Haedar Nashir menyatakan bahwa pengakuan ini merupakan suatu kehormatan baginya.

“Ini sebuah kehormatan bagi saya,” ucapnya.

Melalui penghargaan ini, diharapkan Haedar dapat terus berperan aktif dalam upaya-upaya pembangunan bangsa Indonesia.

Salah satu kontribusi yang signifikan dari Haedar adalah pandangannya tentang moderasi dalam konteks agama, bangsa, dan negara. Bagi Haedar, moderasi adalah salah satu ciri khas bangsa Indonesia. Sejarah membuktikan bahwa transisi dari Buddha dan Hindu ke Islam terjadi dalam suasana damai.

Menurut Haedar, Indonesia dengan berbagai latar belakang agama, ras, suku, warna kulit, dan bahasa memerlukan pendekatan yang inklusif dan solutif. Oleh karena itu, gagasan serta penerapan nilai-nilai moderasi Islam di Indonesia dianggap sebagai langkah yang sangat tepat.

Haedar menegaskan bahwa moderasi bukan hanya sekadar konsep, tetapi juga sebuah praktek yang dapat memperkuat persatuan dan kerukunan di tengah perbedaan. Dalam konteks Indonesia yang heterogen, moderasi menjadi landasan yang kokoh untuk menciptakan harmoni dan kemajuan bersama.

Konsep radikalisme dan deradikalisme tidak menyelesaikan persoalan, yang ada malah menciptakan radikalisme baru. “Indonesia perlu dibangun dengan pondasi moderat,” ucap Haedar.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here