Apa yang Dimaksud Haji Mabrur?

264
Menunaikan haji menjadi impian setiap muslim. (Foto: Muslim Obsession)

Muslim Obsession — Haji mabrur merupakan istilah yang sering kita dengar dalam konteks ibadah haji, namun tidak ada perumusan yang tegas dalam Al-Quran maupun Hadits yang menjelaskan dengan jelas apa yang dimaksud dengan kata tersebut.

Namun, jika kita menghubungkannya dengan ayat yang memerintahkan ibadah haji, dapat kita pahami bahwa haji yang mencapai hasil-guna dan daya-guna adalah haji yang dilakukan dengan ikhlas, tanpa berkata jorok, berbuat keji, merusak agama (fusuq), dan tidak pula bertengkar.

Ayat 197 surat Al Baqarah menyatakan, “(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya.” Dalam hadits juga disebutkan, “Siapa yang melakukan haji tanpa berkata jorok dan berbuat fasik, ia akan kembali seperti saat ia dilahirkan oleh ibunya.”

Namun, dari ayat dan hadits tersebut, tidak ditemukan definisi yang jelas tentang haji mabrur. Istilah ini muncul dalam hadits riwayat Bukhari Muslim, “Sebaik-baik amal adalah iman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian jihad di jalan Allah, kemudian haji mabrur.” Dalam hadits lain juga disebutkan, “Haji mabrur tidak memiliki balasan selain surga.”

Majelis Tarjih melakukan pemantauan terhadap hadis-hadis Nabi, namun tidak menemukan kualifikasi yang spesifik untuk istilah mabrur ini. Oleh karena itu, terdapat pendapat-pendapat dari para ulama.

Beberapa di antaranya menyebutkan bahwa mabrur adalah haji yang bersih dari jenis dosa dan dilakukan dengan konsistensi dalam menjalankan shalat dan kebajikan.

Pendapat lain mengatakan bahwa haji mabrur adalah haji yang tidak diikuti oleh perbuatan maksiat. Artinya, setelah menunaikan haji, seseorang tetap menjaga diri dan menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat.

Dalam mengungkap misteri haji mabrur, kita perlu memahami bahwa tujuan utama dari ibadah haji adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan ikhlas dan kesungguhan.

Oleh karena itu, selain melaksanakan tata cara haji dengan benar, kita juga perlu menjaga niat yang tulus, menjauhi perbuatan maksiat, dan terus berupaya meningkatkan kualitas ibadah kita.

Dengan kesungguhan dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah haji, semoga kita dapat meraih haji mabrur yang tidak hanya memberikan kepuasan lahiriah, tetapi juga menghasilkan keberkahan dan kesucian batiniah.

 

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here