Siksa Kubur dan Api Neraka Menanti

767
Ilustrasi: Ibu tua.

Oleh: A. Hamid Husain (Alumni Pondok Modern Gontor, King Abdul Aziz University, Ummul Qura University, dan Pembina Alhusniyah Islamic School)

Terkadang, setelah dewasa, hidup sukses, sibuk, tidak lagi peduli pada kedua Ayah dan Ibu.

Padahal kesuksesan hidup dan “kunci Surga” ada pada bakti anak pada kedua orangtuanya. Sebaliknya, keterpurukan hidup, siksa kubur dan api Neraka lah bagi mereka yang durhaka pada kedua orang tuanya.

Sungguh Allah SWT Memerintahkan berkali kali dalam Al-Quran, agar anak anak WAJIB memuliakan dan TAAT pada kedua orang tuanya.

BACA JUGA: Jangan Sampai Belum Juga Hafal Doa-Doa Ini

Ini ada kisah anak durhaka pada Ibu:

Keluarga melenial kaya, hidup modern, setelah pulang dari bersosialita, saat tiba di rumah, tercium bau aroma tidak sedap, agak pesing.

Di meja makan terlihat, ibu kandung sang isteri yang sudah sepuh sedang berusaha keras bisa menyapu dan membersihkan meja dan kursi.

Istri bersuara keras membentak ibunya dengan nada tinggi: “Ini pasti ulah ibu kan? Ibu ngompol di lantai ya?!” Dia marah dan geram berteriak keras: “Lihat tuh, meja kotor, makanan tercecer di mana-mana, lantai waduuuuuh, basah. Ibu…ibu! Ini rumah bukan gudang ibu!”

“Sudahlah mama, jangan bentak ibu seperti itu, kasian ibu kan sudah tua,” kata sang suami.

BACA JUGA: Lakukan Hal ini untuk Hindari Gangguan Makhluk Halus

“Tidak bisa begini terus menerus. Kalau tiba-tiba ada tamu yang datang, apa jadinya?” jawab sang istri. “Ibu, sebaiknya ibu siap-siap, besok kita bawa ibu ke panti jompo. Saya yang akan membawa ibu ke panti,” tandasnya.

“Jangan, Ma. Itu kan ibumu, ibu kandungmu, masa dibawa ke panti jompo?” sergah suaminya.

Singkat kisah, setelah Ibunya yang sudah tua itu dibawa ke panti jompo, istri merapikan kamar ibunya.

Di bawah kasur ia menemukan sebuah buku lusuh dengan kertas yang agak kuning kusam.Dia tertarik karena ada foto-foto dirinya sejak kecil dan remaja, di cover luar tertulis judul buku: “PUTRIKU BUAH HATIKU, CINTAKU & PERMATAKU”.

Sang istri terduduk lesu setelah membaca tulisan ibunya itu.

BACA JUGA: Doa Membuka Pintu-Pintu Rezeki Allah

Ini kisahnya dalam buku catatan ibunya, diawali hari dan tanggal lahir dia:

“Aku melahirkan putriku….biar terasa sakit dan mandi darah….aku bangga bisa punya anak. Ya…..aku bangga bisa berjuang tanpa suami yang telah mendahuluiku.

Aku rawat dengan cinta….aku besarkan dengan kasih….aku sekolahkan dengan air mata….aku hidupi dia dengan cucuran keringat.

Kuingat…..ketika kubawa ke klinik untuk imunisasi…..di atas angkot….dia nangis lalu kubuka kancing blus dan susui dia….aku takkan merasa malu….bahkan tiba-tiba dia kencingi aku…..tapi biarlah.

Tiba tiba dia batuk kecil…. muntah….dan basahi rokku.

Hari itu terasa indah bagiku….biarpun aku basah oleh kencing dan muntahannya….aku tetap tersenyum….. bangga sekali.

BACA JUGA: Anda Berusia 40 Tahun ke Atas? Perbanyak Hal Ini..

Kejadian itu berulang-ulang, beberapa kali.

Aku tak peduli apa kata orang di atas angkot…. asalkan putriku bisa tumbuh sehat….Itu yang utama bagiku”.

Sang istri, sambil membaca, ia mulai meneteskan air mata, hati terasa perih, dada sesak, badan gemetar.

Tiba tiba dia berteriak keras, meraung-raung sejadi-jadinya sambil berdiri setengah berlari ke garasi, “Ibuuuuuuu…ibuu!”

Suaminya kaget menyaksikan ulah istrinya dan bertanya, “Kenaapa, Maaaa, ada apaa?”

Sambil terisak isterinya menjawab, “Aku harus pergi menjemput ibuku, membawa kembali ibuku pulang ke rumah kita”.

BACA JUGA: Kaya karena Sering Berinfak

Tiba-tiba telpon berdering, diterima suaminya, meminta mereka segera datang ke panti secepatnya.

Mereka berdua, suami isteri buru-buru ke panti. Saat masuk, nampak tubuh ibu tua sudah lemah, sedang diperiksa dokter.

Sang isteri berteriak histeris sambil menangis menahan air mata: “Ibuuuuu…!!”

Ibunya lemah tanpa bersuara dan berusaha memeluk kepala anaknya seraya berbisik pelan dan bercucur air mata:

“Anakku, ibu bangga punya kamu, seluruh cinta kasih hanya buat kamu, Nak. Maafkan ibu. Iiiii…ibu saaayyyaaaang padamu,” ucap pelan si Ibu sambil memejamkan mata.

Sang ibu pun menghembuskan nafas terakhirnya, meninggal dengan damai.

Anaknya meraung-raung keras, menangis dan menyesal!

“Ibuu….ibuu…. aku minta ampun, Buu. Aku durhaka sama ibuu. Ampun…ampuni aku, Bu. Iiibuu…jangan tinggalkan aku, Bu. Ampuni aku ibu, aku menyesal ibu…”

BACA JUGA: Mampirlah ke “Heaven Park” Sekarang Juga

POINTERS:

1- Kalau orang tua masih ada, rawatlah dengan sepenuh hati, karena itulah kunci surgamu.

2- Kalau telah tiada, jangan pernah satu haripun terlewatkan tanpa mendoakan mereka.  Minimal, bacakan Surah Al-Faatihah dan surah-surah pendek lainnya setiap setelah shalat.

3- Sesal kemudian tak ada guna, hanya menyisakan keperihan, kekecewaan dan penyesalan yang luar biasa. Siksa kuburan dan siksa api neraka Jahannam pun menanti.

4- Mari hayati firman Allah SWT sebagai berikut:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ.  (سورة لقمان الاية ١٤)

“Dan Kami perintahkan kepada Manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya (ibu-bapaknya), ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tua ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah engkau akan kembali,” (QS. Lukman [31] ayat 14, halaman 412).

BACA JUGA: Jauhi Tiga Dosa Raksasa Ini Agar Hidup Tidak Runyam

Allah SWT juga berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا. (النساء الاية ٣٦)

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua,” (QS. An Nisaa [4] ayat 36, halaman 84).

Bahkan, anak dilarang untuk mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati orang tuanya.  Seperti kata “ah” untuk menolak saat dimintai tolong oleh orang tuanya. Larangan berkata ‘ah’ ini terdapat dalam QS. Al Isra 17, ayat 23, halaman 284:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Dan Allah, Tuhan mu telah Memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua Ibu-Bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik lagi santun. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan doakan; Yaa Allah, Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil’,” (QS Al-Israa’ [17] ayat 23-24, halaman 284).

Semoga Allah SWT senantiasa mengijabah doa-doa kita, dan menganugerahkan kita kemampuan untuk selalu berbakti, memuliakan dan mengutamakan ibu dan ayah.

Dan senantiasa pula Allah membimbing kita untuk selalu eling mengingat Allah, bersyukur dan beribadah dengan sebaik-baiknya pada Allah SWT.

اللهم اعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here