Saling Berkabar Baik

207
Happiness.

Oleh: H. Winarto AR bin Darmoredjo (Majelis Dakwah Edwin Az-Zahra)

Dalam Ensiklopedia Akhlak Muhammad, Mahmud al-Mishri menjelaskan, membiasakan diri untuk membawa kabar gembira untuk orang sekitar termasuk dari kesempurnaan iman.

Menyebarkan berita gembira tersebut di antara amal baik yang mendatangkan kebahagiaan kepada Muslim lainnya.

Dalam sebuah riwayat oleh Thabrani, dijelaskan bahwa manusia yang paling disukai allah adalah manusia yang paling bermanfaat dan amal yang paling disukai Allah adalah kamu mendatangkan kebahagiaan kepada Muslim.

BACA JUGA: Kecenderungan Mencari Keburukan Orang Lain

***

Ka’ab bin Malik ra, salah seorang sahabat yang dikenal piawai merangkai syair dan berdebat itu, pernah mendapat hukuman berupa pengasingan. Ia dikucilkan oleh seluruh warga Madinah selama 40 hari.

Sanksi itu ia peroleh lantaran pengakuannya yang jujur kepada Rasulullah, bahwa ia tidak ikut pergi berperang saat peristiwa Tabuk terjadi.

Ketidakikutsertaannya itu bukan atas sebab yang diperbolehkan oleh syariat. Selama perang berkecamuk, ia tidak melakukan aktivitas apa pun, selain berdiri diri di rumah.

“Ketika aku duduk seperti yang telah disebutkan Allah, jiwaku terasa sempit dan bumi yang kupijak seakan tidak kukenali,” ucapnya dalam sebuah riwayat.

BACA JUGA: Kemarin, Esok, dan Hari Ini

Hukuman yang ia jalani, dirasakannya berat, ia pun bersungguh-sungguh menuju pertaubatan.

Di suatu fajar, betapa gembiranya sosok yang berasal dari suku Khazraj itu. Ia mendengar berita gembira, meski samar.

Suara itu ia dengar dari ketinggian bukit Sala’ yang menyuruhnya bergembira, bahwa Rasulullah telah memberitahukan pertaubatannya telah diterima oleh Allah.

Kurang yakin pada informasi tersebut, ia pun lantas bergegas menghadap Rasulullah dengan segala keterbatasan. Bahkan dikisahkan, ia sempat meminjam dua helai pakaian kala itu.

Sepanjang perjalanan, orang-orang menemuinya secara berkelompok. Mereka mengucapkan selamat atas diterimanya taubat.

BACA JUGA: Kita Semua Menunggu Pulang

Sesampainya di Masjid Nabawi, ia mendapati Rasulullah sedang duduk dikelilingi sahabat lainnya. Thalhah bin Ubaidillah berdiri lalu menyalaminya sembari memberikan ucapan selamat.

Rasulullah menyerukan ke Ka’ab agar bergembira di hari yang paling baik tersebut.

“Bukan dariku, melainkan dari Allah,” titah Rasulullah dengan menampakkan wajah yang berseri-seri.

Kabar gembira serupa, meski dalam konteks dan kasus berbeda, juga diterima oleh orang-orang terdekat Rasulullah.

Kabar gembira pernah diterima oleh Khadijah, berupa rumah di surga yang terbuat dari mutiara. Istri termuda Rasulullah, Aisyah, memperoleh berita gembira saat Allah SWT membebaskannya dari hadits al-ifki, fitnah tentang perselingkuhan yang pernah dituduhkan padanya, padahal tudingan itu sama sekali tidak benar.

BACA JUGA: Gunakan Medsos untuk Kebaikan

Selain mereka berdua, sahabat Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan Bilal bin Rabah, pernah mendapat kehormatan dengan berita-berita gembira dari Rasulullah SAW.

Bisyarah, atau kabar gembira sesuai dengan arti harfiahnya. Dalam Mu’jam Maqayis Al-Lughah, Ibnu Faris menyebutkan arti kata itu bermakna terlihatnya sesuatu dengan indah. Bisa pula berarti member kabar gembira.

Hal yang sama juga ditekankan oleh Ar-Razi, secara umum, arti kata bisyarah digunakan untuk kabar baik. Jika kata tersebut dimaksudkan untuk keburukan dalam sebuah ayat, biasanya akan selalu disertai dengan keterangan tertentu, misal, ayat ke-21 surah Ali Imran.

Wallahu’alam…

 


#Apakah engkau suka hatimu menjadi lembut dan mendapatkan hajatmu (keperluanmu)? Rahmatilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makan kepadanya dari rezekimu, niscaya hatimu menjadi lembut dan niscaya kamu akan mendapatkan hajatmu.” (HR. ‘Abdurrazaq).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here