Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-26)

Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-26)
Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah) B. Nabi Yusuf di Mesir. 9. Mimpi masa kecil yang menjadi kenyataan. Setelah semua persiapan pindah pemukiman selesai, rombongan Nabi Ya’qub dengan anak, mantu dan cucu mulai berangkat. Sebelum berangkat, mereka berpamitan kepada penduduk seluruh perkampungannya di Hebron yang diantar dengan upacara karena kepindahan mereka ke tempat yang jauh, membuat tidak diketahui kapan mereka akan menengok atau kembali ke kampung halamannya. Perjalanan ini menjadi perjalanan bersejarah, dimana Israel dan anak cucunya harus meninggalkan tanah mereka, meninggalkan Baitul Maqdis, yang dijanjikan dan diberikan Allah kepada mereka. Keluarga Nabi Ya’qub cukup besar. Jumlah anak, mantu dan cucu semuanya ikut pindah. Bila dihitung dari naman nama seluruh keluarga Nabi Ya’qub yang ada di Kitab Kejadian, maka saat itu jumlahnya telah menjadi 66 orang, dan menjadi 70 orang bila ditambah dengan Nabi Yusuf,istri dan dua orang anaknya. Nabi Ya’qub memboyong keluarganya ke Mesir sekitar tahun 1881SM. Pada saat itu, tidak ada yang tersisa dari keluarga Nabi Ya’qub yang masih hidup yang tinggal di tanah Kanaan atau Baitul Maqdis. Bani Israel pertama kali berkembang di tanah Mesir. Rombongan ini berhenti sejenak di Beersheba, dimana Nabi Ya’qub kemudian menyembelih kurban sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-25) Di malam hari, Nabi Ya’qub kemudian shalat dan memohonkan ampunan kepada Allah atas perbuatan anak-anaknya. Dalam kitab Kejadian, diinformasikan bahwa Allah menjawab doanya dengan menyatakan bahwa Allah akan menyertai perjalanannya dan akan menjadikan keturunannya menjadi bangsa yang besar di tanah Mesir. Setelah tenaga pulih, kemudian rombongan ini melanjutkan perjalanannya. Akhirnya, mereka sampai di sekitar tanah Goshen di wilayah tepian delta sungai Nil dekat kota Avaris tidak jauh dari Memphis. Setelah beristirahat sejenak, Nabi Ya’qub mengutus Yehuda ke Memphi suntuk memberi tahu Nabi Yusuf bahwa bapaknya dan keluarganya telah sampai di Goshen. Nabi Yusuf kemudian membawa istri dan anak-anaknya yang diiringi pasukan pengawal pergi menjemput bapaknya. Sampai di Goshen, ketika dari kejauhan sudah dilihat bapaknya, Nabi Yusuf lalu turun dari keretanya dan berlari menuju bapaknya dan kemudian berpelukan erat saling menangis gembira melepas rindu. Kepada bapaknya, Nabi Yusuf berkata: “Masuklah kamu ke negeri Mesir, Insya Allah dalam keadaan aman,” (QS. Yusuf ayat 99). Dengan demkian Nabi Ya’qub telah mendapatkan kepastian dari penguasa Mesir bahwa dia bisa memasuki dan pindah ke negeri Mesir. Setelah beristirahat sejenak diperkemahan rombongan bapaknya, Nabi Yusuf kemudian mengajak Nabi Ya’qub, Lea dan sebelas saudaranya untuk masuk ke kota Memphis untuk menghadap ke Raja Mesir. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-24) Sampai di Memphis, sebelum ke istana raja, Nabi yusuf mengajak bapak, ibu dan saudara-saudaranya beristirahat di istananyaterlebih dahulu. Kemudian didudukkannya bapaknya disinggasanya, demikian pula ibunya didudukkannya di singgasana istrinya. Namun tiba tiba Nabi Ya’qub turun diikuti istrinya lalu membungkukkan badan dalam dalam kepada Nabi Yusuf. Perbuatan bapaknya ini kemudian diikuti oleh saudara-saudaranya. Melihat itu, Nabi Yusuf kemudian mengingatkan bapaknya atas mimpi masa kecilnya, dan mengatakan bahwa peristiwa ini adalah peristiwa dari takwil mimpinya dahulu kala yang Allah menjadikannya kenyataan (QS. Yusuf ayat 100), dan kemudian Nabi Yusuf mengucapkan syukur dan berdoa kepada Allah. Setelah cukup beristirahat, kemudian diajaknya bapak, ibu dan saudara-saudaranya menghadap Raja Mesir. Ketika mereka sudah di hadapan Raja yang kemudian bertanya tentang pekerjaan saudara-saudara Yusuf, mereka menjawab bahwa mereka datang sebagai orang asing dari tanah Kana’an yang sekarang padang rumputnya telah kering semua sehingga tidak tersedia makan bagi ternak yang digembalakannya. Oleh karena itu mereka mohon dapat diberikan tempat di Goshen dengan pekerjaan sebagai gembala ternak kambing, domba, sapi dan onta. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-23) [caption id="attachment_75850" align="alignnone" width="720"] Nabi Ya'qub memberikan berkat nubuwah untuk 12 anaknya dan keturunannya.[/caption] Raja Mesir kemudian berkata pada Nabi Yusuf agar mencarikan tempat bagi bapak dan saudara-saudaranya itu tanah yang terbaik di Goshen. Raja Mesir bahkan meminta agar ternak-ternaknya juga digembalakan oleh saudara-saudara Nabi Yusuf, sebagai suatu bentuk kepercayaan raja kepada keluarga Nabi Yusuf. Mendengar itu, Nabi Ya’qub kemudian berdoa kepada Allah memohonkan berkah bagi Raja Mesir dan rakyat Mesir. Pada QS. Yusuf ayat 111, Allah menutup surah Yusuf dengan menyatakan, “Sungguh, pada kisah kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang orang yang mempunyai akal. (Al-Quran) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. 10. Meninggalnya Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf. Kemarau panjang tujuh tahun telah berlalu. Sekitar tujuh belas tahun Nabi Ya’qub hidup di Mesir, yang di antara tahun-tahun itu istrinya yaitu Lea meninggal lalu dibawa pulang ke Hebron untuk dikuburkan di gua Makhpela. Pada suatu hari ketika Nabi Ya’qub terbaring sakit pada umur sekitar 147 tahun, dikumpulkanlah anak-anaknya yang masing-masing diberkatinya. Kemudian Nabi Ya’qub memberikan pesan kepada mereka agar tetap memegang teguh keimanan tauhidnya, Allah adalah tuhan bani Israel. Terdapat pesan yang sangat penting dari Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya, yang pesan tersebut justru tidak tertulis di kitab Kejadian. Yang tertulis sangat panjang dalam Kitab Kejadian adalah berkat Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya, sedang berkat yang sangat Panjang tersebut justru tidak nampak dalam Al-Quran. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-22) Pesan Nabi Ya’qub yang tidak nampak di Kitab Kejadian tetapi tertulis di Al-Quran adalah pada QS. Al-Baqarah 133, yaitu: Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’qub, ketika dia berkata pada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?”, mereka menjawab, “kami akan menyembah tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya berserah diri kepadaNya”. Dari ayat ini nampak bahwa sejak awal para pendiri bani Israel telah mengakui bahwa tuhannya Ismael dan Ishaq adalah tuhan yang sama, yaitu tuhannya Nabi Ibrahim. Nabi Ismael, Ishaq dan Ya’qub dengan demikian mendapatkan pengajaran yang sama, bagaimana beribadah kepada Allah termasuk bagaimana berhaji, karena mengetahui bahwa Baitullah yang pertama kali dibangun adalah Bakkah di Mekkah. Barkat berupa nubuwah yang diberikan Nabi Ya’qub kepada anak cucu dan keturunannya yang diceritakan dalam Taurat pada Kitab Kejadian sangat panjang. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-21) Namun ada satu berkat yaitu berkat kepada Yehuda dan anak turunnya yang dalam kurun waktu yang panjang kemudian menjadi awal dari munculnya mitos tentang bangsa Israel menjadi bangsa murni dan terpilih sehingga tidak mengakui keNabian Muhammad Rasulullah SAW dan bani Israel tetap bertahan dengan kitab-kitabnya saja. Padahal bani Israel tahu setelah Taurat masih banyak kitab-kitab nabi yang lainnya dan nabi-nabi tersebut telah berjanji kepada Allah untuk menubuwahkan kedatangan utusan terakhir (QS. Ali Imran ayat 81), yang nubuwah tersebut tertulis dalam kitab-kitab semua Nabi. Dan semua kitab tersebut akan diimani utusan terakhir, sedang kitab yang diberikan kepada utusan terakhir adalah kitab yang berisi risalah penyempurnaan dan risalah risalah sebelumnya. BERSAMBUNG

Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group