Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-40)

Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-40)
Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah) Mereka semua kaget namun tidak mempunyai waktu untuk berbuat apapun. Mereka semua tenggelam binasa didalam laut merah. Tidak lama kemudian air laut telah kembali seperti semula, namun nampak Meremptah timbul tenggelam dipermukaan air. Meremptah dalam keadaan seperti itu kemudian berkata “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israel, dan aku termasuk orang muslim,” (QS. Yunus: 90). Namun perkataan berimannya sudah tidak dapat membantunya lagi dan tidak diterima oleh Allah karena dirinya tetap dinyatakan sebagai golongan orang yang berbuat kerusakan (QS.. Yunus: 91). Murka Allah menjadikan Meremptah, para pembesarnya dan seluruh bala tentaranya tenggelam dalam keadaan tercela dan dijadikan sebagai contoh seorang pemimpin yang mengajak kaumnya jauh dari rahmat Allah dan mengajak ke neraka, sedang laknat Allah terus disusulkan di negerinya (QS. Asy-Syu’ara 66, QS. Al-Qashash 39-42, QS. Adz-Dzariat 40, QS. Az-Zukhruf 55). BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-39) Jasad Fir’aun diselamatkan untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang setelahnya, yang kemudian dibawa kembali ke kota oleh sebagian bala tentaranya yang sebelumnya berbalik arah sedang sebagian terbesar lainnya telah ditenggelamkan Allah (QS. Yunus: 92, QS. Al-A’raf: 136, QS. Thaha: 78). Catatan sejarah menunjukkan Meremptah memerintah Mesir pada sekitar tahun 1213-1203 SM. Dengan demikian, peristiwa tenggelamnya Firaun (Meremptah) adalah tahun 1203 SM. Sedang Musa dan Bani Israel telah diselamatkan oleh Allah untuk menuju tempat kediaman yang bagus yang Allah akan berikan rizeki yang baik bagi mereka (QS. Yunus: 93, QS. Asy-Syu’ara: 65). Bani Israel sekali lagi melihat Kekuasaan Allah yang tidak disaksikan oleh golongan umat manusia lainnya. Dengan telah selamat dari kejaran Meremptah, tumbuh harapan untuk hidup yang lebih baik di tanah yang dijanjikan untuk mereka. Sedang laknat Allah bagi bangsa Mesir terus berlanjut dimana kekuasaan kerajaan Fir’aun ikut runtuh disebabkan Meremptah meninggal mendadak dengan hampir seratus persen kekuatan dan tentaranya lenyap. Penduduknya menjadi turun secara drastis. Negerinya kosong tanpa pemerintahan. Wilayah bagian barat yaitu di Mesir menjadi terpecah belah dan menjadi ajang perebutan penguasa penguasa pada tiap-tiap kota yang melepaskan diri dari pusat kekuasaan ibu kota sedang bangunan bangunan megah yang didirikan dengan menindas Bani Israel juga ikut dihancurkan oleh Allah Swt. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-38) [caption id="attachment_76618" align="alignnone" width="720"] Lukisan Fir’aun (Merneptah) dan bala tentaranya tenggelam di Laut Merah ketika air yang menyibak lalu menutup kembali. (Ikagambar.blogspot.com)[/caption] Di wilayah bagian timur (wilayah Kana’an) bebas dari kekuasaan Mesir sehingga muncul negeri-negeri kecil kesukuan yang oleh Allah sebagian dari negeri tersebut kemudian diwariskan kepada kaum yang ditindas (Bani Israel), (QS. Al-Qashash: 42, QS. Al-A’raf: 137). Mesir menjadi negeri yang kehilangan banyak penduduk dan harta benda. Sebelumnya, jumlah penduduk Bani Israel telah lebih banyak dari penduduk asli Mesir, ketika Bani Israel keluar maka Mesir telah kehilangan lebih dari setengah dari jumlah penduduknya. Bala tentara Fir’aun yang tenggelam ke laut bisa berjumlah ratusan ribu, dengan demikian Mesir semakin banyak kehilangan penduduk. Sebelumnya Bani Israel menjadi budak yang dipekerjakan di banyak proyek-proyek beberapa raja Fir’aun, maka dengan perginya Bani Israel dan tenggelamnya puluhan ribu bala tentara membuat proyek-proyek tersebut terhenti. Selain itu, ladang ladang yang luas kekurangan tenaga yang mengurus dan mengerjakannya sehingga banyak ladang-ladang yang terbengkalai dan rusak. Peradaban Mesir langsung bergerak mundur dengan wilayah yang terpecah belah, sedang di ibukota terjadi perebutan kekuasaan yang semakin memperlemah Mesir. Keruntuhan imperium kuno akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bangkit kembali. Mesir setelah tenggelamnya Meremptah dan bala tentaranya pada saat itu langsung lenyap dari peta negeri kuat dunia. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-37) Ad-Dukhan: 25-29 menyebutkan, “Betapa banyak taman dan mata air yang mereka tinggalkan, juga kebun kebun serta tempat tempat kediaman yang indah dan kesenangan kesenangan yang dapat mereka nikmati di sana, demikianlah, dan Kami wariskan (semua) itu kepada kaum yang lain maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi penangguhan waktu”. Sejarah juga mencatat, pada saat imperium Mesir runtuh, negeri Assyria menyerang kerajaan Het atau Hiiti di Asia Kecil. Tercatat dalam sejarah kuno peperangan antara Asyyiria dengan Hitti adalah perang besar yang masing-masing mengerahkan puluhan ribu tentara. Assyria dapat menghancurkan Hitti sehingga kerjaan Hitti porak peranda dan terpecah belah. Meskipun Assyria memenangkan perang, namun hal itu membuat pertahanan Assyria menjadi semakin lemah. Kondisi Asyyria tersebut dapat dibaca kerajaan Elam tetangga Assyria di wilayah Persia. Elam kemudian menyerang. Babilonia, ibu kota Asyyiria dapat direbut dan dijarah. Hal itu kemudian menyulut perang besar antara Assyria dengan Elam, perang antara bangsa sesama penyembah Dewa Marduk. Elam dapat mengalahkan Assyria, namun kerajaan Elam juga kehilangan banyak kekuatannya. Kerajaan Mesir dinasti ke XIX runtuh, hancur dan terpuruk secara tidak terhormat. Sedang Hitti terpecah belah dan Asyiria disatukan dalam satu wilayah kerajaan Elam namun kekuatannya sangat lemah. Semua wilayah, yaitu Mesir, Hitti dan Elam membutuhkan waktu lama untuk dapat bangkit kembali. Hal ini membuat suku-suku di wilayah Kana’an, seperti suku Filistin, Amori, Yebus dan lain-lain membentuk kerajaan kesukuan kecil-kecil. Kondisi ini membuat Bani Israel yang sebelumnya tidak mempunyai sejarah dan pengalaman berperang mendapat kesempatan baik untuk kembali ke negeri asalnya. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-36) [caption id="attachment_76617" align="aligncenter" width="526"] Miriyam, kakak Nabi Musa, mengangkat dan menabuh rebananya yang kemudian diikuti para wanita Bani Israel menari merayakan kegembiraan telah lepas dari penindasan Meremptah.[/caption] 12. Awal Perjalanan Berat di Sinai, Anugerah Uyun Musa, Man dan Salwa. Melihat Fir’aun dan bala tentaranya tenggelam di laut, melihat pertunjukan kekuasaan Allah yang tidak terbayangkan sebelumnya, betapa mudahnya Allah membuat sesuatu yang tidak mungkin dikerjakan oleh manusia, membuat Bani Israel menjadi semakin percaya kepada Nabi Musa, lalu mengucapkan syukur kepada Allah. Kitab Keluaran 15 : 20 menerangkan kegembiraan Bani Israel. Mereka membuka perkemahan di dekat pantai, beristirahat beberapa saat dan melepaskan ketegangan dengan menyelenggarakan perayaan dengan menyanyi dan menari diiringi rebana. Beberapa hari telah berlalu dan ketika rasa lelah telah lepas, Nabi Musa kemudian mengumpulkan kembali Bani Israel. Nabi Musa akan mengajak melanjutkan perjalanan jauh melalui medan padang gurun dan gunung yang tidak kalah beratnya dengan perjalanan sebelumnya. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-35) Mereka akan mulai berjalan menuju tempat tinggal mereka yang sebenarnya, yang telah dijanjikan Allah kepada mereka sebagai anak keturunan Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub. Untuk menguatkan semangat Bani Israel dalam perjalanan sangat berat, Nabi Musa mengingatkan kaumnya tentang penderitaan selama ditindas dan diperbudak di Mesir, anak laki-lakinya di bunuh oleh Fir’aun sedang yang perempuan tetap dibiarkan hidup, kemudian ditolong dengan mukjizat Allah hingga air laut yang terbelah kemudian menutup kembali dan menenggelamkan Fir’aun (QS. Al-Baqarah 49 – 50). Semua itu menunjukkan bahwa Bani Israel telah dilebihkan Allah dari umat yang lain karena Allah mengangkat nabi-nabi dari kalangan mereka dan memberikan kepada mereka apa yang belum pernah diberikan kepada seorangpun di antara umat yang lain (QS. Al-Maidah 20). BERSAMBUNG

Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group