Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-12)

Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-12)
Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah) B. Nabi Ibrahim dan Ismael3. Perkawinan Nabi Ismael. Sekitar 5 atau 6 tahun di Hebron, Nabi Ibrahim kembali Ke Bakkah. Namun ketika sampai di Bakkah, Nabi Ibrahim telah kehilangan Hajar karena telah meninggal. Selain itu,tidak dapat bertemu dengan Ismael karena sedang pergi dan baru mengetahui jika Nabi Ismael telah beristri. Nabi Ibrahim yang tidak memperkenalkan dirinya ketika ditemui oleh istri anaknya. Istri Nabi Ismael kemudian langsung bercerita tentang kesulitan hidupnya dan ketidakpuasannya pada suaminya. Nabi Ibrahim kemudian langsung berpamitan pulang sambil menitipkan pesan untuk Nabi Ismael agar mengganti pintu dan pagar rumah. Ketika Nabi Ismael pulang, langsung disongsong istrinya dan menceritakan adanya tamu yang mencari dirinya. Diceritakan ciri-ciri tamunya dan disampaikan pula pesan tamu tersebut. Nabi Ismael kemudian menerangkan bahwa tamu tersebut adalah bapaknya dan maksud pesannya adalah agar menceraikan istrinya. Istri Nabi Ismael yang pertama ini adalah tipe istri yang tidak bersyukur dan suka membuka aib rumah tangga kepada orang lain. Setelah bercerai kemudian Nabi Ismael menikah lagi dengan putri kepala suku Jarhomit yang bernama Assayyidah binti Madad ibn Amr (Hadits Bukhari). BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-11) Tidak beberapa lama kemudian Nabi Ibrahim datang kembali ke Bakkah. Namun tidak bertemu lagi dengan Nabi Ismael. Menantunya itu mempersilakannya masuk rumah dan membersihkan badan. Dalam perbincangan singkat sambil melepas lelah, menantunya bercerita bahwa dirinya sudah puas dan bersukur dengan rezeki Allah yang diperoleh Nabi Ismael dari hasil berburu dan minum air Zamzam. Karena tidak mungkin tinggal di rumah Nabi Ismael, kemudian pamit pulang dengan menitip pesan. Kali ini pesannya adalah pintu rumah dan pagarnya tidak perlu diganti karena sudah baik. Ketika Nabi Ismael pulang, istrinya bercerita tentang tamunya. Nabi Ismael menjelaskan bahwa tamunya tersebut adalah bapaknya yang menyampaikan pesan bahwa bapaknya telah puas dengan istri Nabi Ismael (Hadits Bukhari). Sekitar 3 atau 4 tahun kemudian, Nabi Ibrahim datang lagi ke Bakkah. Kali ini Nabi Ibrahim dapat bertemu dengan Nabi Ismael yang sedang duduk di bawah pohon dekat rumah dan sumur Zamzam. Dapat dibayangkan keduanya melepas rindu dengan berpelukan sambil meneteskan air mata. Nabi Ismael kemudian mengajaknya ke rumah dan diperlihatkanlah anak-anaknya. Saat itu Nabi Ismael sudah punya 2 anak, yaitu Nabit atau Nabaiot dan Kedar atau Qaidar. Tentu Nabi Ibrahim sangat bersuka cita melihat kedua cucunya itu. Saat itu umur Nabi Ismael sekitar 24-25 tahun sedang putra Nabi Ibrahim dari Sarah, yaitu Ishaq berumur sekitar 10 tahun. [caption id="attachment_75116" align="alignnone" width="720"] Ilustrasi: Ka’bah dan Bakkah tempo dulu. Pertama kali dibangun ulang oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismael. Di dekatnya terdapat pemukiman Nabi Ismael. Tidak diketahui kapan dan siapa yang pertama kali membangun Ka’bah di tempat tersebut.[/caption] 4. Baitullah di Bakkah. Di rumah, Nabi Ibrahim segera menyampaikan sebuah perintah Allah bahwa dirinya bersama Ismael diperintahkan untuk membersihkan rumah Allah untuk orang-orang yang thawaf, orang-orang yang i’tikaf, orang-orang yang ruku’ dan sujud (QS. Al-Baqarah ayat 125) dan meninggikan pondasi rumah Allah (QS. Al-Baqarah ayat 127) yang letaknya tidak jauh dari sumur Zamzam. Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismael adalah untuk membersihkan dan meninggikan pondasi atau membangunnya kembali. Dua ayat ini menunjukkan bahwa Baitullah sebenarnya sudah ada di situ sebelum Nabi Ibrahim, Hajar dan Ismael datang di tempat tersebut. Namun tidak ada keterangan siapa yang pertama kali membangun baitullah di Bakkah tersebut (QS. Ali Imran ayat 96-97) mempertegas bahwa Baitullah yang pertama kali dibangun adalah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-10) Baitullah Ka’bah di Bakkah telah ditetapkan Allah menjadi pusat pengajaran tauhid bagi seluruh manusia. Dengan demikian ayat-ayat tersebut telah mengkonfirmasi bahwa Nabi Ibrahim membawa Hajar dan Ismael ke Bakkah pasti berdasarkan perintah Allah. Ka’bah sejak awal berbentuk kubus dan tidak ada hiasan atau ornament apapun. Bangunan cukup tinggi karena terdapat bekas pijakan kaki Nabi Ibrahim yang diabadikan. Ketika Ka’bah sudah selesai dibangun kemudian datang malaikat yang membawa batu yang kemudian dikenal dengan Hajar Aswad untuk diletakkan di salah satu sudut Ka’bah sebagai penyempurnaan Baitullah Ka’bah. Namun tidak diketahui dibuat dari apa bangunan Ka’bah ketika dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim dan Ismael. Sangat mungkin dari tanah yang dikeringkan dan dibakar. Jika dibuat dari kumpulan batu-batu yang ditumpuk, maka pembangunannya akan memakan waktu lama, sedang Nabi Ibrahim di Bakkah tidak lama, karena harus kembali ke Hebron. Ka’bah di Bakkah menjadi satu-satunya bangunan arkeologis religius peninggalan Nabi Ibrahim yang menjadi pusat peribadatan kaum muslim dari seluruh negara, sedang di negeri Kana’an tidak terdapat bangunan peninggalan Nabi Ibrahim, kecuali kubur Nabi Ibrahim dan keluarganya di Hebron. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-9) Baitullah juga untuk orang-orang yang beribadah haji, dimana Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar diberi petunjuk cara melakukan manasik dan tempat-tempat dalam prosesi ibadah haji (QS. Al-Baqarah ayat 128). Haji dimulai dengan melaksanakan wukuf di Arafah. Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa inti ibadah haji adalah merenung di Arafah. Selesai di Arafah kemudian ke Mina setelah itu baru ke Ka’bah untuk melakukan thawaf dan berjalan serta berlari kecil dari safa ke marwah. Usai melakukan ibadah haji kemudian melaksanakan penyembelihan kurban. Nabi Ibrahim juga berdoa agar di tengah tengah mereka (Bakkah) agar diutus seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang akan membacakan ayat-ayat Allah yang mengajarkan Kitab dan Hikmah (QS. Al-Baqarah ayat 129). Dengan demikian jelas sekali bahwa Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim dengan mengutus Nabi Muhammad yang diberikan Kitab Al-Quran, meskipun peristiwa pengkabulan doa tersebut diberikan setelah sekitar 2600 tahun lebih. Itulah beberapa doa dan wasiat yang diucapkan Nabi Ibrahim di Bakkah. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-8) Nabi Ibrahim juga memberikan wasiat kepada anak cucunya, yaitu: “Aku berserah diri kepada Tuhan Seluruh Sekalian Alam (ber-Islam), sesungguhnya Allah telah memilih agama ini (Islam) untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Islam,” (QS. Al-Baqarah ayat 131-132). Usai membangun Ka’bah dan mengajarkan cara berhaji, kemudian Nabi Ibrahim kembali ke Hebron dan setelah itu tidak ada lagi kisah kepergiannya ke Bakkah. Setelah Nabi Ibrahim pulang ke Hebron, setiap satu tahun sekali seluruh penduduk Bakkah melakukan ibadah haji yang awalnya dipimpin oleh Nabi Ismael. Sehari-hari, Ka’bah berfungsi sebagai pusat melaksanakan ibadah shalat dan thawaf bagi Nabi Ismael dan keluarganya serta penduduk Bakkah. Ibadah haji yang dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim, Nabi Ismael dan seluruh penduduk Bakkah, kemudian menjadi rukun Islam. Selama ribuan tahun, ibadah haji sempat menyimpang dari yang diajarkan secara lisan oleh Nabi Ibahim dan Nabi Ismael. Diawali oleh kemusyrikan yang dibawa oleh kepala suku yang bertanggung jawab atas pengelolaan Ka’bah yang kemudian ditiru oleh suku-suku Arabi yang lainnya. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-7) Di Ka’bah, baik di ruangan dalam Ka’bah, di halaman Ka’bah maupun di lintasan sa’i pernah banyak diisi oleh berhala suku-suku Arabiya keturunan Nabi Ismael. Namun pada akhirnya semua berhala dihancurkan Nabi Muhammad, risalah tauhid disempurnakan dan ibadah haji kembali dibetulkan sesuai ajaran Nabi Ibrahim. Ibadah Haji kembali diluruskan menjadi ibadah fisik yang mengikuti sunnah Nabi Ibrahim, Hajar dan Ismael. Risalah Islam dalam kerasulan Nabi Muhammad mengikuti risalah tauhid yang pertama yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim dan dilengkapi serta disempurnakan dalam risalah yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW. 5. Keturunan Nabi Ismael. Anak-anak Nabi Ismael secara berurutan dari yang tertua adalah: 1) Nabayot atau Nebayot atau Nabit. 2) Kedar atau Qaydar. 3) Adbeel. 4) Mibsam. 5) Misyma. 6) Duma. 7) Masa. 8) Hadad. 9) Tema. 10) Yetur. 11) Nafish. 12) Mahalat atau Basmat. Anak anak Ismael ini kemudian menjadi cikal bakal suku-suku yang tersebar sampai ke gurun Syur wilayah bagian timur Mesir. Kedar atau Qaydar adalah orang yang menurunkan suku-suku Arabiya yang salah satunya adalah Bani Qurasy yang menurunkan Nabi Muhammad. Basmat menjadi istri Esau saudara kembar Nabi Ya’kub, menurunkan suku Edom. [caption id="attachment_75117" align="alignnone" width="720"] Reruntuhan kota Sodom. (©Patterns of Evidence, 2017)[/caption] C. Nabi Ibrahim dan Nabi Luth. 1. Berpisah dengan Nabi Luth Ketika Pulang dari Mesir. Setelah berpisah dengan rombongan Nabi Ibrahim, Luth kemudian pergi ke arah lembah Yordan yang subur karena banyak airnya, yaitu di daerah dekat Sodom. Namun Luth menemukan penduduk kota Sodom dengan cara hidupnya yang menyimpang. Sangat mungkin ketika Nabi Luth sudah di Sodom kemudian diangkat menjadi rasul untuk mendakwahkan ajaran tauhid dan meluruskan cara hidup penduduk Sodom dan pemukiman di wilayah sekitarnya. Sedang Nabi Ibrahim, ketika Luth sudah pergi, mendapatkan janji lagi bahwa tanah yang dipandanginya dari ketinggian tersebut akan diberikan kepada dirinya dan keturunannya (Baitul Maqdis). Setelah itu Nabi Ibrahim berpindah lagi dan akhirnya berhenti di daerah Mamre dekat Hebron dengan memilih tempat yang banyak pohon tarbantin. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-6) 2. Berita Kelahiran Ishak. Suatu saat, Nabi Ibrahim kedatangan tamu yang tidak dikenal. Ketika dihidangkan makanan dari daging anak sapi dan minuman yang terbaik, ternyata tamu tersebut tidak menyentuhnya sama sekali, sehingga menjadi tanda tanya tentang niat kedatangan tamu tersebut, apakah akan berbuat jahat. Namun Nabi Ibrahim menjadi lega ketika tamu tersebut memperkenalkan dirinya adalah malaikat utusan Allah yang mengabarkan bahwa mereka diutus untuk menghukum kaum Luth yang kehidupannya telah menyimpang jauh dari kebenaran. Mereka datang juga karena mengabarkan tentang Sarah akan melahirkan Ishak dan setelah itu akan disusul kelahiran Ya’qub. Dari tempatnya berdiri, Sarah yang mendengar pembicaraan tersebut sempat tertawa meragukan kabar tersebut. Namun setelah diyakinkan oleh utusan Allah tentang rahmat dan berkat Allah yang dicurahkan kepadanya, Sarah kemudian menyadari kesalahannya karena meragukan ketetapan Allah (QS. Hud ayat 69-76) dan berubah menjadi kegembiraan, karena yang dinantikannya akan segera tiba. BERSAMBUNG

Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group