Menelisik Geliat Islam di Negara Tertutup Korea Utara
Kim Jong Un menjamin kebebasan beragama, asalkan praktik keagamaan tidak memasukkan kekuatan asing

Muslim Obsession, Jakarta – Korea Utara dikenal sebagai negara tertutup dalam pergaulan internasional. Soal agama, tidak ada statistik resmi mengenai agama di Korea Utara. Namun pemerintah setempat menyatakan bahwa Korea Utara adalah negara atheis.
Kendati demikian negara pimpinan Kim Jong Un menjamin kebebasan beragama, asalkan praktik keagamaan tidak memasukkan kekuatan asing, merugikan negara, atau merugikan tatanan sosial yang ada.
Berdasarkan perkiraan dari akhir tahun 2000-an, sebagian besar masyarakat Korea Utara tidak beragama, dengan agama utama adalah Shamanisme dan Kondoisme. Shamanisme Korea adalah kepercayaan asli rakyat Korea yang menggabungkan berbagai kepercayaan dan praktik yang dipengaruhi agama asli Korea, Buddhisme dan Taoisme.
Sedangkan Kondoisme adalah agama Korea yang menggabungkan unsur-unsur Konfusianisme, Buddhisme, Taoisme, Shamanisme dan Katolik Roma.
Sangat sulit bagi pengamat luar untuk mengetahui apa yang terjadi pada lembaga keagamaan Korea Utara selama 60 tahun terakhir karena isolasi negara yang ekstrim.
Ada yang menduga bahwa semua aktivitas keagamaan terbuka di Korea Utara dianiaya dan diberantas setelah Kim Il-sung mengambil alih kekuasaan, namun kemudian dihidupkan kembali di masa sekarang sebagai bagian dari pertunjukan politik.
Dugaan lain berpendapat bahwa agama tetap bertahan dan benar-benar bangkit kembali dalam beberapa dekade terakhir.
Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Il-sung pernah mengkritik agama dalam tulisannya, dan propaganda Korea Utara dalam literatur, film, dan media lainnya telah menampilkan agama dalam sudut pandang negatif. Serangan Kim Il-sung terhadap agama sangat didasarkan pada gagasan bahwa agama telah digunakan sebagai alat imperialis di semenanjung Korea.
Dia mengkritik umat Kristiani karena bekerja sama dengan pasukan PBB melawannya selama Perang Korea. Terlebih penderitaan yang dialami warga Korea Utara selama Perang Korea membantu menumbuhkan kebencian terhadap agama Kristen sebagai agama Amerika. Agama ini dipandang oleh banyak orang Korea di utara sebagai agama kaum imperialis.
Islam di Korea Utara
Pusat Penelitian Pew memperkirakan terdapat 3.000 Muslim di Korea Utara pada tahun 2010, meningkat dari 1.000 Muslim pada tahun 1990. Ada sebuah masjid di kedutaan Iran di Pyongyang yang disebut Masjid Ar-Rahman, satu-satunya masjid di negara tersebut.
Sebuah sumber informasi NK News menyatakan bahwa urusan umat Islam di Korea Utara saat ini dipimpin oleh satu lembaga yang ditempatkan di kedutaan Mesir.
Masjid Rahman juga pernah menyambut beberapa tamu penting di masa lalu. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengunjungi masjid tersebut pada Mei 1989. Selama kunjungan beberapa hari ke Korea Utara. Sayangnya tidak ada liputan khusus mengenai kunjungannya ke sana, meskipun beberapa halaman diberitakan untuk meliput aktivitasnya yang lain.
“Warga Korea Utara belum pernah melihat atau mendengar tentang masjid,” kata Tae-il Shim, seorang warga Korea Utara yang melarikan diri, kepada NK News pada November 2020 .
“Satu-satunya saat kita mendengar tentang dunia Muslim adalah di sekolah, di mana siswa belajar tentang sejarah dunia dan geografi dunia.”
Itu karena informasi agama Islam, termasukKristen dan agama lainnya, sangat dikontrol di Korea Utara.
Meskipun konstitusi Korea Utara menjamin kebebasan beragama dan media resmi pemerintah mengklaim bahwa “Orang-orang yang beriman dapat dengan bebas menjalankan agama mereka sesuka hati,”.
Korea Utara sering kali tercatat sebagai negara dengan peringkat terburuk dalam indeks kebebasan beragama internasional.
Meski begitu, diplomat asing yang ditempatkan di negara tersebut masih bisa menjalankan ibadah mereka di Masjid Rahman. Hal ini mungkin juga berlaku bagi wisatawan internasional.
“Jika seorang turis yang beragama Islam melakukan tur, saya yakin hal itu dapat diatur melalui mitra perjalanan, dan dengan menghubungi pihak Iran secara langsung,” kata Rowan Beard, Manajer Tur di Young Pioneer Tours.
Selain Masjid Ar- Rahman, ada lima gereja di Pyongyang: gereja Protestan Bongsu, Chilgol dan Jeil;Katedral Katolik Jangchung;dan Gereja Ortodoks Tritunggal Mahakudus Rusia.
Dilarang Sebar Agama
Masjid Ar-Rahman diasosiasikan dengan mazhab Syiah yang dominan di Iran, meskipun staf kedubes dari negara Islam lain di Korea Utara termasuk negara-negara Sunni seperti Indonesia dikabarkan juga menggunakan masjid tersebut dan beribadah.
Masjid tersebut juga menjadi tempat salat Jumat yang dihadiri oleh staf kedubes Muslim dari berbagai negara tanpa memandang mazhab mereka.
Walau pun negara mayoritas Islam lainnya memiliki kedubes di Korea Utara, seperti Mesir, Libia, dan Pakistan, tidak ada satupun dari mereka yang memiliki masjid. Kurangnya masjid di Korea Utara karena kebijakan keagamaan dari negara tersebut.
Dikutip dari berbagai sumber, rezim Kim Jong-un membolehkan warga asing beragama membawa Al-Qur’an atau Alkitab masuk ke negara tersebut.
Namun dilarang untuk meninggalkannya, atau mencoba berkutbah kepada penduduk setempat. Karena penyebaran materi keagamaan di Korea Utara adalah kejahatan besar. (fan)
Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group