Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-38)

Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-38)
Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah) 10. Laut terbelah terbentang jalan menyebarang. Kejadian yang menimpa Qarun dengan cepat didengar oleh Meremptah dan pembesarnya. Namun hal itu tidak membuatnya sadar tapi justru berniat akan menumpas Bani Israel mulai dari tanah Goshen, Avaris, Memphis hingga sampai Ke Fayoum. Bala tentara Fir’aun telah dikonsolidasikan untuk melakukan pekerjaan yang sangat besar mengingat jumlah penduduk Bani Israel sangat besar yang jumlahnya sudah setara atau bahkan melampaui jumlah penduduk bangsa Mesir. Nabi Musa dan Harun yang mengetahui rencana tersebut, kemudian berdoa di rumah ibadahnya memohon petunjuk Allah menghadapi rencana Fir’aun memusnahkan kaumnya. Wahyu kemudian turun kepada Nabi Musa. Allah memerintahkan Nabi Musa dan Nabi harun memimpin Bani Israel keluar dari Mesir. Mereka harus berangkat meninggalkan Mesir pada malam hari, karena Fir’aun dan bala tentaranya pasti akan mengejarnya (QS. Asy-Syu’ara 52). Saatnya telah tiba ketika ketetapan Allah telah turun. Nabi Musa kemudian mengirim utusan ke beberapa kota menemui kaumnya yang ketika bencana dan wabah melanda Mesir, belum pindah ke Goshen agar diam-diam berkumpul di Rameses. Mereka diberi tahu bahwa Allah telah memerintahkan Nabi Musa dan Harun agar membawa Bani Israel keluar dari Mesir. Setelah berkumpul kemudian secara tidak kentara, pada malam hari pergi ke Succoth dengan membawa seluruh harta benda dan ternaknya. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-37) Yang berada di Goshendan Avaris pada malam hari yang sudah ditentukan juga sudah diminta mulai bergerak ke Succoth. Ini adalah peristiwa hijrah Bani Israel dalam jumlah besar untuk pertama kalinya. Namun akhirnya Meremptah mendapat laporan bahwa Bani Israel telah meninggalkan rumahnya dan membuatnya sangat marah. Pada saat bangsa Mesir masih berkabung atas meninggalnya anak-anak sulung mereka, Meremptah mengirim utusan ke kota-kota untuk mengumpulkan dan menggerakkan bala tentaranya dan berkumpul di ibu kota yaitu Rameses yang terletak di Avaris atau dekat Avaris. Meskipun Fir’aun selalu menganggap Bani Israel adalah kekuatan yang kecil, namun Bani Israel adalah penduduknya yang jumlahnya besar (QS. Asy-Syu’ara: 53-56). Fir’aun dan Haman pasti berpikir bahwa perlu membawa bala tentara dari seluruh Mesir dalam jumlah yang sangat besar agar dapat menumpas seluruh penduduk Bani Israel yang akan berperang melawan bala tentaranya. Persiapan perang telah dilakukan, seluruh peralatan perang telah dikeluarkan dari tempatnya, mulai dari kereta perang, kuda perang, tombak, pedang dan panah. Perbekalan perang mulai disiapkan dalam jumlah besar baik berupa gandum maupun pengumpulan ternak yang nantinya disembelih untuk bahan makanan bagi para bala tentara. Harta kekayaan kerajaan harus dikeluarkan secara besar-besaran dari seluruh gudang dan peternakan yang belum pernah terjadi sebelumnya karena harus berperang melawan jumlah penduduk Bani Israel yang sangat besar dalam waktu yang tidak bisa diperkirakan. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-36) Bagaimanapun juga, Bani Israel adalah penduduk yang mempunyai fisik cukup kuat yang telah bertahun-tahun telah terbiasa bekerja rodi, sehingga Bani Israel pasti cukup kuat dalam berperang. Suatu persiapan perang yang membutuhkan waktu berhari-hari. Meremptah menyemangati bala tentaranya, bahwa Bani Israel adalah kelompok kecil dan lemah namun telah menyulut kemarahan. Namun demikian, Meremptah juga mengingatkan agar setiap orang tanpa kecuali harus tetap meningkatkan kewaspadaan (QS. Asy-Syu’ara 54). Perkataan yang mengisyaratkan Fir’aun tidak memandang remeh Bani Israel yang berjumlah sangat besar yang fisiknya telah terlatih dalam kerja paksa. Gerakan bala tentara Fir’aun besar-besaran dari seluruh kota menuju ibu kota sehingga tidak ada tentara yang tersisa di setiap kota pasti telah pula diperkirakan oleh Bani Israel. Ketika seluruh penduduk dari Bani Israel telah berkumpul di Succoth, pada malam yang telah ditetapkan, ratusan ribu orang bahkan mungkin lebih dari satu juta orang dari Bani Israel, mulai bergerak keluar meninggalkan wilayah Mesir menuju arah ke wilayah yang oleh Allah telah disediakan untuk mereka sebagaimana janji Allah kepada Ibrahim yang akan memberikan tempat tinggal bagi keturunannya (Baitul Maqdis). BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-35) [caption id="attachment_76541" align="alignnone" width="742"] Rombongan ratusan ribu orang atau bahkan lebih dari satu juta orang Bani Israel hijrah dari Mesir berangkat dari Ghosen, Avaris, Rameses menuju Baitul Muqaddasati atau Baitul Maqdis.[/caption] Bani Israel juga tidak lupa atas pesan Nabi Yusuf sebelum meninggal, bahwa Bani Israel diminta membawa serta tulang-tulang Nabi Yusuf keluar dari Mesir. Gerakan diam-diam ini yang membuat ada perbedaan waktu antara berkumpulnya Bani Israel dari berbagai kota dengan terkumpulnya bala tentara Mesir yang dikumpulkan Maeremtah di Rameses. Hal itu membuat ada jarak yang cukup jauh antara rombongan Bani Israel dengan tentara Fir’aun. Hal ini sama sekali tidak diduga sebelumnya oleh Meremptah. Namun sangat mungkin Meremptah menganggap Bani Israel sedang bergerak mencari medan perang yang menguntungkan mereka. Apalagi Bani Israel pergi tidak menyusuri wilayah utara yang jaraknya pendek untuk menuju Kana’an tetapi justru ke arah tenggara menuju arah ke laut. Kitab keluaran 13 : 18 menjelaskan bahwa Nabi Musa membawa Bani Israel berputar ke arah tenggara ke arah padang gurun yang berbatasan dengan laut Teberau yang berarti jalur jalan yang tidak melewati wilayah utara. Jalur utara adalah jalur yang nantinya akan masuk wilayah yang dikuasai suku Filistin, yaitu wilayah pesisir utara yang berbatasan dengan negeri Mesir sampai wilayah Gaza, yang apabila melewati jalur itu akan dapat menyulut perang dengan suku Filistin. Setelah jauh dari Succoth kemudian berkemah di wilayah Etam, di tepi padang gurun. Setelah itu berjalan siang dan malam mengarungi padang gurun. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-34) Suatu perjalanan yang berat bagi suatu rombongan ratusan ribu orang atau satu juta lebih dengan menggiring ternak dan membawa perbekalan makanan dan minuman. Suatu perjalanan dan ujian yang sangat berat bagi Bani Israel. Fir’aun yang tidak mengerti tujuan gerakan Bani Israel ini justru menunggu sesaat. Namun ketika didapatnya laporan bahwa Bani Israel tidak berhenti di suatu tempat untuk membentuk basis pertahanan, maka Fir’aun baru menyadari bahwa Bani Israel berniat meninggalkan wilayah Mesir dengan jalan memutar untuk menuju wilayah Kana’an. Kemudian Fir’aun dan para pembesar Mesir menggerakkan seluruh bala tentaranya, terdiri dari ribuan kuda perang, ratusan kereta perang, dan juga armada perbekalannya dari kota Rameses untuk mengejar Bani Israel. Jarak perjalanan antara dua kelompok manusia ini telah jauh. Allah telah mengeluarkan bangsa Mesir dengan membawa bekal hampir semua harta benda yang dimilikinya untuk mengejar Bani Israel yang juga membawa seluruh harta bendanya (QS. Asy-Syu’ara 57 –59). Pergerakan yang lambat karena sebagian besar orang dari kedua belah pihak harus membawa jumlah ternak dan perbekalan baik berupa air maupun bahan makanan dalam jumlah yang besar. Namun Nabi Musa kemudian kembali memutar arah kemudian berkemah di Pi Hahirot. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-33) Setelah menghilangkan lelah kemudian bergerak ke daerah antara Migdol dengan laut, tepat di depan Baal-Zefon dan kemudian Bani Israel membuka perkemahan di tepi laut Teberau (laut merah bagian utara), mereka berhenti sambil istirahat dan memikirkan jalur jalan yang harus mereka lalui selanjutnya. Namun setelah beristirahat agak lama, mereka mendapat laporan bahwa Meremptah dan bala tentaranya telah menyusul dan jarak tempuhnya semakin mendekati posisi perkemahan. Bani Israel mulai gelisah dan merasa akan segera tersusul, dan mereka mulai menyalahkan Nabi Musa dan Harun. Namun Nabi Musa meyakinkan kaumnya, bahwa mereka tidak akan tersusul oleh Meremptah. Mereka hanya harus bersabar menunggu petunjuk Allah selanjutnya. Suatu keadaan yang mencekam bagi Bani Israel, keimanan mereka diuji dengan rasa takut dan cemas akan dibunuh oleh tentara Fir’aun dalam suatu peperangan yang tidak berimbang dalam persenjataan, peralatan perang dan pengalaman dalam berperang. Namun mereka harus yakin kepada Nabi Musa karena selama ini Nabi Musa telah menunjukkan bukti-bukti nyata kepada mereka. Apalagi Nabi Musa dan Nabi Harun selalu menunjukkan ketenangannya dan sama sekali tidak menunjukkan kecemasan. Kemudian, dalam suatu pagi ketika matahari baru mulai terbit, dari kejauhan di horizon padang pasir nampak titik-titik dalam jumlah yang banyak bergerak perlahan dengan arah menuju ke tempat Bani Israel berhenti. Kecemasan Bani Israel memuncak dan ribut. Tingkah lakunya menjadi tidak terkendali. Sebagian di antara mereka mengerubuti Nabi Musa dan Harun sambil berteriak histeris dan semakin sulit ditenangkan. BERSAMBUNG

Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group