Mohammad Natsir, Menteri yang Tak Punya Baju Bagus

Mohammad Natsir, Menteri yang Tak Punya Baju Bagus
Muslim Obsession - Jalan kehidupan Mohammad Natsir memberi banyak pelajaran bermakna. Sosok ulama sekaligus politisi itu ialah pejuang kemerdekaan Indonesia. Maka pantas, dia mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional. Pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi ini sempat menjabat menteri dan perdana menteri Indonesia. Sedangkan di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai presiden Liga Muslim se-Dunia (World Muslim Congress) dan ketua Dewan Masjid se-Dunia. Tapi terlepas dari itu semua, Mohammad Natsir ternyata sosok yang amat sederhana. Dalam buku Natsir, 70 Tahun Kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan, ­Ge­orge McTurnan Kahin, Indonesianis asal Amerika yang bersimpati pada perjuangan bangsa Indonesia pada saat itu, bercerita tentang pertemuan pertama yang mengejutkan. Natsir, waktu itu Menteri Penerangan, berbicara apa adanya tentang negeri ini. Tapi yang membuat Kahin betul-betul tak bisa lupa adalah penampilan sang menteri. ”Ia memakai kemeja bertambalan, sesuatu yang belum pernah saya lihat di antara para pegawai pemerintah mana pun,” kata Kahin. Dia melihat sendiri Natsir mengenakan jas bertambal. Kemejanya hanya dua setel dan sudah butut. Kahin, yang mendapat info dari Haji Agus Salim me­ngenai sosok Natsir, belakangan tahu bahwa staf Kementerian Penerangan mengumpulkan uang untuk membelikan pakaian supaya bos mereka terlihat pantas sebagai seorang menteri. Hal ini turut diamini oleh seorang Reporter yang melaporkan, bahwasanya Natsir ialah seorang tokoh yang sederhana sepanjang zaman. Ia juga menyebut bahwa Natsir tak punya baju bagus, bahkan jasnya pun penuh tambalan. Konon, dia dikenang sebagai menteri yang tak punya rumah dan menolak diberi hadiah mobil mewah. Kala itu dikatakan bahwa Natsir menolak mobil Chevrolet Impala. Padahal, di rumahnya dia hanya memiliki mobil tua, De Soto yang dia beli sendiri untuk mengantar-jemput anak-anaknya. [caption id="attachment_16576" align="alignright" width="275"] Rumah Kelahiran Natsir (Foto: Wikipedia)[/caption] Mohammad Natsir, Dipuji Dunia, Dipenjara di Negeri Sendiri Pemerintah Indonesia saat itu, baik yang dipimpin oleh Soekarno maupun Soeharto, sama-sama menuding Mohammad Natsir sebagai pemberontak dan pembangkang, bahkan tudingan tersebut membuatnya dipenjarakan. Sedangkan oleh negara-negara lain, Natsir sangat dihormati dan dihargai, hingga banyak penghargaan yang dianugerahkan kepadanya. Dunia Islam mengakui Mohammad Natsir sebagai pahlawan yang melintasi batas bangsa dan negara. Bruce Lawrence menyebutkan bahwa Natsir merupakan politisi yang paling menonjol mendukung pembaruan Islam. Pada tahun 1957, ia menerima bintang Nichan Istikhar (Grand Gordon) dari Raja Tunisia, Lamine Bey atas jasanya membantu perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara. Penghargaan internasional lainnya yaitu Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah pada tahun 1980, dan penghargaan dari beberapa ulama dan pemikir terkenal seperti Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi dan Abul A'la Maududi. Pada tahun 1980, Natsir dianugerahi penghargaan Faisal Award dari Raja Fahd Arab Saudi melalui Yayasan Raja Faisal di Riyadh, Arab Saudi. Ia juga memperoleh gelar doktor kehormatan di bidang politik Islam dari Universitas Islam Libanon pada tahun 1967. Pada tahun 1991, ia memperoleh dua gelar kehormatan, yaitu dalam bidang sastra dari Universitas Kebangsaan Malaysia dan dalam bidang pemikiran Islam dari Universitas Sains Malaysia. Pemerintah Indonesia justru baru menghormatinya setelah 15 tahun kematiannya. Tepatnya pada 10 November 2008 Natsir dinyatakan sebagai pahlawan nasional Indonesia. Konon, Soeharto enggan memberikan gelar pahlawan kepada salah satu "bapak bangsa" ini. Lalu pada masa B.J. Habibie, dia diberi penghargaan Bintang Republik Indonesia Adipradana. (Vina)Berbagai sumber..

Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group