Sudah Bermaknakah Hidup Kita?

Sudah Bermaknakah Hidup Kita?
Oleh: H. Winarto AR bin Darmoredjo (Majelis Dakwah Edwin Az-Zahra) Kita (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kita menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah SWT. (Baca QS. Ali Imran: 110). "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (Rasulullah ﷺ) Ayat ke-110 Surah Ali Imran, serta petuah mulia dari manusia paling mulia di muka bumi tersebut tampak sederhana, tapi sarat makna. Rangkaian kalimat tersebut sangat singkat, tapi padat. BACA JUGA: Ingat! Ini Kerugian Jika Kamu Tinggalkan Shalat Ya, Allah menghadirkan kita ke dunia ini bukannya tanpa alasan. Ada amanat yang harus ditunaikan, ada misi yang harus dijalankan, yaitu mengabdi kepada-Nya, dan berkhidmat kepada sesama. Inilah yang kelak menjadikan kita sebagai umat terbaik. Dalam bahasa agama, kehadiran kita ke dunia ini untuk menjadi rahmatan lil 'alamin. Rahmat untuk semesta alam. Kehadiran kita tidak sekadar untuk memenuhi bumi ini;lahir, hidup dan kemudian mati. Ada tugas mulia yang diemban oleh setiap anak manusia yang lahir ke muka bumi ini. Tugas sebagai hamba untuk taat mengabdi kepada Sang Pencipta, dan tugas sebagai manusia untuk berkhidmat melayani sesama. Inilah hakikat hidup yang sesunguhnya. Hidup yang bermakna. BACA JUGA: Kita Ada di Fase ke-4 Menuju Akhir Zaman Kebahagiaan tertinggi tidak terengkuh melalui pencapaian kehendak untuk bersenang (the will to pleasure) atau kehendak untuk berkuasa (the will to power), tetapi dalam pencapaian kehendak menemukan makna (the will to meaning). Demikian diungkapkan Viktor E. Frankl dalam Man's Search for Meaning. Ya, hidup yang bermakna adalah tujuan hidup yang sesungguhnya. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ di awal tulisan ini. Bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Pesan singkat Nabi ﷺ tersebut dapat dipahami sebagai sebuah tujuan hidup. Keberadaan kita di dunia ini harus menghadirkan manfaat bagi sesama, memberi arti bagi orang lain. Sehingga ketika kita kembali menghadap kepada Sang Pencipta, ada warisan kebaikan yang kita tinggalkan, ada jejak sejarah bernilai yang kita berikan kepada sesama. Inilah hidup yang bermakna. Jasad kita boleh berkalang tanah, tetapi nama kita tetap semerbak sepanjang masa. Tubuh kita boleh hancur di alam kubur, tetapi nilai-nilai kebaikan yang pernah kita lakukan tak pernah luntur. BACA JUGA: Belajar dari Sumur Semoga pesan singkat ini bermanfaat teriring ucapan selamat beraktifitas, semoga aktivitas kita bermanfaat dan senantiasa diberkahi dan diridhoi Allah SWT. Mari kita saling nengingatkan dalam hal melakukan kebaikan dengan penuh kebenaran dan kesabaran, serta jangan lupa di setiap pagi hari sejenak kita berdoa: Allahumma inni as aluka 'ilman naafi'an, wa rizqon thoyyiban wa 'amalan mutaqobbalan. "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal ibadah yang diterima". Aamiin ya Robbal'aalamiin. Salam fastabiqul khairat ...  
#Apakah engkau suka hatimu menjadi lembut dan mendapatkan hajatmu (keperluanmu)? Rahmatilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makan kepadanya dari rezekimu, niscaya hatimu menjadi lembut dan niscaya kamu akan mendapatkan hajatmu.” (HR. ‘Abdurrazaq).

Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group