Harmoni Iman dan Alam, Ikhtiar Spiritual Menuju Indonesia Hijau Berkelanjutan

MuslimObsession.com — Krisis lingkungan yang melanda dunia hari ini bukan semata persoalan teknis dan kebijakan, melainkan juga krisis spiritual dan kesadaran moral. Pesan inilah yang mengemuka dalam Seminar Nasional Ekoteologi untuk Indonesia Hijau Berkelanjutan yang diselenggarakan Badan Pengelola Masjid Istiqlal di Jakarta, Sabtu (20/12/2025).
Mewakili Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Deputi Bidang Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa, Warsito, menegaskan bahwa harmoni antara iman dan alam merupakan fondasi penting dalam membangun Indonesia yang berkelanjutan. Dalam perspektif keislaman, manusia diciptakan sebagai khalifah fil ardh, pemimpin dan penjaga bumi yang diberi amanah untuk memelihara, bukan merusak.
Indonesia, menurut Warsito, memiliki fondasi kebangsaan yang kuat melalui Pancasila, yang menempatkan nilai ketuhanan sebagai dasar kehidupan bernegara. Negara hadir bukan untuk menyingkirkan agama, melainkan untuk memastikan nilai-nilai agama hidup dan memberi maslahat bagi seluruh alam semesta.
“Menjaga lingkungan bukan hanya tanggung jawab ekologis, tetapi juga panggilan iman dan amanah konstitusi,” ujar Warsito. Ia menegaskan bahwa krisis iklim, kerusakan lingkungan, krisis energi, dan krisis nilai adalah persoalan yang saling terkait dan harus dijawab secara utuh.
Indonesia merasakan langsung dampak perubahan iklim, mulai dari peningkatan suhu, menurunnya kualitas air tanah, hingga pencemaran udara. Sebagai negara dengan hutan tropis dan wilayah laut yang luas, Indonesia memegang peran strategis dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Oleh karena itu, keberhasilan Indonesia dalam merawat alam adalah kontribusi nyata bagi kemaslahatan dunia.
Warsito juga menekankan bahwa pemerintah telah memiliki arah kebijakan yang jelas, seperti Asta Cita, RPJPN 2025–2045, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), serta penguatan moderasi beragama. Tantangan ke depan terletak pada implementasi yang konsisten dan kolaborasi lintas sektor, termasuk peran aktif umat beragama.
Menjawab tantangan zaman, pemanfaatan teknologi digital dan kecerdasan artifisial dinilai penting untuk mendukung gerakan ekoteologi. Teknologi dapat digunakan untuk edukasi publik, pemantauan lingkungan, dan penguatan literasi ekologis berbasis nilai keagamaan. Rumah ibadah pun didorong menjadi pusat dakwah ekologis, tempat menumbuhkan kesadaran cinta lingkungan yang berakar pada ajaran agama.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Agama sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa ekoteologi menuntut keterpaduan iman, ilmu, dan amal. Ia mengingatkan bahwa hubungan manusia dengan alam bersifat menyatu, bukan terpisah.
“Engkau adalah aku, aku adalah engkau. Engkau bukan hanya manusia, tetapi juga alam semesta dan seluruh makhluk hidup,” tuturnya. Pesan tersebut menegaskan bahwa merusak alam sama dengan merusak kehidupan sendiri.
Seminar nasional ini menjadi ruang perenungan bersama bahwa menjaga bumi adalah bagian dari ibadah. Ketika iman diterjemahkan dalam tindakan nyata untuk merawat lingkungan, di situlah Islam hadir sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin). (Ali)
Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group
































