Prolog dan Epilog Keberadaan Manusia

Prolog dan Epilog Keberadaan Manusia
Oleh: H. Winarto AR bin Darmoredjo (Majelis Dakwah Edwin Az-Zahra)

يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ

“Seorang hamba akan dibangkitkan sebagaimana keadaannya ketika wafat.” Dari hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim di atas, ulama kemudian melengkapi keterangan lagi bahwa seseorang juga akan diwafatkan sebagaimana keadaannya ketika hidup. BACA JUGA: Awalnya Menunda-nunda, Lama-lama Tidak Shalat *** Secara ringkas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keadaan seorang manusia saat hidup di dunia merupakan gambaran keadaannya di akhirat kelak. Dunia adalah kehidupan versi singkatnya, sedangkan akhirat yang merupakan versi panjangnya. Ternyata keduanya memiliki gambaran yang nyaris serupa. Bayangkan saat kita membaca sinopsis atau rangkuman sebuah buku yang tebal, tentu saja tak akan berbeda dengan apa yang akan kita temukan saat membaca buku itu secara keseluruhan. Karena sinopsis memang versi singkat dari buku. Seorang mukmin yang shalih, selama hidup di dunia ia gemar memberi dan menerima salam dari saudaranya. Wajahnya selalu tersenyum penuh kasih sayang. BACA JUGA: Siapa Orang Paling Kaya? Maka di surga pun seperti itu pula. Ia akan menerima salam dari Rabb-nya Yang Maha Penyayang. Seperti diceritakan pada ayat 58 Surat Ya Sin. Seorang muslim di dunia senantiasa menjaga diri dalam keadaan wudhu. Tidak hanya saat hendak shalat saja. Ia mengambil air wudhu ketika hendak belajar, bekerja, mengaji, tidur, berkumpul dengan istrinya dan segala keadaan lainnya. Di dunia ia tak bosan-bosan membasahi dirinya dengan air wudhu, maka di akhirat ia pun akan bersenang-senang membasahi dirinya dengan air sungai yang mengalir di dalam surga. Hal ini termaktub dalam QS. Al-Baqarah ayat 25. Sebaliknya orang-orang yang lalai, hidupnya hanya berisi dengan mengeluh, mencaci keadaan, marah dengan ketentuan Allah, dan berbagai kata-kata tidak positif menjadi ucapannya setiap hari. BACA JUGA: Sifat Menolak Kebenaran dan Merendahkan Manusia Maka demikianlah mereka pun di neraka dalam keadaan saling bertengkar satu sama lain, mereka marah karena masing-masing merasa telah dijerumuskan ke dalam kelalaian.

قَالُوا وَهُمْ فِيهَا يَخْتَصِمُونَ

"Mereka berkata sedang mereka bertengkar di dalam neraka," (QS. Asy-Syua'ra: 96). Keadaan orang-orang lalai ketika di dunia adalah keras kepala. Sudah diperingatkan tentang perbuatan haram, masih saja ia kerjakan. Sudah tahu bahwa suatu hal itu dosa, masih saja ia lakukan. BACA JUGA: Khazanah Dakwah Kontemporer Maka jadilah mereka juga seperti itu di neraka kelak. Sudah diingatkan bahwa makanan yang tersedia di sana adalah zaqum yang pahit rasanya, mendidih panasnya, dan hancurlah tubuh sesiapa yang menyantapnya. Tetapi karena keras kepala, penduduk neraka tetap memakannya juga. Saudaraku, hidup di dunia teramat singkat dan bersifat rangkuman saja. Maka usahakanlah menjadi yang terbaik. Karena sinopsis yang singkat inilah yang menjadi gambaran buku kehidupan kita yang panjang di akhirat. Disarikan dari artikel inspiratip. Wallahu A'lam Bishawab. Salam hijrah,  
#Apakah engkau suka hatimu menjadi lembut dan mendapatkan hajatmu (keperluanmu)? Rahmatilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makan kepadanya dari rezekimu, niscaya hatimu menjadi lembut dan niscaya kamu akan mendapatkan hajatmu.” (HR. ‘Abdurrazaq).

Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group