Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-52)

Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-52)
Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah) 1. Bani Israel setelah ditinggal Yoshua. Wilayah Mesir sepeninggal Meremptah menjadi wilayah dengan banyak raja kecil dengan menguasai wilayah kecil. Demikian pula wilayah Hitti, menjadi wilayah yang terpecah dalam kerajaan-kerajaan kecil yang lemah. Sedang Assyiria dan Elam meskipun wilayah masing-masing tetap utuh namun kehilangan kekuatan imperiumnya, karena ekonominya hancur akibat perang yang panjang. Hal itu menjadikan wilayah Kana’an sebagai ajang perebutan suku-suku Kana’an, suku Filistin, dan suku-suku lainnya. Suku Filistin menjadi suku yang cukup kuat dan pasukannya banyak melakukan penetrasi ke wilayah timur dan selatan wilayah Kana’an. Dalam situasi wilayah Kana’an yang terpecah pecah tersebut, Yoshua dengan jumlah Bani Israel yang cukup besar dibanding suku-suku lainnya dapat memimpin Bani Israel merebut banyak wilayah suku Kana’an. Namun Bani Israel tidak dapat membersihkan wilayahnya dari suku-suku Kana’an dan puak suku Filistin. Masih banyak penduduk dari suku lain yang di klaim sebagai wilayah 12 suku Bani Israel. Pembagian wilayah Bani Israel dalam kawasan yang luas dalam penjagaan wilayahnya diserahkan pada masing-masing suku. Hal itu membuat Bani Israel semakin lama semakin kesulitan mempersatukan kekuatannya. Wilayah tradisional suku Filistin, selain di Gaza juga meliputi Askhelon, Ashdod, Gat, dan Gerar. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-51) Di samping itu, saat itu puak-puak suku Filistin juga menguasai banyak wilayah pesisir sepanjang Laut Tengah, meskipun ada klaim Yoshua dan Bani Israel bahwa wilayah itu merupakan bagian dari wilayah Baitul Maqdis. Apalagi saat itu Bani Israel bukan suku yang mempunyai tradisi maritim sehingga belum dapat memanfaatkan pesisir yang dikuasainya. Wilayah sempit rata-rata selebar 80 km sepanjang lebih kurang 210 km sisi sebelah barat sungai Yordan dimulai dari dari utara mulai laut Galilea ke selatan hingga wilayah Edom, dan dari barat mulai dari pesisir pantai laut tengah ke timur hingga sungai Yordan, menjadi wilayah perebutan antara Bani Israel dengan puak-puak suku Filistin dan suku-suku Kana’an kuno lainnya. Wilayah tersebut akan menjadi wilayah yang akan selalu bergolak dengan banyak peperangan perebutan wilayah. Di wilayah yang dikuasainya, Bani Israel masih hidup berdampingan dengan suku Sidon, Hewi, Het, Amori, Yebus, Feris, Filistin dan banyak puak puaknya serta suku-suku Kana’an lainnya. Suku-suku asli tersebut mempunyai kepercayaan pagan dengan menyembah dewa Baal dan Asytoret, sedang suku Filistin yang menyembah Dewa Dagon atau Dagan, yaitu dewa ikan yang sebelumnya juga dikenal sebagai dewa beberapa suku di wilayah Hitti yang tinggal di wilayah pantai. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-50) [caption id="attachment_77016" align="aligncenter" width="434"] Dewa Dagon, dewa ikan.[/caption] Dengan kuil Dagon tersebut menunjukkan bahwa suku Filistin bukan berasal dari suku Kana’an. Sangat mungkin berasal dari suku Hitti atau suku-suku Mesopotamia yang tinggal di sekitar sungai Eufrat. Dengan demikian suku Filistin adalah pengembara yang kemudian menguasai wilayah Gaza dan menetap di wilayah tersebut. Jadi Bani Israel memasuki wilayah Kana’an yang saat itu dihuni oleh suku-suku yang mempunyai perbedaan dalam pemujaan dewa. Kuil pemujaan dewa saat itu merupakan identitas penting kesukuan. Dengan demikian, wilayah Baitul Maqdis adalah wilayah yang menyimpan potensi konflik yang berat, karena Bani Israel saat itu adalah suku asing di wilayah Baitul Maqdis, sebagaimana Nabi Ibrahim juga bukan orang Kana’an namun orang Akadia dari wilayah Mesopotamia. Risalah Taurat Nabi Musa dalam kitab kejadian, keluaran, imamat, bilangan dan ulangan, adalah risalah yang narasinya lebih banyak ditujukan pada Bani Israel, yang Tuhannya tidak nampak secara fisik untuk disembah, yang mungkin sulit untuk dikomunikasikan kepada suku-suku asli di wilayah tersebut yang mempunyai kepercayaan pagan. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-49) Dalam perjalanan waktu yang panjang, seperti halnya pengalaman bergaul dengan suku Moab, Bani Israel banyak melanggar pesan-pesan Nabi Musa dan Yoshua, agar tidak berzina dengan wanita suku-suku Kana’an dan suku-suku lainnya, karena hal itu dapat menjadi jerat dan perangkap bagi Bani Israel. Sebagian dari Bani Israel bahkan melupakan ajaran Torah dan ikut menyembah Baal dan Asytoret. Ketika Bani Israel mulai meninggalkan Allah dan hidup bersama dengan suku Kana’an serta ikut menyembah dewa suku Kana’an, maka bencana menimpa Bani Israel. Mereka sering dikalahkan oleh suku-suku di wilayah itu. Ketika mereka dikalahkan maka kemudian mereka ganti ditindas dan diperbudak. Setelah itu, mereka baru ingat kembali pada Taurat dan meminta pertolongan Allah, kemudian Allah membangkitkan pahlawan atau menurunkan orang-orang shalih di antara mereka. Oleh para pahlawan atau orang salih lalu dilantunkan nyanyian Musa untuk mengingatkan agar mereka kembali kepada Taurat dan diselamatkan oleh Allah. Orang shalih di antara mereka kemudian mereka angkat sebagai Hakim yang memutusi berbagai macam perkara di antara mereka. BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-48) Hakim tersebut juga berfungsi sebagai penjaga Tabut Taurat, mengajarkan risalah Taurat dan komunikator kepentingan antar suku Bani Israel. Sedang kepala suku dan para tetua suku tetap menjadi pemutus kepentingan suku masing-masing. Di antara hakim hakim itu bahkan ada yang menjadi Nabi Bani Israel. Karena sulit bersatu di antara suku Bani Israel pernah diperbudak oleh suku lain. Di antaranya, Suku Ben Yamin pernah dikalahkan dan diperbudak oleh raja Moab yang bersekutu dengan raja suku Amalek namun kemudian dibebaskan oleh pahlawannya yang bernama Ehud. Suku Efraim, Naftali dan Zebulon dikalahkan dan diperbudak oleh Yabin raja Kana’an yang berkuasa di Hazor yang mempunyai kereta perang dari besi. Suatu penemuan baru dalam peralatan perang pada masa itu. Kemudian muncul Hakim perempuan yang bernama Debora dari suku Efraim, yang dapat menyatukan tiga suku tersebut sehingga dapat mengalahkan raja Yabin. Beberapa suku Bani Israel lainnya juga pernah dikalahkan dan diperbudak oleh raja Zebah dan Salmuna dari puak suku Madyan. Belasan tahun kemudian muncul pahlawan Bani Israel dari Ofra tepi barat sungai Yordan yaitu Gideon orang Abiezer dari suku Ben Yamin yang dapat menyatukan suku Ben Yamin, Naftali, Asyer, Manasye dan Efraim yang kemudian mengalahkan raja Zebah dan Salmuna. BERSAMBUNG

Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group