Oleh: H. Winarto AR bin Darmoredjo (Majelis Dakwah Edwin Az-Zahra)
Pernah dengar lomba lari tanpa finish? Mungkin jarang yang pernah dengar. Karena terdengar aneh, lomba lari kok tanpa finish? Tetapi kenyatannya lomba tersebut ada. Coba kita simak paparan berikut ini.
***
Bagaimana rasanya ya kalau kita ikut lomba lari tanpa garis finish? Pertama, pasti melelahkan. Secepat dan selama apapun kita lari, garis finish tidak kunjungan kelihatan.
Kedua, membingungkan. Peserta lomba akan bercerai berai karena tujuan akhirnya perlombaan yaitu garis finish tidak ada. Ada yang lari ke utara, ke selatan atau berputar-putar nggak tahu harus lari ke arah mana.
BACA JUGA: Sudahlah Hidupnya Kafir, Matinyapun Kafir
Ketiga, tidak jelas siapa pemenangnya. Karena lomba lari tanpa garis finish, maka siapa pun yang larinya paling kencang sekalipun tidak akan jadi juara karena belum melewati garis finish yang memang tidak ada.
Pertanyaannya adalah: apakah kita akan ikut lomba lari tanpa garis finish ini? Tentu tidak. Buat apa ikut, lha wong sudah melelahkan dan membingungkan, tidak ada juara lagi.
Tapi apakah dalam kehidupan sehari-hari tidak ada lomba lari macam begini dan barangkali kita menjadi salah satu pesertanya? Ternyata tanpa terasa bisa jadi menjadi salah satu peserta lomba seperti ini.
Tanda kepesertaan lomba ini adalah tiadanya kata cukup dan kurangnya rasa syukur atas apa yang sudah kita dapatkan.
BACA JUGA: Perbaiki Jadwal Shalatmu, Pasti Allah Atur Jadwal Hidupmu
Lomba itu antara lain: lomba mengumpulkan harta. Berapa harta yang harus kita kumpulkan untuk menjadi pemenang? Tidak ada batasnya. Tidak ada kata cukup. Kalau toh ada release tentang daftar orang terkaya di dunia, itu hanya garis finish semu.
Kenapa? Karena pesertanya akan berlomba lagi untuk jumlah kekayaan yang lebih banyak lagi, lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi.
Mungkin kita bukan peserta tingkat dunia. Tapi barangkali kita ikut lomba tingkat RT. Kita berlomba dengan tetangga, berlomba dengan teman sekantor atau berlomba dengan peserta lain dalam lingkungan yang berbeda.
Para koruptor di negeri ini adalah sebagaian dari peserta lomba lari tanpa garis finish ini. Mereka kira dengan menggarong uang rakyat bisa menjadi pemenang.
Lomba tanpa garis finish lainnya adalah lomba mendapatkan pujian dan popularitas. Berapa banyak pujian dan berapa tinggi popularitasnya? Tidak ada batas, tanpa garis finish.
BACA JUGA: Semua Ada Masanya
Pujian dan popularitas itu tidak bertepi. Makin banyak pujian makin melambung. Makin tinggi popularitas makin melenakan.
Walaupun batasan prestasinya tidak ada, namun sebenarnya ada garis finish-nya yang akan menghentikan langkah semua peserta yaitu kematian. Dalam QS. At-Takatsur ayat 1-2 disebutkan bahwa bermegah-megahan telah melalaikan manusia hingga garis finish-nya berupa liang kubur.
Marilah kita evaluasi hidup kita ini. Apakah nafsu menumpuk harta, jabatan dan popularitas ini sudah menjadi gaya hidup kita bak ikut lomba lari tanpa garis finish? Berhentilah sejenak dari berlari, larutlah dalam keheningan dan renungkan perjalanan yang sudah kita lalui.
Barangkali kita sudah ngos-ngosan menjadi peserta lomba ini. Barangkali kita sudah mengabaikan aturan main yang sudah ditentukan.
Lihat dan perhatikan orang-orang yang kita cintai di sekeliling kita. Anak, istri,suami, orang tua. Barangkali karena terlalu sibuknya berlari, kita lupa memperhatikan mereka bahkan kita lupa menghadap kepada Yang Maha Kuasa.
BACA JUGA: Namanya Bersahabat, Harus Saling Mendoakan
Jangan sampai kita tersadar saat malaikat pencabut nyawa sudah berdiri di depan pintu rumah kita.
Terdapat sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (terlepas dari status atau tingkatannya) yang diriwayatkan dari Ibnu Umar radiallahu ‘anhu berbunyi sebagai berikut:
اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi.”
Wallahu a’lam.
