Salah Bertanya

Salah Bertanya

 

Oleh: Satria Hadi Lubis

KADANGKALA hubungan kita buruk dengan orang lain bukan disebabkan salah menjawab, tapi karena salah bertanya. Sebaliknya, pertanyaan yang tepat justru akan menambah kedekatan hubungan kita dengan orang lain.

Contohnya, ketika bertemu dengan saudara di saat lebaran, lalu kita bertanya, "Anak sudah berapa?", "Sudah nikah atau belum?", "Sekarang kerja apa?". Pertanyaan semacam itu bisa jadi menyinggung perasaan dan merenggangkan hubungan dengan orang yang ditanya.

Sebab belum tentu saudara kita itu sudah punya anak, walau sudah lama menikah. Saudara kita itu belum tentu sudah menikah, walau telah lama menjomblo dan ingin sekali menikah. Mungkin saudara kita itu sekarang sedang menganggur, walau sudah berusaha cari kerja kemana-mana.

Dalam pernikahan juga begitu. Seringkali pertengkaran rumah tangga, bahkan perceraian, diawali oleh pertanyaan-pertanyaan yang menyinggung perasaan pasangan. Dan ironisnya, pertanyaan itu terus menerus diulang pada kesempatan yang berbeda seakan tak ada kapoknya.

Contohnya, ketika suami pulang lebih lambat dari biasanya, istri bertanya, " Dari mana kamu?". Atau ketika isteri meminta uang belanja, suami bertanya, "Uang belanja kemaren buat apa?". Pertanyaan semacam itu bisa menyinggung perasaan pasangan karena seakan ia tidak dipercaya. Apalagi jika diiringi dengan nada kesal atau bahasa tubuh yang curiga.

Benarlah Rasulullah saw yang mengatakan "Jika tidak bisa berbicara yang baik, lebih baik diam". Lebih baik diam sambil tetap tersenyum dan tak curiga jika pasangan melakukan sesuatu yang menurut kita kurang berkenan. Daripada asal ngablak bertanya atau ngomong yang membuat pasangan tersinggung.

Khusus untuk para istri harus lebih mampu mengerem pertanyaan-pertanyaan yang menyinggung perasaan suami. Sebab fitrahnya isteri itu lebih mudah curiga dan lebih cerewet bertanya daripada suami.

Pertanyaan istri yang salah dan berulang-ulang dilakukan akan menumpuk perasaan tersinggung suami sampai akhirnya ia melakukan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dengan memukul isterinya. KDRT suami biasanya diawali oleh KDRT psikis oleh istri dengan cara menyinggung perasaan suami karena melempar pertanyaan yang salah berulang-ulang.

Secara logika tidak mungkin suami tiba-tiba memukul istri jika tidak karena kekesalan yang menumpuk akibat istri selalu berbicara atau bertanya yang menyakitkan hati.

Begitu pun suami, jangan mudah tersinggung dengan pertanyaan atau omongan istri yang kadang kurang menghargai suami. Seharusnya suami harus yakin bahwa pertanyaan atau omongan istri yang menyakitkan itu datang dari niat baik istri untuk mempertahankan mahligai rumah tangga agar selamat sampai ke tujuan (akhirat).

Kesimpulannya, mari kita sebagai suami atau istri lebih pandai melemparkan pertanyaan kepada pasangan, sehingga pasangan tidak tersinggung dengan pertanyaan kita. Sebab ketersinggungan yang menumpuk akan mengakibatkan pasangan merasa tidak nyaman berdekatan dengan kita dan memicu pertengkaran yang sebenarnya tak perlu terjadi.



Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group