Tata Cara Adzan dan Iqamah yang Benar

Tata Cara Adzan dan Iqamah yang Benar

 

Muslim Obsession – Shalat merupakan ibadah paling utama yang mesti dijalankan setiap Muslim. Untuk menunaikannya, ada dua elemen penting agar setiap Muslim mengetahui waktu masuk shalat, yaitu Adzan dan Iqamah.

Keduanya memiliki aturan dan tata cara tertentu yang perlu diikuti agar sesuai dengan ajaran Islam. Kitab Matan Taqrib, yang merupakan salah satu kitab fikih klasik yang banyak dirujuk, memberikan panduan rinci tentang tata cara Adzan dan Iqamah yang benar.

Menukil Rumaysho, berikut ini pernyataan Al-Qadhi Abu Syuja’ rahimahullah dalam Matan Taqrib berkata,

وَسُنَنُهَا قَبْلَ الدُّخُوْلِ فِيْهَا شَيْئَانِ: الأَذَانُ وَالإِقَامَةُ، وَبَعْدَ الدُّخُوْلِ فِيْهَا شَيْئَانِ: التَّشَهُّدُ الأَوَّلُ، وَالقُنُوْتُ فِي الصُّبْحِ وَفِي الوِتْرِ فِي النِّصْفِ الثَّانِي مِنْ شَهْرِ رَمَضَان

“Sunnah-sunnah shalat sebelum memasuki shalat ada dua: adzan dan iqamah. Setelah memasuki shalat ada dua: tasyahud awal, qunut pada shalat Shubuh dan pada shalat witir di separuh terakhir dari bulan Ramadhan”.

Adzan

Adzan, secara Bahasa berarti al-i’laam, pemberitahuan. Secara istilah, adzan berarti ucapan khusus yang memberitahukan masuknya waktu shalat wajib. Adzan bertujuan sebagai pemberitahuan tentang syiar Islam serta mengajak umat Islam untuk berkumpul melaksanakan shalat.

Hukum adzan: sunah muakkad dan adzan adalah sunah kifayah yang dilakukan oleh seorang muadzin di satu masjid, dan adzan adalah sunah untuk shalat yang saat ini dan shalat yang luput.

Catatan: Adzan dihukumi sunnah untuk orang yang shalat sendirian. Jika shalat rutin sudah dilaksanakan di masjid, maka tidak perlu dikumandangkan lagi adzan. Adzan disyariatkan pada tahun pertama hijriah.

Syarat muadzin: (1) Islam, (2) Tamyiz atau diterima dari anak yang sudah paham hukum adzan, mengetahui waktu shalat, (3) Laki-laki, (4) Kalimat adzan berurutan, (5) Berkesinambungan antara kalimat adzan (tidak dengan jeda waktu yang lama antara kalimat adzan), (6) Meninggikan suara jika mengumandangkan adzan untuk jamaah, dan (7) Masuknya waktu, maka tidak sah sebelum masuk waktu berdasarkan ijmak ulama.

Catatan: Wanita tidak mengumandangkan adzan, tetapi dianjurkan baginya untuk mengumandangkan iqamah dengan suara pelan.

Sunah-Sunah Adzan

1.     Hendaknya muadzin menghadap kiblat karena itu adalah arah yang paling mulia.

2.     Hendaknya muadzin suci dari hadats besar dan kecil.

3.     Adzan dilakukan sambil berdiri.

4.     Hendaknya muadzin menoleh ke kanan saat mengucapkan “Hayya ‘alash shalah” dan menoleh ke kiri saat mengucapkan “Hayya ‘alal falah”.

5.     Melantunkan adzan dengan tenang dan perlahan.

6.     Mengulang syahadat dalam adzan (muadzin mengucapkan dua kalimat syahadat secara lirih, lalu mengucapkannya dengan keras).

7.     Mengucapkan “As-shalatu khairun minan-naum” (Shalat lebih baik daripada tidur) dua kali dalam adzan subuh setelah “Hayya ‘alal falah”.

8.     Hendaknya muadzin memiliki suara yang merdu dan akhlak yang baik.

9.     Tidak salah dalam mengucapkan adzan sehingga huruf dan kata-katanya keluar dari asalnya dan tempat keluarnya.

10.  Hendaknya muadzin mengumandangkan adzan subuh sebelum waktu masuk dan adzan saat waktu masuk, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari, “Bilal mengumandangkan adzan di malam hari, maka makan dan minumlah hingga kalian mendengar adzan dari Ibnu Ummi Maktum”.

11.  Doa dan shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah adzan sebagaimana disebutkan: ketika mendengar panggilan, “Ya Allah, Rabb dari seruan yang sempurna ini, dan shalat yang ditegakkan ini, berilah Muhammad wasilah dan keutamaan, dan bangkitkanlah dia pada maqam terpuji yang telah Engkau janjikan”. (HR. Bukhari)

Catatan:

a.     Mengikuti muadzin dan memperhatikan adzannya, serta menjawab sebagaimana yang dikatakan oleh muadzin, dari Abdullah bin Amr, seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah, para muadzin mengungguli kami. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Katakan sebagaimana yang mereka katakan, dan ketika selesai, mintalah, niscaya akan diberikan”. (Muttafaq Alaih)

b.     Jika seorang muslim mendengar beberapa adzan dari masjid berbeda, hendaklah ia menjawab setiap ucapan muadzin. Hendaklah ia ucapkan seperti ucapan muadzin, hukumnya disunnahkan (dianjurkan).

c.     Orang yang sedang berhadats kecil dimakruhkan mengumandangkan adzan. Orang junub lebih keras lagi untuk dilarang.

d.     Ketika shalat Id (Idulfitri dan Iduladha) disyariatkan memanggil jamaah dengan ucapan “ash-shalaatul jaami’ah”, tidak ada ucapan adzan saat itu untuk memanggil jamaah.

Iqamah

Iqamah adalah suatu ucapan khusus yang disyariatkan untuk mengajak orang yang hadir untuk shalat. Hukum iqamah adalah sunnah kifayah.

Catatan:

a.     Syarat-syarat iqamah: sama dengan syarat-syarat adzan.

b.     Wanita masih dibolehkan untuk mengumandangkan iqamah.

c.     Sunnah-sunnah iqamah: Sama dengan sunnah-sunnah adzan, dengan tambahan bahwa yang mengumandangkan iqamah adalah orang yang mengumandangkan adzan.

d.     Disunnahkan untuk mempercepat pengucapan lafazh-lafazh iqamah.

e.     Jika seorang muslim melaksanakan lebih dari satu shalat dalam satu waktu, seperti shalat yang terlewat atau menjamak dua shalat, maka adzan dikumandangkan untuk shalat yang pertama dan iqamah untuk masing-masing shalat. Diriwayatkan oleh Muslim bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menggabungkan shalat Maghrib dan Isya di Muzdalifah dengan satu adzan dan dua iqamah.

f.      Adzan lebih utama daripada iqamah.

g.     Muadzin memiliki kendali atas waktu adzan, dan imam memiliki kendali atas waktu iqamah.

h.     Lafazh-lafazh iqamah: “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaha illallah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, Hayya ’ala as-salah, Hayya ’ala al-falah, Qad qamatis salah, Qad qamatis salah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, la ilaha illallah.”

 



Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group