Akhlak, Puncak Ilmu dan Cermin Ketakwaan

Muslim Obsession – Seseorang yang dinilai terbaik dalam pandangan Allah Ta’ala adalah mereka yang paling bertakwa kepada-Nya. Ini jelas dan tak bisa dibantah, berdasarkan firman Allah Ta’ala:
“..Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu,” (QS. Al-Hujurat: 13).
Takwa dicirikan dengan banyak hal, seperti melaksanakan ibadah, membaca Al-Quran, bersedekah, dan lainnya. Sederhananya, orang bertakwa cirinya adalah ia mampu melaksanakan semua perintah Allah Ta’ala dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya.
Selaras dengan ayat di atas yang menyatakan bahwa orang termulia di sisi Allah, maka Rasulullah SAW memberikan informasi bahwa orang-orang yang paling dicintainya dan Allah Ta’ala adalah mereka yang memiliki akhlak baik.
Rasulullah SAW bersabda:
"Maukah aku beritahukan kepada kalian apa yang paling dicintai Allah dan paling dekat denganku tempatnya kelak pada hari kiamat?" Para sahabat menjawab, "Ya, wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda, "Orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian," (HR Ibnu Hibban)
Akhlak merupakan cermin ketakwaan seseorang kepada Allah Ta’ala. Orang-orang yang bertakwa sudah pasti memiliki akhlak yang baik, sehingga ia istimewa dalam pandangan Allah Ta’ala.
Takwa terdiri atas unsur keseimbangan antara akhlak yang baik terhadap Allah Ta’ala (hablumminallaah) dan akhlak terhadap orang-orang di sekitarnya (hablumminannaas). Ia tidak hanya dipandang shalih personal, melainkan juga shalih sosial.
Di sisi lain, akhlak dipandang sebagai puncak ilmu. Seseorang yang berilmu tidak bisa menjadi mulia jika ia tidak memiliki akhlak yang baik.
Di samping akhlak, kita juga mengenal kata ‘adab’. Maknanya, jika akhlak dimaknai sebagai watak dasar manusia, maka adab adalah ekspresi yang lahir dari watak tersebut.
Ia hanyalah perangkat lahiriah semata, tidak lebih. Sebab, adab di sini bekerja berdasarkan warna akhlak. Jika akhlak berwarna merah, adab pun bekerja dengan warna merah, dan begitu seterusnya.
Para ulama berkata, “al-adab fawqa al-ilm” yang maknanya adalah adab di atas ilmu. Tanpa adab, ilmu kehilangan makna. Adab yang baik membawa kita pada pemahaman yang lebih bijaksana, menjadikan ilmu sebagai bekal untuk kehidupan.
Akhlak adalah jiwa dari ilmu dan perbuatan manusia. Tanpa akhlak, ilmu kehilangan tujuannya dan hanya menjadi alat untuk memenuhi ambisi pribadi. Dengan akhlak, kita akan mencapai kebijaksanaan, kebahagiaan, dan keberkahan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Akhlaklah yang menuntun kita untuk mengenal Allah, mencintai Rasulullah, memahami Al-Quran, dan menjalani kehidupan yang seimbang dalam keluarga, masyarakat, dan dunia kerja. Puncak dari segala ilmu adalah ketika kita mampu memanifestasikan akhlak mulia dalam setiap langkah kehidupan. (Fath)
Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group