Viral Kasus Anjing Pelacak Dipukul, Bagaimana Pandangan Islam?

Islam melarang penganiayaan terhadap binatang jenis apapun

Viral Kasus Anjing Pelacak Dipukul, Bagaimana Pandangan Islam?
Ulama dari Mazhab Syafi’i membagi tiga kategori anjing (foto: freepik)

Muslim Obsession, Jakarta - Belakangan ini ramai video satpam mal memukul anjing pelacak, berujung pada pemutusan kontrak vendor oleh Plaza Indonesia (PI) Jakarta. Sekuriti yang sekaligus menjadi handler sang anjing juga kena getah pemecatan.Ternyata aksi pemukulan anjing lantaran sekuriti terpaksa memukul anjing untuk menyelamatkan anak kucing yang digigit si anjing.

Lalu bagaimana pendapat sebagian ulama soal penyiksaan terhadap binatang termasuk anjing?

Pada prinsipnya, Islam melarang penganiayaan terhadap binatang jenis apapun. Islam menjamin hak hidup binatang-binatang sebagai ciptaan Allah. Manusia tidak berhak menyakiti atau bahkan menghilangkan nyawa binatang.

Rasulullah dalam hadits riwayat Imam Muslim melarang manusia untuk menjadikan nyawa binatang sebagai taruhan atau permainanan

 وَعَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ  “لَا تَتَّخِذُوا شَيْئاً فِيهِ اَلرُّوحُ غَرَضًا” رَوَاهُ مُسْلِمٌ Artinya,

“Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Jangan kalian menjadikan binatang bernyawa sebagai sasaran bulan-bulanan,’” (HR Muslim).

Imam An-Nawawi dalam syarah sahih Muslim-nya mengatakan, larangan pada hadits ini bermakna pengharaman bagi umat Islam menganiaya binatang.

Hadits lainnya menyebutkan maksud yang sama bahwa menyiksa binatang dilarang oleh Islam.

عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ مَرَّ ابْنُ عُمَرَ بِفِتْيَانٍ مِنْ قُرَيْشٍ قَدْ نَصَبُوا طَيْرًا وَهُمْ يَرْمُونَهُ وَقَدْ جَعَلُوا لِصَاحِبِ الطَّيْرِ كُلَّ خَاطِئَةٍ مِنْ نَبْلِهِمْ فَلَمَّا رَأَوُا ابْنَ عُمَرَ تَفَرَّقُوا فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ مَنْ فَعَلَ هَذَا لَعَنَ اللَّهُ مَنْ فَعَلَ هَذَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَعَنَ مَنِ اتَّخَذَ شَيْئًا فِيهِ الرُّوحُ غَرَضًا

Dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, “Ibnu ‘Umar pernah melewati sekumpulan pemuda Quraisy. Saat itu mereka memajang burung dan dijadikan sasaran tembak (dengan panah). Mereka lantas berikan anak panah pada pemiliknya. Ketika Ibnu ‘Umar melihat kelakuan mereka tersebut, beliau memisah mereka. Lantas Ibnu ‘Umar berkata,

“Siapa yang melakukan seperti ini, maka Allah melaknat pelakunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran tembak.”  (HR. Muslim, no. 1958) 

اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: – نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَنْ يُقْتَلَ شَيْءٌ مِنَ اَلدَّوَابِّ صَبْرًا

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang pembunuhan binatang dengan diikat lantas dipanah.” (HR. Muslim no. 1959).

Tak Boleh Aniaya Anjing

Adapun terkait anjing, Ibnu Abdil Barr dari mazhab Maliki menyatakan bahwa penganiayaan terhadap anjing juga diharamkan. Sebaliknya, kebaikan terhadap anjing juga mengandung anjuran dan ganjaran pahala:

قد يكون في التقصير في الإحسان إلى الكلب لأنه قانع ناظر إلى يد متخذه ففي الإحسان إليه أجر كما قال صلى الله عليه وسلم في كل ذي كبد رطبة أجر وفي الإساءة إليه بتضييقة وزر

Artinya, “Terkadang terjadi kelalaian untuk berbuat baik terhadap anjing. Hal ini cukup dilihat dari tangan orang yang memeliharanya. Berbuat baik terhadap anjing bernilai pahala sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ‘Pada setiap limpa yang basah terdapat pahala.’ Berbuat jahat dengan kezaliman tertentu terhadap anjing bernilai dosa,” (Lihat Ibnu Abdil Barr, Al-Istidzkar Al-Jami‘ li Madzahibi Fuqaha’il Amshar, [Halab-Kairo Darul Wagha dan Beirut, Daru Qutaibah: 1993 M/1414 H], cet.

Tiga Kategori Anjing

Khusus untuk anjing, ulama dari Mazhab Syafi’i membagi tiga kategori anjing. Tiga kategori dapat dijadikan acuan dalam menyikapi anjing di sekitar manusia. 

 واعلم أن الكلب ينقسم إلى ثلاثة أقسام عقور وهذا لا خلاف في عدم احترامه وندب قتله وما فيه نفع من اصطياد أو حراسة وهذا لا خلاف في احترامه وحرمة قتله وما لا نفع فيه ولا ضرر وهذا فيه خلاف ومعتمد الرملي فيه أنه محترم

Artinya, “Anjing terbagi tiga jenis. Pertama, anjing (galak) yang suka mengigit. Ulama tidak berkhilaf terkait ketidakhormatannya dan anjuran untuk membunuhnya. Kedua, anjing yang bermanfaat untuk berburu dan menjaga.

Ulama tidak berselisih terkait kehormatannya dan keharaman untuk membunuhnya. Ketiga, anjing yang tidak bermanfaat dan membawa mudharat.

Ulama berbeda pendapat perihalnya. Pandangan Ar-Ramli mengatakan, anjing jenis ini harus dijaga kehormatannya,” (Sayyid Bakri bin Sayyid M Syatha Dimyathi, I'anatut Thalibin [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz IV, halaman 120).

Berdasarkan keterangan di atas, kita pertama harus membedakan keharaman dan najis anjing serta perlakuan manusia terhadapnya. Keharaman anjing jelas mencegah kita untuk mengonsumsinya.

Terkait najis anjing mengharuskan kita untuk menyucikannya sebagaimana pedoman dalam kitab-kitab fiqih. Adapun perlakuan dan sikap manusia terhadap anjing dalam Islam mengharuskan manusia untuk berbuat baik kepadanya sebagaimana hak hidupnya yang dijamin dalam syariat baik perawatan minumnya maupun sikap adil terhadapnya, bukan menyiksa apalagi membunuhnya. (fan)

 

 

 

  



Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group