Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-9)

Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-9)
Oleh: Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah) A. Nabi Ibrahim 7. Kembali ke Wilayah Kana’an. Kitab Kejadian mengisahkan, dengan rombongan yang besar tentu dengan jumlah ternak yang besar pula, membuat perjalanan kembali ke wilayah Kana’an menjadi lambat karena sering kali harus berhenti dan memasang tenda di tempat yang harus tersedia air yang cukup dan padang rumput yang cukup luas. Setiap kali singgah pasti memerlukan waktu yang cukup lama. Nabi Ibrahim dan rombongan bergerak menyusuri sungai Nil hingga sampai ke delta Nil di sekitar wilayah Gosyen. Kemudian berbelok ke timur menyusuri daratan yang tidak terlampau jauh dengan garis pantai Mediterania. Bila terlampau dalam ke selatan sedikit akan menemui gurun pasir yang menyulitkan ternak, yaitu Gurun Shur. Jika terlampau dekat pantai akan sering bertemu dengan jalur para pelaut yang kebanyakan orang Filistin. Para ilmuwan arkheoligis sampai sekarang tidak dapat mengungkap secara pasti asal usul suku Filistin. Mereka bukan suku Kana’an kuno dan juga bukan suku Mesir. Para ilmuwan hanya bersepakat bahwa suku Filistin adalah imigran pelaut dari wilayah utara Mediterania, namun tidak diketahui berasal dari wilayah mana. Pada zaman Nabi Ibrahim, suku Filistin sudah tinggal di pantai Mesir hingga Gaza. Jalur ini juga cukup berbahaya karena sering muncul secara tak terduga kawanan perampok, baik orang orang Filistin, suku-suku Mesir, maupun suku-suku Kana’an kuno. Rombongan orang dalam jumlah banyak menjadi lebih aman, namun harus pandai memilih jalur jalan. Ketika mulai memasuki wilayah suku-suku Kana’an, Nabi Ibrahim menghindari daratan Gaza, lurus ke timur masuk gurun Negev. Kitab Kejadian mengisahkan Nabi Ibrahim tinggal di tempat ini cukup lama. Untuk dapat tinggal di situ Nabi Ibrahim membuat kesepakatan dengan kepala suku lokal. Kesepakatan berupa batas-batas yang disepakati untuk tempat tinggal Nabi Ibrahim dengan pengikutnya beserta tempat gembala ternaknya. Batas batasnya ditandai dengan membuat tujuh buah sumur (Beersyeba). Setelah cukup lama di Beersyeba, rombongan Nabi Ibrahim kemudian melanjutkan perjalanan dengan menyusuri sungai Yordan. Ketika membuka perkemahan di suatu tempat di dekat tepian sungai Yordan, sempat terjadi keributan mengenai tempat gembala ternak. Terbatasnya padang rumput menjadi sebab keributan. Nabi Ibrahim dan Luth kemudian berunding dan sepakat berpisah rombongan. Luth memimpin sebuah rombongan besar menuju Sodom. Wilayah yang berdekatan dengan daerah berpenduduk lainnya seperti, Adma, Zeboim dan Zoar. Sedangkan Nabi Ibrahim dan rombongannya meneruskan perjalanan menuju Mamre dekat Hebron. SELANJUTNYA [caption id="attachment_75018" align="aligncenter" width="374"] Sodom, Gomorah, Admah, Zeboiim, Zoar, tidak terlampau jauh dari Hebron. Saat Luth dan rombongannya datang ke Sodom, bisa dipastikan wilayah tersebut adalah tanah yang subur dan cocok untuk peternakan. (Foto: pinterest)[/caption] 8. Kelahiran Ismail. Telah beberapa tahun di Mamre Hebron. Sarah yang semakin tua merasa dirinya semakin sulit atau bahkan sudah kehilangan harapan untuk dapat memberikan anak kepada Nabi Ibrahim. Sangat mungkin Nabi Ibrahim telah meyakinkan Sarah bahwa dirinya telah mendapatkan janji dari Allah akan mendapatkan keturunan. Namun dengan penantian yang sangat lama Sarah semakin pesimis akan memperoleh anak. Didorong oleh rasa kasihan kepada Nabi Ibrahim yang setia menjadi suaminya, kemudian Sarah menyerahkan Hajar yang masih muda kepada Ibrahim untuk dinikahi dengan status tetap sebagai budak Sarah. Dengan status tersebut, apabila nanti Hajar melahirkan anak, maka anak tersebut akan menjadi hak Sarah. Demikianlah adat yang berlaku terkait status budak dan hak-haknya pada masa itu. Hajar adalah wanita yang Al-Quran maupun Kitab Kejadian tidak menjelaskan asal usulnya. Berdasar adat masa lalu, jika seseorang menghadiahkan seorang wanita kepada orang yang dihormatinya, maka wanita hadiah tersebut biasanya adalah anaknya sendiri atau dari kerabat dekatnya yang pantas untuk dijadikan hadiah. Dapat diduga bahwa Hajar adalah anak Wankare Raja Mesir. Paling tidak adalah keluarga dekat Wankareyang pantas untuk dihadiahkan kepada Sarah yang tidak bisa ditaklukkannya. Kitab Kejadian mengisahkan, tidak lama kemudian Hajar hamil. Timbul rasa cemburu Sarah kepada Hajar yang menimbulkan adanya tekanan psikologis pada Hajar. Suatu saat, Hajar tidak mampu menanggung beratnya tekanan psikologis atas perlakuan Sarah. Hajar memutuskan melarikan diri dari rumah Nabi Ibrahim. Berjalan sambil menggunaka alat untuk menghilangkan jejak. Alat dari kayu yang diikat dengan tali di kedua ujungnya. Talinya dililitakan pada pinggangnya kemudian diseret. Kayunya menghapus jejak kaki di tanah. Maksudnya adalah pulang ke Mesir melalui daerah Negev. Setelah menempuh perjalanan sekitar 120 km, kemudian istirahat sambil menahan rasa sedih di sebuah sumur. Tiba-tiba datang malaikat. Sangat mungkin malaikat Jibril yang kemudian menghiburnya. Disampaikannya bahwa “EL Mendengar” semua keluhan kesedihannya. Malaikat mungkin juga menyampaikan masa depan anak dan keturunannya yang berjumlah sangat banyak sehingga tidak dapat dihitung. Hati Hajarmenjadi tenang kembali. Setelah hilang lelahnya, kemudian berjalan kembali ke rumah Nabi Ibrahim. Di kemudian hari, sumur tempat istirahat Hajar dinamakan Beerlahairoi yang mempunyai arti “sumber atau sumur makhluk hidup yang melihatku”. Di Hebron, Hajar akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismael yang mempunyai arti “EL Mendengar”. Pada saat Ismael lahir, Nabi Ibrahim berumur sekitar 85 tahun. Ismsel lahir sekitar tahun 2080 SM. SELANJUTNYA [caption id="attachment_75019" align="aligncenter" width="480"] Hejaz, jalur perjalanan Nabi Ibrahim hingga sampai Bakkah. Pada masa itu belum ada kota-kota sebagaimana yang tertulis dalam peta. (Foto: the review of religions)[/caption] 9. Nabi Ibrahim Membawa Hajar ke Bakkah. Kitab Kejadian mengisahkan tentang kecemburuan yang tidak bisa ditahan oleh perasaan dan pikiran Sarah. Setiap hari dilihatnya bayi Ismael yang lucu dan keceriaan Nabi Ibrahim ketika menimang Ismael. Kemudian dimintanya Nabi Ibrahim membawa pergi Hajar dan Ismael. Nabi Ibrahim pergi dengan membawa rombongan kecil dan beberapa ternaknya untuk bekal perjalanan. Dibawa Hajar dan Ismael ke suatu tempat yang jauh dari Hebron. Arah perjalanan tidak menuju ke Mesir, tetapi ke arah timur lalu ke selatan. Perjalanan yang berlawanan dengan arah ke Mesir. Melawati pegunungan batu Negev. Kemudian memasuki wilayah pegunungan batu dan padang pasir ganas yang di dalam Kitab Kejadian disebut bukit Paran. Setelah itu mengarungi jalur perbukitan Hejaz, bahkan melawati Wadi Al-Qura’. Nabi Shalih dan kaum Tsamud pernah tinggal di kawasan Wadi Al-Qura’. Namun Nabi Ibrahim juga terus melanjutkan perjalanan. Tentu Hajar dan rombongannya bertanya-tanya apakah Nabi Ibrahim pernah melewati daerah tersebut. Tidak ada yang mengerti akan berhenti di mana. Perjalanan semakin jauh dan melewati bukit dan lembah lainnya yang mungkin belum pernah dilalui manusia. Tentu sangat mengherankan dengan arah yang dituju Nabi Ibrahim untuk membawa Hajar dan Ismael, apabila hanya untuk menjauhkan dari pandangan dan pertemuan dengan Sarah. Akhirnya perjalanan justru berhenti pada dataran rendah, lembah batu dan pasir yang tandus dan gersang dikelilingi bukit batu hitam keras, tidak ada tanda-tanda pernah dihuni dan pernah dilewati manusia. Jika dihitung, jarak yang ditempuh ternyata sejauh lebih dari 1500 km dari Hebron. BERSAMBUNG

Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group