Diproduksi Aktivis Muhammadiyah dan NU, Film ‘Jejak Langkah 2 Ulama’ Tidak Akan Diputar di Bioskop

5810

Jakarta, Muslim Obsession – Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) merupakan dua Ormas Islam terbesar di Tanah Air yang aktivitasnya selalu berdampingan selama hampir satu abad.

Meski ada beberapa perbedaan dalam aktivitas organisasi dan manhaj dakwahnya, namun Muhammadiyah dan NU sejatinya memiliki banyak persamaan.

Salah satunya adalah pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan dan pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari sama-sama pernah menjadi santri Kiai Shaleh Darat, tokoh ulama besar dari Semarang.

Faktor ini yang menjadi salah satu alasan film Jejak Langkah 2 Ulama ini tengah diproduksi. Film garapan bersama Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah dengan Ponpes Tebuireng, Jombang itu berupaya mengembalikan kisah historis pada tempatnya semula.

Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Abdul Hakim Mahfudz, mengatakan bahwa film ini juga sekaligus menegasikan upaya sekelompok kecil dan individu yang selama ini berusaha membelokkan dengan menempatkan kedua tokoh (Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim) seolah-olah berseberangan.

Padahal menurutnya, perbedaan amaliyah pengikut Muhammadiyah dan NU yang terus dibesar-besarkan itu sebenarnya bersifat furu’iyah. (Baca juga: Jejak Langkah Dua Ulama, Film Tentang Dua Tokoh Besar Muhammadiyah dan NU)

“Ini untuk syiar kita, barangkali selama ini syiar-syiar datang dari mereka. Kita coba untuk menghadirkan kembali bagaimana kehidupan ulama zaman dahulu itu banyak yang dibelokkan kita coba luruskan,” jelas kiai yang akrab dipanggil Gus Kikin beberapa waktu lalu.

Film ‘Jejak Langkah 2 Ulama’ mengambil lokasi syuting di empat tempat, Yogjakarta, Jombang, Kediri, dan Bangkalan. Film ini tidak melibatkan aktor dan aktris terkenal. Para pemain sepenuhnya berasal dari kader Muhammadiyah dan NU, termasuk santri, yang sebelumnya melalui proses casting.

Saat ini penggarapan sudah memasuki proses editing. Rencananya, pemutaran film Jejak Langkah2 Ulama tidak dilakukan di gedung bioskop. Tim manajemen bersepakat memutar film secara marathon dari satu pesantren ke pesantren, madrasah, dan organisasi dibawah naungan NU dan Muhammadiyah.

Kiai Ahmad Dahlan merupakan pendiri Muhammadiyah (1912), ormas Islam yang berdiri 14 tahun lebih tua sebelum kemudian Kiai Hasyim mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926.

Saat nyantri kepada Kiai Sholeh, Ahmad Dahlan masih berusia 16 tahun, sementara Hasyim Asy’ari 14 tahun. Dari mata air pengetahuan yang sama dua pemuda yang terkenal cerdas itu menyerap pelajaran ilmu fiqih, tasawuf dan berbagai macam ilmu agama lainnya.

Adapun soal basis umat keduanya yang berada di kawasan kota dan pedesaan, itu hanya masalah pembagian peran. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here