
Oleh:
Agus Mualif Rohadi (Pemerhati Sejarah)
B. Nabi Yusuf di Mesir Salah satu berkat Nabi Ya’qub kepada Yehuda tersebut adalah: “Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda, dan lambang pemerintahan (pemberi hukum) dari antara kakinya. Sampai Syiloh datang yang berhak atasnya dan miliknyalah ketaatan (akan takluk) umat manusia (bangsa bangsa)”. Al-Quran tidak menginformasikan adanya berkat Nabi Ya’qub seperti ini. Sedang semua berkat Nabi Ya’qub tersebut diwahyukan kembali setelah beberapa ratus kemudian kepada Nabi Musa dalam Kitab Kejadian. Dalam fakta sejarah, ketika kerajaan Israel pertama kali berdiri, raja pertama kerajaan Israel di wilayah Baitul Maqhdis adalah Saul dari suku Ben Yamin. Kemudian setelah itu penguasa Bani Israel beralih pada keturunan Yehuda, yaitu Nabi Dawud. Setelah Nabi Dawud, raja-raja berikutnya adalah dari keturunan dari Nabi Dawud. Demikian pula nabi-nabi Bani Israel setelah itu sebagian besar adalah dari keturunan Yehuda. Kerajaan Israel kemudian berakhir tidak jauh setelah masa Nabi ‘Isa, dimana kerajaan Israel dihancurkan oleh imperium Roma. Kehancuran itu sendiri sebelumnya telah diramalkan oleh Nabi Isa. Nabi Isa juga menyatakan setelah keruntuhan kerajaan Israel maka sudah saatnya kedatangan sang Utusan Terakhir. Dirinya bertugas untuk mengingatkan Bani Israel bahwa Utusan Terakhir akan datang setelah kepergian dirinya.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-26) Berkat untuk Yehuda adalah pemimpin atau penguasa Bani Israel akan berasal dari keturunan (suku) Yehuda. Namun berkat untuk itu akan berhenti atau beralih dari keturunan Yehuda ketika Syiloh datang. Siapakah Syiloh itu? Syiloh adalah kata-kata yang mempunyai arti tenang, damai, dan terpercaya. Jadi Syiloh adalah orang mempunyai gelar terpercaya yang akan membawa kedamaian dan ketenangan bagi umat manusia (bangsa-bangsa). Dalam bahasa Arab, terpercaya adalah amanah. Amanah berasal dari kata aman. Jadi Syiloh dapat diterjemahkan sebagai orang yang amanah, yang kemudian menjadi gelarnya, yaitu Al-Amin. Orang inilah yang akan menggantikan keturunan Yehuda, dimana semua bangsa akan beriman kepadanya. Orang inilah yang kemudian akan menjadi pemimpin umat manusia. Pesan Nabi Ya’qub lainnya yang tertulis di kitab Kejadian adalah agar dirinya dikuburkan di kuburan miliknya, yaitu tanah dan gua Makhpela yang telah dibeli oleh Nabi Ibrahim dari Efron orang dari suku Het, salah satu suku Kana’an. Saat itu di Makphela telah dikuburkan Nabi Ibrahim dan Sarah, Nabi Ishaq dan Raibka, serta Lea istri Nabi Ya’qub. Pesan tersebut dilaksanakan oleh anak-anaknya. Karena perjalanan yang ditempuh panjang dan berhari-hari, maka dalam Kitab Kejadian diterangkan bahwa jenazah Nabi Ya’qub diawetkan terlebih dahulu. Saat itu bangsa Mesir sudah terkenal dengan ilmu pengawetan jenazah. Iring-iringan penguburan Nabi Ya’qub cukup besar, karena selain diiringkan oleh anak anaknya, Nabi Yusuf juga membawa pasukan dan pegawai istana Mesir, sedang cucu cucu Nabi Ya’qub tidak ikut serta.
BACA JUGA: Para Rasul dalam Peradaban (Seri ke-25) [caption id="attachment_76032" align="alignnone" width="720"]

Hawara, Piramida Amenemhet III yang agak berbeda dengan Pramida Fir’aun awal.[/caption] Setelah penguburan Nabi Ya’qub dan semua rombongan kembali ke Mesir, maka dimulailah periode hidup baru Bani Israel di tanah Mesir yang bermula di wilayah Goshen di sekitar Delta Nil yang cukup subur. Nabi Yusuf masih hidup panjang, menyaksikan kelahiran cucunya. Menjelang kematiannya, ketika itu umur Nabi Yusuf 110 tahun, Nabi Yusuf mengatakan pada anak cucunya, bahwa Allah telah menjanjikan tempat tinggal bagi keturunan Nabi Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub adalah di Baitul Maqhdis (tanah yang dijanjikan). Allah akan menunjukkan jalan pada waktunya pada Bani Israel untuk kembali ke Baitul Maqdis ketika mereka kembali ke Baitul Maqdis agar tulang belulangnya dipindahkan ke wilayah Baitul Maqdis. Pesan Nabi Yusuf ini terlaksana beberapa ratus tahun kemudian, yaitu ketika Nabi Musa membawa Bani Israel eksodus dari Mesir untuk kembali ke Baitul Maqdis. Letak kuburan Nabi Yusuf adalah di tanah yang saat ini termasuk wilayah kota Nablus. Nabi Yusuf meninggal diperkirakan pada masa akhir Raja Amenemhet III (1860 SM-1815 SM) atau awal masa Raja Amenemhet IV (1815 SM-1807 SM). Dalam Al-Quran disebut bahwa Nabi Yusuf hidup pada masa raja-raja. Bila dilihat pada masa pemerintahan Mesir saat itu, Nabi Yusuf hidup dalam masa pemerintahan 5 atau 6 raja. Kitab Kejadian hanya menyebut Raja Fir’aun. Dengan demikian penyebutan raja-raja (tidak hanya satu raja) dalam Al-Quran adalah penyebutan yang akurat.
11. Silsilah Keluarga Nabi Ya’qub.
IV. Nabi Syu’aib, Ayub, Zuklifli 1. Masa kerasulan dan tempat kerasulan Nabi Syu’aib. Nabi Syu’aib berasal dari suku Madyan adalah keturunan anak Nabi Ibrahim yang bernama Madyan atau Midian, yaitu anak ke empat dari istrinya yang bernama Keturah. Diperkirakan masa kerasulannya pada sekitar tahun 1280 SM-1210 SM. Tidak diketahui persis di mana masa ke rasulan awal Nabi Syu’aib sebelum terjadinya adzab pada kaum Nabi Syu’aib. Sangat mungkin di sebelah utara Wadi Al-Qura atau Madain Salih. Sedang setelah terjadinya adzab, Nabi Syu’aib bermukim di wilayah Madyan yang masuk dalam wilayah negara Yordania, karena ada makam Nabi Syu’aib di Yordania. Masa kerasulan Nabi Syu’aib terdapat selisih waktu sekitar 700 tahun-800 tahun dengan masa kerasulan Nabi Ibrahim atau sekitar 600 tahun setelah masa Nabi Yusuf. Suatu jarak yang Panjang dimana tidak ada nabi atau rasul pada jarak waktu tersebut. Kerasulan Nabi Syu’aib diperkirakan bertepatan pada masa kerajaan Mesir diperintah oleh dinasti ke sembilan belas raja ke tiga yang sangat terkenal dan sedang memperbudak Bani Israel, yaitu Ramses II yang sangat panjang masa pemerintahannya. Saat itu, Ramses II sedang memugar kuil Amun melanjutkan pemugaran dan pembangunan kuil yang dimulai sejak masa raja Tutankhamun, yaitu raja ke dua belas dinasti ke delapan belas Mesir. Sedang, wilayah Mesopotamia diperintah oleh dinasti Assyria atau Assiyur. Sementara di utara wilayah Kana’an atau wilayah Asia kecil diperintah oleh dinasti Hiiti. Di wilayah Kana’an kuno mulai ada raja-raja kesukuan kecil-kecil yang belum mempunyai pengaruh di kawasan. Wilayah Kana’an kuno menjadi wilayah perang perebutan kekuasan dari tiga dinasti yang mengelilinginya.
BERSAMBUNGDapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group