Zakat Fitrah, Berapa yang Harus Dikeluarkan? Bolehkah Diberikan kepada Nonmuslim?

971

Oleh: Drs H. Tb Syamsuri Halim, M.Ag (Pimpinan Majelis Dzikir Tb. Ibnu Halim dan Dosen Fakultas Muamalat STAI Azziyadah Klender)

Zakat fitrah wajib dikeluarkan oleh setiap umat Islam, baik laki-laki, perempuan, dewasa, maupun anak-anak sebagai bentuk kepedulian terhadap orang yang kurang mampu, sekaligus untuk berbagi rasa kebahagiaan di hari raya.

Boleh dikeluarkan atau ditunaikan sejak awal Ramadhan dan paling lambat dilakukan sebelum pelaksanaan Shalat Idul Fitri. Sementara itu, penyalurannya kepada mustahik (penerima zakat) paling lambat dilakukan sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri.

Jenis Zakat Fitrah

Menurut beberapa Imam Madzaahib Al-Arba’ah, beberapa jenis zakat fitrah adalah sebagai berikut:

Imam Hanafi berpendapat bahwa barang yang sah dibuat zakat fitrah adalah bahan makanan pokok seperti beras, jagung atau gandum namun beliau juga membolehkan mengeluarkan zakat fitrah dengan uang yang senilai dengan bahan makanan pokok bahkan menurut beliau hal tersebut lebih afdhal (utama) karena uang lebih bisa bermanfaat bagi si penerima zakat.

Sementara Imam Maliki, Syafi’i dan Hanbali sepakat bahwa barang yang sah dibuat zakat fitrah adalah bahan makanan pokok dan tidak sah mengeluarkan uang sebagai gantinya dengan alasan karena tidak sesuai perintah Nabi Muhammad SAW. Namun Imam Maliki sedikit berbeda pendapat karena membolehkan mengeluarkan zakat fitrah dengan memakai daging, tepung atau susu yang senilai dengan harga makanan pokok.

Berapa yang Dikeluarkan?

Zakat fitrah dikeluarkan sebanyak ukuran 1 Sho’ dengan penjelasan sebagai berikut:

– Imam Maliki: Beras (2,7 Kg), Jagung (2,5 Kg)

– Imam Hanbali: Beras (2,2 Kg), Jagung (2,1 Kg)

– Imam Syafi’i: Beras (2,5 Kg), Jagung (2,2 Kg)

[Sumber: Al-Fiqh alaa Madzaahib al-Arba’ah I/989].

Di kalangan Syafi’iyyah sepakat tidak membolehkan pemberian zakat fitrah pada Nonmuslim. Tapi menurut sebagian madzhab lain ada yang membolehkannya.

ولايجوز دفع شئ من الزكوات الي كافر سواء زكاة الفطر وزكاة المال وهذا لا خلاف فيه عندنا قال ابن المنذر: أجمعت الامة أنه لا يجزئ دفع زكاة المال إلى الذمي واختلفوا في زكاة الفطر فجوزها أبو حنيفة وعن عمرو بن ميمون وعمر بن شرحبيل ومرة الهمذاني أنهم كانوا يعطون منها الرهبان

وقال مالك والليث وأحمد وأبو ثور لا يعطون ونقل صاحب البيان عن ابن سيرين والزهرى جواز صرف الزكاة إلى الكفار

“Dan tidak boleh memberikan harta-harta zakat kepada orang kafir, baik zakat mal atau fitrah dan yang demikian tidak ada perbedaan pendapat dikalangan Syafi’iyyah. Ibn Mundzir berkata, “Ulama sepakat tidak boleh memberikan zakat mal pada kafir dzimmi (kafir yang telah tunduk dengan peraturan Islam), sedang dalam permasalahan zakat fitrah mereka berbeda pendapat, Abu Hanifah dan dari Amr Bin Maimun, Umr bin Syarhabiil dan Marrah al-Hamdaani memberikannya pada para pendeta. Imam Malik, al-Laits, Ahmad, Abu Tsaur tidak memberikannya, dinukil dari pengarang kitab Shohib al-Bayaan dari Ibn Siriin dan az-Zuhri membolehkan diberikan pada orang-orang Nonmuslim,” [Al-Majmuu’ ala Syarh al-Muhadzdzab VI/228 ].

Lalu, bolehkah menyalurkan zakar fitrah ke luar daerah?

Tidak boleh, karena sama halnya memindahkan zakat ke tempat daerah lain. Namun sebagian pendapat di kalangan Syafi’iyyah juga ada yang membolehkan memindah zakat ke daerah lain bila untuk anaknya yang masih kecil atau sudah dewasa namun telah memberikan izin atas dikeluarkan zakatnya di daerah lain.

ولا عن ولد كبير قادر على كسب (قوله ولا عن ولد كبير) معطوف أيضا على عن زوجة ناشزة أي ولا تجب عن ولد كبير على أبيه بل تجب عليه فلو أخرجها عنه أبوه من ماله لا تسقط عنه إلا بإذنه لعدم استقلاله

“Dan tidak wajib bagi seorang ayah menzakati anaknya yang telah dewasa tapi kewaiban zakat terbebankan pada dirinya sendiri maka tidak gugur kewajiban zakat atas anak tersebut kecuali atas seizinnya karena kepemilikannya yang tidak mandiri,”  I’anah at-Thoolibiin II/72].

قال الْقَاضِي لَا عن وَلَدٍ كَبِيرٍ له فَلَا تَسْقُطُ بِإِخْرَاجِهِ عنه إلَّا بِإِذْنِهِ لِعَدَمِ اسْتِقْلَالِهِ بِتَمْلِيكِهِ

“Al-Qadhi berkata dan tidak menzakati anaknya yang telah dewasa maka tidak gugur kewajiban zakat atas anak tersebut kecuali atas seizinnya karena kepemilikannya yang tidak mandiri,” [Asnaa al-Mathaalib I/389].

Wallahu a’lam bish shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here