Wapres Ma’ruf Amin: Indonesia Butuh Ahli Ijtihad yang Dinamis

71

Muslim Obsession – Perkembangan dinamika sosial yang terus terjadi saat ini menimbulkan beragam tantangan dan permasalahan baru di tengah masyarakat.

Hukum Islam (fikih) yang sebelumnya ditetapkan, terkadang juga sudah tidak relevan untuk menjadi sandaran bagi umat Muslim dalam praktik kehidupan sehari-hari.

Wakil Presiden (Wapres) KH. Ma’ruf Amin mengatakan atas dasar perkembangan dinamika sosial yang terjadi, dibutuhkan peran para cendekiawan untuk melahirkan hukum-hukum syariat dari Al-Quran dan hadits melalui pemikiran dan penelitian mendalam (ijtihad).

“Banyak masalah fikih yang harus direspons, masalah syariah harus direspons, baik masalah baru ataupun malah lama yg mengalami pembaharuan, karena itu butuh ahliyatul ijtihad,” tegas KH. Ma’ruf Amin saat menghadiri Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar dan Orasi Ilmiah Prof. DR. H. Asrorun Niam Sholeh, M.A. di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jalan Ir H. Juanda No.95, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Rabu (22/2/2023).

Di hadapan para sidang senat terbuka itu, mantan Ketum MUI itu juga menyinggung terkait masalah politik, ekonomi, sosial budaya, baik yang sifatnya domestik maupun global.

Kata Kiai Ma’ruf Amin, perkembangannya sangat dinamis dan membutuhkan hukum syariat yang tetap berpegang pada hukum Islam.

“Nash (Al-Quran dan hadits) itu tidak akan bertambah, sedangkan permasalahan tidak terbatas. Oleh karena itu harus di-ijtihadi dan disikapi, sehingga memerlukan ahli fikih yang pandai ber-ijtihad,” ungkapnya.

Wapres berharap, lembaga pendidikan tinggi agama Islam terus mencetak pemikir-pemikir handal yang mampu merumuskan solusi dari berbagai permasalahan yang ada.

Secara khusus, Kiai Ma’ruf berharap profesor dari UIN Jakarta dan Universitas Islam lain terus produktif dalam melahirkan SDM unggul di bidang Ilmu Fikih.

Menurut Wapres, SDM unggul di bidang fikih sangat penting karena baik pemerintah maupun masyarakat membutuhkan pandangan dan panduan para ulama agar tidak menyimpang dalam berperilaku sehari-hari.

“Penting terus dibangun, masalah yang kita hadapi di nasional saja harus direspons, baik diminta pemerintah karena memerlukan pandangan ulama, maupun diminta umat sehingga masyarakat ada panduan dalam menjalankan syariatnya sesuai agama,” jelasnya.

Di mata Wapres, Asrorun Niam merupakan sosok tokoh pemuda yang memiliki kualitas unggul dalam berbagai bidang.

“Beliau dikenal sebagai Cendekiawan muda inspiratif, karena memiliki pribadi yang cerdas, gerak cepat, ulet serta mempunyai spirit yang tinggi untuk mendorong lahirnya karya dan inovasi generasi muda,” tutur Wapres.

Di ujung pidatonya, Wapres mengucapkan selamat dan bergembira atas capaian akademik tertinggi yang diperoleh Asrorun Niam. Ia berharap dengan gelar tersebut, Prof Niam dapat mengambil peran lebih untuk kepentingan bangsa.

“Semoga capaian Guru Besar ini kian mengokohkan keilmuan yang didapat, menjadi penyemangat untuk terus berkontribusi kepada negeri, serta menebar kebaikan dan keberkahan kepada umat,” tutupnya.

Dalam Orasi Ilmiahnya, Asrorun Niam menyampaikan bahwa untuk mengoptimalkan peran fatwa dalam mewujudkan kemaslahatan publik, menghidupkan fatwa dalam kesadaran kolektif, serta mengefektifkan transformasi fatwa dalam perilaku dan kebijakan publik, ia merumuskan konsep “LIVING” dalam penetapan fatwa.

“Fatwa harus kontekstual, karena ia merupakan jawaban atas permasalahan konkret yang muncul di masyarakat dalam perspektif hukul Islam. Pendekatan LIVING, yaitu Luwes, Implementatif, Visioner, Ilmiah, Nalar-Kritis, dan Gerak-Dinamis,” jelasnya.

Dalam buah pikirnya yang berjudul “Living Fatwa: Transformasi Fatwa dalam Perilaku dan Kebijakan Publik Milenial” ini pula, Asrorun Niam menekankan bahwa relasi agama dan negara hendaknya bersifat saling mendukung (paradigma simbiotik).

“Pendekatan simbiotik meniscayakan harmoni antara fatwa keagamaan dengan kebijakan negara. Substansi agama menjadi ranah agama dan negara mengadministrasinya agar berjalan baik dan terwujudnya kemaslahatan,” tambahnya.

Hadir dalam acara pengukuhan ini, Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Zainudin Amali, Menteri PANRB Abdullah Azwar Anas, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Amany Lubis, Pimpinan Organisasi Agama, Perwakilan Masyarakat Ekonomi Syariah, serta Civitas Akademica UIN Syarif Hidayatullah. Dari MUI dua Wakil Ketua Umum Buya Anwar Abbas dan KH Marsyudi Suhud hadir bersama Sekjen MUI Amirsyah Tambunan.

Sementara, Wapres didampingi oleh Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Deputi Dukungan Kebijakan Ekonomi dan Peningkatan Daya Saing Guntur Iman Nefianto, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Suprayoga Hadi, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintah dan Wawasan Kebangsaan Velix Wanggai, Staf Khusus Wapres Masduki Baidlowi, Tim Ahli Wapres Farhat Brachma dan Iggi Haruman Achsien, serta Asisten Staf Khusus Asrori S. Karni.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here