Wakil Ketua MPR RI: Santri Gontor Sudah Pasti Cinta Tanah Air

1139
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid.

Bogor, Muslim Obsession – Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid menegaskan bahwa santri Pondok Modern Gontor sudah pasti memiliki rasa cinta yang tinggi kepada Tanah Air. Pasalnya, setiap santri Gontor diajarkan cinta pada negeri dalam hymne pondok.

Hal itu diungkapkan Hidayat saat hadir sebagai pembicara dalam agenda Kajian Rutin (KANTIN) bulanan dengan tema “Spirit Santri untuk Negeri, Berdaya dan Berkeadaban” yang digelar secara daring oleh Divisi Dakwah dan Sosial IKPM Gontor Cabang Bogor, Ahad (22/8/2021).

Hidayat yang juga merupakan Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Gontor tersebut menjelaskan, di dalam hymne pondok terdapat tiga terminologi tentang makna ibuku. Yakni pondokku ibuku, ibuku ibu kandungku, dan juga ibuku Indonesia.

BACA JUGA: Hidayat Nur Wahid Ajak BKMT Selamatkan Umat dari Covid-19

“Dalam konteks kita di Gontor, spirit santri untuk negeri itu begitu dalam, diinternalisasikan nilai bahwa Indonesia itu adalah ibuku. Di Gontor juga tentunya diajari ilmu hadits tentang menghormati dan bakti kepada ibu yang telah melahirkan kita. Makanya tidak mungkin santri dari Gontor durhaka kepada ibunya, pada pondoknya, pada negerinya, karena sejak awal sudah ditanamkan cinta pada negeri,” terang Hidayat, seperti dilansir IKPM Bogor, Selasa (24/8/2021).

Hidayat menjelaskan, menjadi santri itu bukan sekedar mondok, pergi dan meninggalkan rumah. Lebih dari itu, santri itu adalah realisasi dari QS. At-Tabah ayat ke-122 yang artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

BACA JUGA: Wakil Ketua MPR Desak RUU Perlindungan Tokoh dan Simbol Agama Segera Disahkan

“Belajar ilmu agama ibarat pergi ke medan jihad. Oleh karenanya bernilai sangat tinggi dan  maanfaatnya sangat besar. Maka belajar di Gontor itu tidak main-main. Itu adalah bagian dari Jihad,” tandas alumni Gontor yang lulus pada tahun 1978 itu.

Di sisi lain, Hidayat menjelaskan bahwa setiap santri harus mampu menghadirkan pemberdayaan, keberdayaan, dan keberadaban dengan mengikuti segala kegiatan pondok. Seluruh aktivitas yang tentunya menghadirkan spirit, aksi, konsistensi serta kebersamaan yang diharapkan nantinya dapat menjadi sumbangsih untuk agama dan bangsa.

“Santri harus punya nilai-nilai spirit, nilai tentang keberdayaan, keberadaban, jika tidak punya maka tidak bisa memberi. Maka pentingnya belajar adab sebelum ilmu. Santri Gontor diajarkan etika dan adab sebelum menerima ilmu,” tandasnya. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here