Wajib Tahu! Mengenal Ibnu Sina, Penemu Ide Karantina

2987
Abu Ali Sina atau Ibnu Sina yang di Barat dikenal sebagai Avicenna.

Muslim Obsession – Penyebaran virus Corona (Covid-19) membuat banyak negara melakukan sejumlah kebijakan. Selain lockdown, ada juga negara yang melakukan karantina bagi pasien Covid-19.

Karantina merupakan tempat penampungan yang lokasinya terpencil untuk mencegah terjadinya penularan (pengaruh dan sebagainya) penyakit dan sebagainya. Ini pernah dilakukan pemerintah Indonesia ketika memulangkan WNI dari Wuhan China.

WNI dari China tersebut dikarantina selama 2 minggu di Natuna, Kepulauan Riau. Selama karantina, para WNI diawasi ketat kesehatannya serta diberikan vitamin serta gizi untuk daya tahan tubuhnya.

Nah, ngomong-ngomong ‘karantina’, belakangan publik membincang Ibnu Sina. Sosok yang juga dikenal sebagai ‘Bapak Kedokteran Modern Dunia’ ini dipercaya sebagai penemu ide karantina di dunia kesehatan.

Siapakah Ibnu Sina yang di Barat disebut Avicenna itu? Yuk, kita ikuti informasi menarik dan penting berikut ini.

Ibnu Sina juga dikenal sebagai Abu Ali Sina adalah seorang polymath Persia yang dianggap sebagai salah satu dokter, astronom, pemikir dan penulis di zaman Keemasan Islam yang paling terkenal, dan merupakan Bapak Kedokteran Modern awal.

Menutip Siasat.com, Ibnu Sina (980-1037) adalah sarjana kedokteran Persia yang pertama kali muncul dengan ide karantina untuk mencegah penyebaran penyakit. Dia menduga bahwa beberapa penyakit disebarkan oleh mikroorganisme.

Untuk mencegah kontaminasi antar manusia, ia menemukan metode mengisolasi orang selama 40 hari. Dia menyebut metode ini dengan Al-Arba’iniya atau ‘empat puluh’.

Oleh karena itu, asal usul metode yang saat ini digunakan di banyak dunia untuk memerangi pandemi berasal dari dunia Islam.

Dalam artikel ‘Ibn Sina: An Exemplary Scientist’ yang diterbitkan ‘The Fountain’, penulis Ihsan Ali/Ahmet Guclu mengutip, buku Richard Colgan ‘Nasihat untuk Dokter Muda’ yang diterbitkan dari New York, di mana penulis mengungkapkan bahwa, “Ibn Sina (dikenal sebagai Avicenna dalam bahasa Latin dan di Barat) dalam karya besarnya The Canon of Medicine menyatakan bahwa “Sekresi tubuh organisme inang (misalnya, manusia) terkontaminasi oleh organisme asing yang tercemar yang tidak terlihat dengan mata telanjang sebelum infeksi”.

Pernyataan bahwa “infeksi disebabkan oleh kontaminasi sekresi tubuh organisme inang oleh mikroorganisme asing yang tercemar”, sangat mengesankan karena definisi ini hampir sama dengan definisi yang digunakan saat ini untuk infeksi dan yang lebih penting bahwa Ibnu Sina berhipotesis tentang keberadaan mikroorganisme.

Ibn Sina bahkan melangkah lebih jauh untuk berhipotesis bahwa penyakit mikroba (misalnya TBC) dapat menular dan mereka yang terinfeksi harus dikarantina. Karena penemuan tentang mikroorganisme inilah dunia tercengang sehingga menyebut Ibnu Sina sebagai “Bapak Pengobatan Modern Awal”.

Para penulis lebih lanjut mengutip buku Robert Koch ‘A Life in Medicine and Bacteriology’ yang diterbitkan dari Washington, DC yang berbunyi:

“Pada abad ketujuh belas, hampir tujuh abad setelah Ibn Sina, ilmuwan Belanda Anton van Leeuwenhoek yang disebut sebagai “The Father of Microbiology” mengamati mikroorganisme di bawah mikroskop (van Leeuwenhoek 1980).

Dengan penemuan mendasarnya, ia menunjukkan bahwa ada organisme hidup yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Apa yang tidak disadari oleh van Leeuwenhoek adalah bahwa mikroorganisme ini (mis. Patogen: penyakit yang menyebabkan mikroba) sebenarnya bisa menjadi penyebab infeksi.

Ini bertentangan dengan penemuan yang dibuat oleh Ibnu Sina tujuh abad sebelumnya bahwa mikroorganisme dapat menjadi penyebab infeksi meskipun bukti yang sangat terbatas untuk keberadaan mikroorganisme pada saat itu.

Hampir dua abad setelah pengamatan pertama Leeuwenhoek tentang mikroorganisme, pada tahun 1876, Robert Koch, seorang dokter Jerman, mendalilkan bahwa mikroorganisme sebenarnya bisa menjadi penyebab infeksi dan karenanya penyakit dengan pengamatan fundamentalnya bahwa darah hewan yang terinfeksi mengandung bakteri patogen yang, ketika dipindahkan ke hewan yang sehat menyebabkan hewan penerima menjadi sakit.”

Ensiklopedia medis raksasa Ibn Sina, Al-Qanun fi Al-Tibb (The Canon of Medicine), yang terdiri dari lebih dari sejuta kata di dunia kedokteran, telah digunakan sebagai buku teks medis standar hingga abad ketujuh belas dan masih secara luas dianggap sebagai sumber daya berharga untuk studi kedokteran. (Fath)

1 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Abdullah Idris Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here