Ustadz Fikri Haikal Zainuddin MZ: Dukung Capres Jangan Fanatik

3318

Tangerang, Muslim Obsession
Dai kondangan Ustadz H. Fikri Haikal Zainuddin. MZ., mengingatkan umat Islam untuk bersikap wajar dalam mengikuti dinamika pemilihan Presiden 2019 dengan cara tidak fanatik dan berlebihan terhadap calon presiden yang didukungnya.

“Dukung boleh tapi sewajarnya saja. Jangan fanatik dan berlebihan. Fanatiklah hanya kepada agama kita saja. Karenanya, jangan saling hujat dan jangan saling caci maki. Ingat, orang yang kita cintai sekarang bisa saja besok menjadi kita benci. Begitu juga yang kita benci sekarang besok akan kita cintai. Kenapa? Karena Allah adalah Maha membolak balik hati seseorang,” tegasnya saat memberikan taushiyah pada Tabligh Akbar memperingati ISRA MI’RAJ 1440H di Masjid Al Hidayah Wisma Harapan Alamanda, Kota Tangerang, Sabtu malam (9/3).

Hadir dalam Tabligh Akbar tersebut antara lain unsur pimpinan pemerintahan setempat yang didampingi Ketua Panitia H. Dedi Suryadi, SH. MH.

Lebih jauh Fikri tak menampik jika dalam pemilihan presiden akan memunculkan perbedaan di masyarakat. Tapi perbedaan itu, lanjutnya, harus dikelola dengan baik. Sehingga perbedaan yang dikelola dengan baik akan memunculkan harmonisasi. Jangan sampai perbedaan justru merusak ukhuwah.

“Jangan sampai hanya karena beda pilihan kita pelotot-pelototan melulu sama temen. Emangnya kalau calon kita kepilih bakal kenal sama Kita?” retorisnya disambut tawa ratusan jamaah.

Namun demikian, Fikri meminta umat Islam juga jangan buta politik. “Karenanya umat Islam jangan golput. Tanggal 17 April nanti datang ke TPS,” ajaknya.

Karena biar bagaimanapun, ujarnya lagi, kita harus punya pemerintahan untuk mengatur jalannya negara. “Bersyukur kita punya pemimpin, punya pemerintah. Bisa bayangkan kalau negara tanpa pemerintah, pasti kacau,” ia memberi perumpamaan.

Lebih lanjut Fikri menjelaskan bahwa konsep pemerintahan yang terdiri dari pemimpin dan rakyat, hakekatnya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam solat.

“Nilai yang diajarkan lewat solat, selain komunikasi dengan Allah, juga terkandung tentang bagaimana hidup bermasyarakat. Ada imam dan ada makmun. Ada pemimpin ada rakyat. Saling butuh. Itu diajarin dalam solat,” tegasnya.

Karena itulah, Fikri menilai bahwa memilih seorang pemimpin dalam pandangan Islam juga merupakan ibadah untuk sama-sama membangun bangsa dan negara. (rud)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here