Ungkap Rasa Syukur, Dai Parmusi Palu Rutin Membina Penyintas Difabel dan Disabilitas

634
Sejak Desember 2020 para Dai Parmusi Kota Palu melakukan pembinaan terhadap para penyintas difabel dan disabilitas. (Foto: Parmusi Palu)

Palu, Muslim Obsession – Para Dai Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) memiliki cara khusus untuk bersyukur atas karunia yang telah Allah Ta’ala berikan.

Salah satunya adalah dengan menyediakan ruang, materi, tenaga dan pikiran untuk membantu penyintas difabel dan disabilitas.

“Syukur adalah kunci kesuksesan dalam hidup dan kehidupan ini. Jika kita bersyukur kepada Allah maka Allah akan tambahkan nikmat-Nya dan kalau kita kufur maka adzab-Nya amat pedih adanya,” ungkap Ustadz Arief Zakman, kepada Muslim Obsession pagi ini, Selasa (8/3/2022).

Ustadz Arief menjelaskan, berbicara tentang difabel atau disabilitas bukan sekadar soal sempurna atau tidaknya seseorang. Karena menurutnya, kesempurnaan hanya milik Allah Ta’ala.

“Dalam konteks ini, kita bicara bagaimana kepedulian kita kepada saudaranya yang lain,” urainya.

BACA JUGA: Seberangi Lautan, Dai Parmusi Palu Tebar Hewan Qurban di Pedalaman

Secara umum, disabilitas adalah ketidakmampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Terdapat beberapa jenis disabilitas, di antaranya Disabilitas Fisik dimana seseorang mengalami gangguan gerak yang menyebabkan ia tidak bisa berjalan.

Kemudian Disabilitas Sensorik, yakni seseorang yang memiliki gangguan pendengaran atau penglihatan. Lalu Disabilitas Intelektual, dimana seseorang memiliki gangguan kehilangan ingatan, dan Disabiltas Mental yaitu orang yang mengalami fobia, depresi, skizofrenia, atau gangguan kecemasan.

Adapun difabel, jelas Ustadz Arief, merupakan istilah yang lebih halus untuk menggambarkan kondisi seseorang yang mengalami disabilitas. Difabel mengacu pada keterbatasan peran penyandang disabilitas dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari karena ketidakmampuan yang mereka miliki.

“Artinya, seorang yang difabel bukanlah tidak mampu, melainkan hanya terbatas dalam melakukan aktivitas tertentu. Kondisi seorang difabel juga bisa diperbaiki dengan alat bantu yang membuatnya jadi mampu melakukan aktivitasnya seperti semula,” tambahnya menjelaskan.

BACA JUGA: Mengharukan, Perjalanan Aksi Kemanusiaan Dai-Dai Parmusi di Mamuju

Setelah memahami perbedaan disabilitas dan difabel, lanjut Ustadz Arief, para Dai Parmusi di Kota Palu mulai dipacu untuk dapat lebih menunjukkan rasa empati dan tidak merendahkan penyandang disabilitas.

“Alhamdulillah, Dai Parmusi Kota Palu bersama tim rutin membina setiap komunitas penyintas DIfabel dan Disabilitas ini sebanyak dua pekan sekali di Rumah Merah Putih Difabel Berkarya di Jalan Jati Kelurahan Nunu Kota Palu,” ujarnya.

Salah seorang anggota tim Dai Parmusi, Ustadzah Asnidar, menambahkan bahwa keterbatasan bukanlah jadi penghalang para penyintas difabel dan disabilitas tersebut.

Faktanya, imbuh Ustadzah Asnidar, mereka tetap berusaha untuk mencari nafkah dengan cara menerima jasa pijat, jualan ikat rambut, jualan baju, membuat kerajinan kursi dan meja dari ban mobil, serta terkadang mengamen.

BACA JUGA: Kisah Dai-Dai Parmusi Mengalirkan Air di Belantara Hutan Paipopa

“Bahkan di tengah keterbatasannya, mereka senantiasa melakukan ibadah shalat lima waktu dengan saling menuntun satu sama lainnya ke tempat wudhu, mengatur shaf shalat dan aktifitas sehari-hari lainnya,” ungkap Ustadzah Asnidar.

Dari aktivitas para penyintas ini, kata Dai Pembina Parmusi Kota Palu Ustadz Afdhal Zainal, para dai dapat belajar banyak soal kesabaran di tengah kekurangan dan keterbatasan serta kemauan yang kuat untuk memaksimalkan karunia yang telah Allah Ta’ala berikan.

“Oleh karenanya jadilah dai yang ikhlas, karena banyak umat yang membutuhkan pencerahan dari para dai. Hanya karena keterbatasan finansial merekalah sehingga tidak mengundang penceramah. Padahal kita dituntut untuk terus berdakwah dengan harta dan jiwa. Insya Allah kalau kita ikhlas berdakwah, Allah akan ganti di tempat lain dengan uang yang lebih banyak lagi,” urai Ustadz Afdhal.

Dalam banyak kesempatan, tutur Ustadz Afdhal, ia bersama para Dai Parmusi berupaya terus melakukan kebaikan, karena mereka meyakini bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui kebaikan mana yang mampu menurunkan pertolongan Allah.

BACA JUGA: Dirikan Posko, Dai-Dai Parmusi Bantu Korban Bencana di Mamuju dan Majene

Begitupun, tidak ada seorang pun yang tahu kebaikan mana yang akan membawanya ke surga, tidak ada seorang pun yang tahu amal mana yang bisa memberatkan timbangan di Mizan, dan tidak ada seorang pun yang tahu dari lisan doa siapa yang tembus ke langit sehingga Allah mudahkan segala urusan.

“Kami juga mengajak para Dai Parmusi lainnya di seluruh Indonesia agar jangan pernah berhenti berdakwah, baik ada infaq ataupun tidak dari tempat dakwah. Serahkan semuanya kepada Allah dan tetaplah berada di jalan perjuangan Allah, lillahi ta’ala. Maka, mari membantu sesama, meringankan beban mereka yang terbatas, serta hadirkan senyuman bahagia di wajah mereka, wallahu ‘alam,” pungkasnya.

Kegiatan membina para penyintas difabel dan disabilitas sudah dilakukan para Dai Parmusi Kota Palu sejak Desember 2020 silam. Sejak itu pula para penyintas merasakan banyak manfaat atas kehadirang para Dai Parmusi.

“Kami sangat bersyukur karena para Dai Parmusi senantiasa selalu mengarahkan dan memberikan siraman rohani kepada kami,” ungkap Dedi, seorang penyandang tuna netra. (Fath)

1 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Berjuang di Jalur Dakwah, Tiga Anak Petani Raih Dai Parmusi Awards | Muslim Obsession Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here