Muslim Obsession – Twitter telah menghapus kartun rasis dan menghasut yang diposting oleh akun resmi pemerintah.
Karikatur kontroversial yang diposting oleh akun twitter resmi BJP Gujarat, @BJP4Gujarat menggambarkan sekelompok pria Muslim berjanggut panjang mengenakan topi tengkorak dengan keterangan bertuliskan “Satyamev Jayate” dan “Tidak Ada Pengampunan Bagi Mereka yang Mempromosikan Teror”.
Kartun tersebut secara akurat menggambarkan orang-orang yang dijatuhi hukuman mati karena peran mereka dalam ledakan bom Ahmedabad 2008 karena melanggar aturan situs micro-blogging.
Pada 19 Februari, BJP negara bagian men-tweet karikatur tersebut menyusul putusan pengadilan khusus yang menjatuhkan hukuman mati kepada 38 orang, sementara 11 lainnya hukuman penjara seumur hidup atas peran mereka dalam ledakan bom berantai Ahmedabad 2008 yang menewaskan 56 orang sementara lebih dari 200 orang terluka.
Putusan pengadilan itu juga dinilai sebagai putusan “bersejarah” di mana rekor 38 orang dijatuhi hukuman mati.
Karikatur yang juga diposting di akun Instagram resmi BJP Gujarat ini dengan cepat mendapat banyak perhatian di media sosial, memicu berbagai reaksi dari netizen.
Karikatur tersebut menuai kritik karena menyamakan citra khas Muslim dan menggambarkan semua Muslim sebagai pelaku teror.
Kaum liberal kiri dan Islamis telah mengkritik BJP atas tweet ini, menuduhnya menggunakan tweet tersebut sebagai seruan untuk membunuh Muslim.
Sementara itu, pengguna Twitter menuduh BJP berusaha mempolarisasi pemilih dalam pemilihan majelis Uttar Pradesh yang sedang berlangsung.
Tak lama setelah BJP men-tweet karikatur tersebut, Twitter menghapus postingan tersebut karena melanggar aturan.
Ketika ditanya tentang postingan tersebut, penyelenggara media sosial Gujarat BJP Yagnish Dave mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan postingan tersebut.
Dia berpendapat bahwa karikatur dibuat (oleh partai) berdasarkan laporan di surat kabar dan saluran berita dan tidak ada niat untuk menargetkan komunitas mana pun.
Namun, pernyataannya dinilai kurang tepat karena pemberitaan media tidak memuat foto seluruh terpidana yang memakai peci.