Tradisi Grebeg Maulud yang Bersejarah

2974

Tradisi Grebeg Maulud dimulai sejak Kerajaan Demak

Dari ketiga grebeg tersebut, Grebeg Maulud adalah yang paling meriah dan mendapat antusiasme paling tinggi dari masyarakat. Sejarah dari grebeg ini sendiri merupakan tradisi warisan pada awal mula penyebaran Islam di Jawa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga dan Raden Patah.

Awalnya, setiap tanggal 12 Maulud yang bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad, Sunan Kalijaga mengadakan tabligh akbar di Kerajaan Demak yang dihadiri oleh pihak kerajaan dan masyarakat luas. Acara tersebut berisi pertunjukan musik gamelan dan permainan wayang kulit di halaman Masjid Agung, bercerita tentang nilai-nilai keislaman. Acara ini kemudian ditutup dengan makan bersama dengan hidangan yang disediakan oleh pihak kerajaan.

Dengan cara menggabungkan syiar Islam dengan tradisi budaya setempat ini, Sunan Kalijaga berhasil menarik simpati masyarakat untuk mempelajari dan kemudian memeluk agama Islam. Tradisi ini dianggap sukses besar sehingga terus dilanjutkan ketika Kerajaan Mataram Islam terbentuk di Yogyakarta. Sultan Hamengkubuwono I yang merupakan Raja Mataram pertama mengenalkan budaya ini di Jogja.

Seiring berjalannya waktu, acara semakin meriah dan antusiasme dari masyarakat juga semakin meningkat. Maka, meskipun masyarakat Jogja sudah banyak menganut Islam tradisi ini terus dilangsungkan oleh Keraton hingga sekarang. Meskipun mengalami pergeseran dari segi fungsi dan tujuan utama, tradisi ini dianggap sebagai salah satu warisan kebudayaan yang terus dilestarikan oleh pihak keraton dan Pemprov DIY.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here