Tanggapi Riba, Sri Mulyani: Utang di Al-Quran Itu Boleh

542

Jakarta, Muslim Obsession – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kerap dikiritik banyak orang karena hobi berutang dengan bank dunia. Tak jarang publik mengkaitkan bahwa utang di bank ada unsur riba yang dilarang agama.

Berbicara mengenai riba, di tengah terjadinya fenomena suku bunga negatif atau minus. Menurut dia, Al-Quran telah mengatur persoalan tersebut dan membolehkan pinjaman atau utang.

Hal ini dibahasnya saat dia menjadi pembiacara kunci di acara Webinar Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Selasa, 6 April 2021. Sri Mulyani sendiri, diketahui menjabat sebagai Ketua Umum IAEI 2019-2023.

“Pembahasan mengenai isu riba, pinjaman, ini seringkali stigma dimunculkan. Kalau pinjaman identik riba. Fenomena hari ini dengan suku bunga nol persen atau negatif di eropa pemikiran kita apa ini?” tutur Sri.

Menurut Sri, riba sendiri berbeda dengan pinjaman atau utang. Dia mendeskripsikan, riba adalah kondisi di mana terjadinya eksploitasi terhadap asimetri informasi, sehingga pihak yang memiliki informasi lengkap mengeksploitasi yang tidak memiliki informasi.

“Karena kalau disebut riba Anda mengeksploitasi dari asymmetric information. Sisi yang lain informasinya lebih tidak lengkap di banding sisi satunya yang memiliki informasi lengkap bisa eksploitasi. Islam selalu mengatakan keadilan nomor satu,” papar Sri.

Berbeda dengan pinjaman, Sri menekankan, Al-Quran sendiri telah membolehkan tindakan pinjaman meminjam atau utang piutang. Namun, dengan kondisi utang tersebut harus dicatat dengan baik dan digunakan secara hati-hati.

“Dan yang disebut praktisi pinjaman tapi yang masih prudent karena dalam Al-Quran pinjam meminjam itu boleh, tapi harus diadministrasi, di catat dengan baik, digunakan secara hati-hati,” tegas mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini.

Oleh sebab itu, Sri menekankan, pembahasan menyeluruh mengenai ekonomi dan ajaran Islam tersendiri harus bisa disatukan karena nilai-nilai Islam pada dasarnya sangat sesuai dan bisa diterapkan dalam menjalankan kegiatan ekonomi.

“Mari kita buat kajian yang sifatnya besar. Ini supaya releveansi ekonomi Islam yang sifatnya inklusif memberi solusi dan relevan dirasakan dan dilihat betul dibuktikan evidance. Saya harap ikhtiar semacam ini menjadi suatu menu pembahasan diantara kita,” ungkap Sri. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here