Tak Perlu Stress, Begini Cara Terbaik Sikapi Musibah

1596
Tsunami di Selat Sunda
Tsunami di Selat Sunda (Foto: Istimewa)

Jakarta, Muslim Obsession – Kehidupan setiap manusia sudah pasti berjalan dengan dinamis, kadang kala bahagia dan tak jarang pula tertimpa musibah. Kondisi ini merupakan sunnatullah yang berjalan sepanjang kehidupan.

Kendati demikian, seorang yang beriman kepada Allah ‘azza wa jalla, tak sepantasnya berpasrah diri saat tertimpa musibah. Seorang mukmin di dalam hatinya akan selalu bahagia karena menyerahkan sepenuh persoalan hidupnya hanya kepada Allah.

“Seorang Mukmin dengan ketakwaannya kepada Allah Ta’ala, memiliki kebahagiaan yang hakiki dalam hatinya, sehingga masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak akan membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan keimanannya yang kuat kepada Allah Ta’ala membuat dia yakin,” ujar Ustadz Syamsuri Halim dalam catatan akhir tahun 2018 di Jakarta, Senin (31/12/2018).

Pendapat ini dikemukakan Ustadz Syamsuri dengan bersandar pada QS. At-Taghabun ayat 11 yang artinya, “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Pengasuh majelis dzikir Ibnu Halim ini menjelaskan, sebagai makhluk Allah, seseorang tidak pernah sedetik pun lepas dari ketentuan-Nya. Segala yang terjadi pada kehidupan setiap orang, baik senang-sedihnya, bahagia-dukanya, naik-turunnya, semua atas izin dan kehendak Allah SWT.

“Dan di antara yang sudah pasti akan menimpa seseorang adalah musibah. Seorang mukmin selayaknya meyakini bahwa apa yang terjadi padanya adalah atas kehendak Allah, dan ia pasti baik, kemudian bersabar atasnya,” tutur Ustadz Syamsuri.

Ia menyitir sebuah hadits yang diriwayatkan dari Suhaib Ar-Rumi radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, segala urusannya baik untuknya, dan (kebaikan) itu tidaklah untuk seorang pun kecuali orang beriman. Jika kesenangan menghampirinya, ia bersyukur, maka (syukur) itu baik untuknya. Dan jika ia ditimpa kesulitan, ia bersabar, maka kesabaran itu baik untuknya,” (HR. Muslim).

Di ayat yang lain, imbuhnya, Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah,” (Al-Hadid: 22).

Berdasarkan keterangan ayat tersebut, tegas Ustadz Syamsuri, segala musibah datangnya dengan izin Allah ‘azza wa jalla.

Ibnu Katsir menukil perkataan Ibnu Abbas tentang ayat di awal tulisan ini, bahwa semua musibah datangnya atas kodrat dan kehendak Allah Swt., dan barang siapa beriman kepada Allah ketika dia tertimpa musibah, kemudian ia menyadari bahwa ia adalah ketentuan Allah Swt. dan qadar-Nya, kemudian ia bersabar, mengharap pahala dari-Nya, dan berserah diri kepada ketentuan Allah, maka Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Dia akan mengganti apa yang hilang darinya dengan yang sama atau yang lebih baik.

“Ali ibn Abi Thalhah menambahkan keterangan ini, bahwa yang dimaksud dari Dia (Allah) memberi petunjuk kepada hatinya adalah Allah memberikan keyakinan kepada hati sang hamba, sehingga ia menyadari bahwa apa yang menimpanya tak akan luput darinya, dan apa yang luput darinya tak akan menimpanya,” tegas Ustadz Syamsuri.

Ia menambahkan, Jalaluddin Al-Mahalli dalam tafsirnya, Tafsir Jalalain, menafsirkan يهد قلبه dengan “Allah memberi sang hamba petunjuk dengan memberikannya kesabaran menghadapi musibah yang menimpanya”.

Maka sesungguhnya kesabaran yang sejati dari seorang hamba adalah kesabaran yang tampak seketika musibah itu menimpanya. Dari Anas radhiyallahu anhu, Rasul bersabda: “Sesungguhnya kesabaran itu ada pada pukulan pertama,” (HR. Muslim).

Maksud dari hadits di atas, jelas Ustadz Syamsuri, kesabaran yang sempurna dan mendatangkan pahala dari Allah Swt. adalah kesabaran yang langsung tampak ketika musibah itu datang.

“Adapun jika kesabaran itu muncul setelah emosi yang tidak terkontrol, maka kesabaran itu tidak banyak berarti bagi orang itu,” ujarnya.

Kemudian Allah melanjutkan dengan firman-Nya, Dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Al-Imam Al-Qurthubi mengatakan:

“Allah mengetahui dan tidak tersembunyi atas-Nya penyerahan diri orang yang tunduk dan berserah diri pada ketentuan-Nya, dan tidak pula (tersembunyi atas-Nya) kebencian mereka yang benci dan tidak ridha atas ketentuan-Nya.”

“Semoga yang terkena musibah di Banten dan lampung diberikan Allah kesabaran dan meningkatkan kesabarannya hingga dengan kesabaran menghadapi musibah para malaikat kelak menyambutnya dengan kalimat yang indah, sebagaimana yang termuat dalam firman Allah Swt. dalam QS. Ar-Ra’d ayat 24: ‘Keselamatan bagi kalian atas kesabaran kalian’,” pungkas Ustadz Syamsuri. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here