Tahun Baru Islam, Momentum Hijrah Kepada Allah dan Rasul-Nya

2021

Berhijrah kepada Allah ‘Azza wa Jalla intinya ialah dengan meninggalkan apa yang dibenci Allah menuju apa yang dicintai-Nya. Dalam kaitan dengan hal ini Rasulullah Saw. bersabda, “Seorang muslim ialah orang yang kaum muslimin lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan seorang muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah,” (HR. Bukhori dan Muslim).

Seperti diterangkan sebelumnya, hijrah ini meliputi dua syarat, yakni ‘dari’ dan ‘menuju’. Artinya, seseorang yang berhijrah kepada Allah ‘Azza wa Jalla haruslah meninggalkan kecintaan kepada selain Allah menuju kecintaan kepada- Nya, dari peribadahan kepada selain-Nya menuju peribadahan kepada-Nya, dari takut kepada selain Allah menuju takut kepada-Nya. Dari berharap kepada selain Allah menuju berharap kepada-Nya. Dari tawakal kepada selain Allah menuju tawakal kepada-Nya. Dari berdo’a kepada selain Allah menuju berdo’a kepada-Nya. Dari tunduk kepada selain Allah menuju tunduk kepada-Nya. Inilah makna ayat Allah di atas (QS. Adz- Dzariyaat: 50).

Sementara berhijrah dengan hati kepada Rasulullah Saw. bermakna mengikuti segala hal yang menjadi sunnah beliau. Hijrah seperti ini sangat berat. Seringkali orang yang menitinya dianggap asing di antara manusia, karena dia meninggalkan seluruh pendapat manusia dan menjadikan Rasulullah Saw. sebagai hakim di dalam segala perkara yang diperselisihkan dalam seluruh perkara agama.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Maka demi Robbmu (pada hakikatnya) mereka tidak beriman hingga mereka menjadikanmu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan di dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya,” (QS. An-Nisaa: 65).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here