Soroti Kasus Premanisme MDS, MUI: Problematika Akhlak Anak Bangsa Belum Selesai

246
KH. Arif Fahrudin

Jakarta, Muslim Obsession – Kasus kekerasan yang dilakukan Mario Dandy terhadap David Latuhamina mengindikasikan bahwa problematika akhlak anak bangsa belum selesai. Penganiayaan terhadap sesama putra bangsa adalah cermin tercerabutnya rasa empati persaudaraan.

Demikian dikemukakan Wakil Sekretaris Jenderal MUI yang membidangi Pusat Dakwah Dan Perbaikan Akhlak Bangsa KH. Arif Fahrudin, mengutip pesan singkatnya kepada MUI Digital, Senin (27/2/2023).

“Menurut saya ada banyak hal yang patut untuk diperhatikan atas peristiwa tersebut,” ujar Kiai Arif.

Kasus tersebut, lanjutnya, membuktikan bahwa anak-anak masih rentan terhadap tidak kekerasan dan kejahatan fisik.

“Perilaku Mario Dandy yang menganiaya David adalah aksi premanisme. Entah apa yang merasuki pikiran pelakunya yang seolah sok berkuasa hingga melakukan penganiayaan terhadap orang lain. Derajat sesama warga negara sama di mata hukum,” tegasnya.

Atas kasus tersebut, Kiai Arif menyampaikan kesedihan mendalam atas kekerasan yang menimpa David. Ia pun mendoakan David dan berharap hukum diproses secara tansparan dan ditegakan secara adil.

“Semoga David segera kembali sehat. Orang tua dan keluarga David hendaknya tabah dan memercayakan urusan ini kepada penegak hukum untuk memprosesnya secara adil dan transparan,” kata Kiai Arif.

Dia meminta agar Mario Dandy diproses hukum di pengadilan dan bila terbukti secara hukum melakukan tindak kekerasan atau premanisme agar dikenakan sanksi hukum yang seberat-beratnya agar menjadi efek jera bagi aksi premanisme lainnya.

Menurutnya, David masih tergolong usia anak yang seharusnya dilindungi dari segala bentuk kekerasan dan kejahatan, bukan justru terus menjadi obyek kekerasan fisik dan mental.

“Ini pelanggaran berat terhadap hak tumbuh kembang anak dalam kondisi aman,” tandasnya.

Kiai Arif mengingatkan pola pengasuhan anak di level keluarga juga semakin penting untuk diperhatikan. Terutama oleh kedua orangtua. Sikap dan perilaku hidup yang sederhana hendaknya harus diteladankan kepada anak-anak.

“Jangan sampai kita sebagai orangtua terlalu memanjakan anak-anak kita dengan fasilitas mewah yang akhirnya meninabobokan anak-anak kita dari mentalitas empati, menyebabkan mentalitas merendahkan orang lain, yang ujungnya adalah justru menghilangkan potensi anak-anak kita dari bekerja keras untuk meraih status sosialnya secara mandiri,” pungkasnya. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here