Siapa Sosok Teman Tak Kasat Mata Buya Hamka?

6474
Bung Karno dan Buya Hamka
Bung Karno dan KH. Agus Salim. (Foto/congkop.xyz)

Kisah bermula tepat di bulan suci Ramadhan 1383 Hijriah, Hamka harus terkurung di ruang pesakitan. Tuduhan terlibat dalam persekongkolan jahat melawan penguasa membuatnya harus terpisah dan istri dan anak-anaknya, berikut para jamaah Masjid Al-Azhar yang biasa menyimak ceramah-ceramahnya saban subuh.

Tanggal 12 puasa, bertepatan 27 Januari 1964, hari-hari Hamka adalah berteman sepi. Ia dipisahkan dari tahanan lain yang juga dikelompokkan sebagai anasir kontra-revolusi.

Hamka yang terbiasa membaca berasa, kian merasakan sepi itu di penjara. Kelak, permintaannya kepada penguasa, yakni agar ia diizinkan membawa buku-bukunya ke dalam sel, dikabulkan. Bahan-bahan bacaan keislaman inilah yang kelak menemaninya hingga melahirkan Tafsir Al-Azhar.

Rasa sepi yang dirasa itu sejatinya manusiawi. Bahkan, bisa saja, sepi itu berubah menjadi takut; lebih-lebih deraan siksa menanti di ujung waktu. Hamka tak memungkiri soal ini. Tapi tak banyak yang mungkin tahu kalaulah sang dai dan pujangga ini terobati dari rasa sepinya.

Sepi dalam arti tidak merasa hidup sempit seorang diri, dari hari-hari awal di ruangan penjara. Sepi yang bukan karena jenuh tiadanya aktivitas—jenuh ini yang diobati oleh Hamka dengan melanjutkan kebiasaan membacanya.

Malam pertama di sel di Cipanas berasa bakal biasa bagi Hamka. Ia hendak tertidur dengan diawasi para penjaga yang cukup berjarak tempat duduknya. Kepala hendak direbahkan. Tapi ada sesuatu yang ganjil.

4 KOMENTAR

  1. Kalau baca profilnya, buya hamka tuh keren banget. Bagus untuk inspirasi anak muda islam. Karya-karya beliau itu apa saja ya? Ada novel juga ya…Bisa didapat di mana novelnya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here