Siap Salah, Sayang!

Siap Salah, Sayang!
Oleh: Yons Achmad (Pegiat kajian keayahan, tinggal di Depok) Pada malam hening di gedung tanah wakaf pendidikan. Kami para ayah hadir mendatangi guru, mengkaji buku yang terjemahannya “Suamiku, Dengarlah Suara Hatiku” karya Syech Isham Muhammad Asy Syarif. Dalam buku ini, dikisahkan ada salah satu curhatan istri yang kira-kira bunyinya seperti ini: “Suamiku tidak memperlakukanku dengan baik, suamiku tidak menghargaiku, suamiku merendahkanku sampai saya merasa tidak ada harganya. Bahkan saya merasa bagaikan perhiasan yang sudah jatuh.” Dijelaskan oleh Sang Guru, salah satu hal paling sulit dalam berumah tangga, satu diantaranya mengaku salah kepada istri. Sulit. Ego suami begitu besar. BACA JUGA: Jangan Pernah Berani Kampanye LGBT, Jangan! Dalam kajian itu, diberikan semacam trik bagaimana kita coba dan mengerti apa sebenarnya kesalahan dan kekurangan kita sebagai suami. Maka, tanpa pikir panjang. Sebelum antar anak sekolah, saya coba praktikkan arahan sang guru. “Say, dapat tugas dari ustaz nih, bisa nggak dalam selembar kertas ini, tulis kekurangan dan kesalahan-kesalahanku, nanti coba kuperbaiki dech, lima aja." “Wew, kok cuman lima, kok cuman selembar, nggak cukup nih,” katanya meledek. “Waduh,” Tapi, akhirnya dia mau menulis juga. Persisnya begini (Well-well well. Tidak saya edit. Ahai). BACA JUGA: Semalam di Masjid Jogokariyan Pertama, baca Quran belum bagus. Kedua, cara shalatnya bikin gemes, pingin ngebetulin deh aku tuh. Ketiga, kalau jalan diseret kakinya, jadi ga’ sat set. Keempat, kurang sabar ke anak dan istri. Kadang nada bicara tinggi. Kelima, ke luar rumah masih suka lupa menginfokan/pamit. “Fiiuuuh”. BACA JUGA: Kisah Seteru Satu Guru Deg-degan. Saya pikir yang pertama bakal ditulis: “Kamu nggak pinter cari uang”. Ya, maklum, saya akui dalam soal cari nafkah, cari uang, saya kurang cakap. Masih sering kurang. Saya sebenarnya paham ini. Tapi, dia tak menuliskannya di kekurangan atau kesalahan pertama. Tapi, baiklah, akan saya perbaiki semua itu. Sementara, di lembar berikutnya saya tulis. “Kesalahan dan Kekurangan Istri.” Isinya: “Tak Peduli seberapa banyak dan besar kesalahan &kekuranganmu, semua sudah kumaafkan”. Tak perlu saya ceritakan bagaimana tanggapan istri ketika saya menuliskan itu. Yang pasti mengharukan. Begitulah. Tak perlu tinggi-tinggi. Saya hanya sedang ingin mempraktikkan, mengamalkan apa yang disampaikan guru-guru kami. Itu saja. Semoga, dengan begitu keberkahan dalam berumah tangga selalu hadir nyata. [] Semeja, Tanah Baru, Depok 31 Agustus 2022