Shalahuddin Al-Ayyubi, Penakluk Yerusalem

2230

Di Mesir sendiri basis kekuatan Shalahuddin terus di sempurnakan. Salah satu ancaman terbesar setelah menjatuhkan dinasti Fatimiyah adalah dari kelompok Assassin yang masih menyimpan amarah atas jatuhnya dinasti Fatimiyah.  Mereka melakukan teror dalam kekuasaan Shalahuddin. Setidaknya dua kali ancaman pembunuhan serius dialami oleh Shalahuddin dari kelompok ini.

Karena merasa tidak nyaman, dia memutuskan untuk menghancurkan markas kelompok ini yang berada benteng Alamut, Iran. Pada saat itu, Khalifah Abbasiyah telah mengakui kedaulatan wilayah Ayyubiyah. Namun dalam perjalanannya, suatu peristiwa mengejutkan terjadi. Ketika bangun dari tidurnya, ia mendapatkan belati beracun tergeletak di sisinya, dengan pesan agar ia mengurungkan niatnya ke Alamut.

Melihat kenyataan ini, Shalahuddin menyadari bahwa ia sesungguhnya sudah mati bila kelompok ini menghendakinya. Ia kemudian memutar pasukannya kembali ke Mesir, dan mengajukan perdamaian dengan kelompok Assassin.

Setelah menyelesaikan semua urusan dalam negerinya, Shalahuddin kemudian menyatukan semua wilayah Muslim ke dalam satu kesatuan kekuasaannya. Sehingga untuk pertama kalinya, setelah cukup lama berlalu, Umat Islam di wilyah barat dan Afrika berada dalam satu naungan kekuasaan yang solid.

Supremasi kekuasaan Shalahuddin ini ternyata secara perlahan mulai mengganggu eksistensi kekuasaan pasukan Salib yang berkuasa di Yerusalem. Mereka sudah menguasai kota suci ini tak lama sejak Paus Urban mendeklarasikan perang Salib tahun 1095 di Clermont, Selatan Perancis.

Sejak saat itu, mereka nyaris menguasai semua wilayah di sekitar Yerusalem, termasuk jalur-jalur perdagangan di wilayah tersebut. Tapi situasi berubah sejak berdirinya dinasti Ayyubiyah. Belum pernah sebelumnya, mereka di kelilingi wilayah-wilayah Muslim yang bersatu. Sedang di sisi lain, perpecahan yang parah juga terjadi di internal kubu pasukan Salib yang menguasai Yerusalem.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here