Senja untuk Siti (Bagian 4)

1392

“Tentang satu rahasia. Seperti yang pernah aku janjikan. Tapi hanya kepadamu aku bercerita.”

Aku mengangguk pelan. “Aku ingin mengenalmu lebih jauh…”

Tapi dia hanya tersenyum singkat. Kulihat sekilas wajahnya menegang.

“Kenapa?” kataku pelan, mencoba masuk ke dalam matanya. Tapi dia hanya menggeleng pelan. Lelaki aneh! Pikirku. Tapi entah kenapa aku makin penasaran dan ingin tahu lebih jauh tentang lelaki gila dan gondrong ini!

***

Malam seakan merambat cepat. Tentu saja sejak sore tadi aku menunggu dan penasaran dengan janjinya perihal satu rahasia itu.

Tunggu barang lima atau tujuh menit. Nanti aku hubungi. Begitu pesan singkatnya selepas pukul sebelas malam. Ya, dia selalu menghubungiku larut malam. Katanya agar bisa lebih fokus mendengar suara beningku.

“Apa rahasia itu? Segeralah beritahu!” aku jelas makin penasaran dibuatnya.

“Tapi kau janji akan merahasiakannya dari yang lain, termasuk Jimy?”

“Janji.”

Maka dia lekas bercerita bahwa rahasia ini soal ruang mimpi. Malam ini, aku diminta untuk masuk dalam mimpinya.

Caranya? Jelas aku tambah penasaran. Meski hati kecilku mengatakan dia pasti sedang membual. Tapi, seolah dia tahu apa yang aku pikirkan.

(Bersambung…)


Redaksi menerima tulisan berupa cerpen atau novel dari para pembaca untuk dimuat di rubrik Hikayat setiap akhir pekan. Kirimkan tulisan Anda ke email: [email protected]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here