Senja untuk Siti (Bagian 3)

974
Ilustrasi Senja. Foto: phinemo.
Ilustrasi Senja. Foto: phinemo.

Muslim Obsession – Aku sudah kebal. Kataku berusaha tak lagi membuat dia melancarkan pujian-pujian padaku, meski pada kenyataannya aku senang dipuji. Percayalah, dia pandai sekali dalam hal menggodaku. Tentu saja dia berbeda dengan Jimy.

Tapi untuk kali ini aku tak mau membahas Jimy. Bukan apa-apa, aku tak ingin membuat lelaki gila yang ada di seberang sana tersakiti. Sebab aku tahu, wajahnya akan berubah mendung bila aku membahas Jimy.

Entah kenapa aku selalu mempunyai kekuatan penuh untuk membela lelaki gila yang baru aku kenal ini? Ya, di depan Jimy aku selalu menyembunyikannya. Tidak. Lebih tepatnya aku selalu membelanya ketika pertengkaran antara aku dan Jimy pecah.

Kurasa lelaki gila itu tak bersalah dan aku tak mau membawanya lebih jauh. Cukuplah ini jadi urusan antara aku dan Jimy saja.

“Kenapa kau selalu membela lelaki sinting itu?” pernah suatu kali Jimy murka di hadapanku ketika kami sedang makan malam di sebuah kafe kecil. “Kau benar-benar tidak punya otak! Kau calon istriku, tapi masih saja berhubungan dengan dia!” aku tak berani menatap mata Jimy yang mulai merah.

Untung kami memilih tempat duduk paling pojok dan lagi pula tak banyak pengunjung datang malam ini. Sebenarnya bisa saja aku melawan Jimy. Tapi aku tak mau malam ini jadi tambah kacau. Maka kubiarkan Jimy melampiaskan semua amarahnya padaku.

Aku hanya bisa menangis tersedu-sedu. Tidak. Aku bukan menangis karena kalah dalam adu argumen, tapi kalah oleh tekanan-tekanannya yang aku rasa mulai membatasi gerak hidupku.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here