Senja untuk Siti (Bagian 1)

991

Aku sedang terdampar di kotamu, dekat toko bunga Amigos yang sudah tua. Bukankah kau pernah bilang, rumahmu dekat toko bunga ini? Boleh aku mampir? Mungkin sambil meminta seteguk air? Aku haus Siti.

HAH?! Malam-malam begini dia ada di dekat rumahku? Hei ada maksud apa dia bertamu? Adakah keperluannya amat penting? Selain membahas soal cinta dan rasa kangen? Aku rasa dia sudah menebak jika jam-jam sekarang aku belum tidur. Ya, aku memang punya kebiasaan tidur agak larut.

Lantas aku segera mengiriminya pesan. Tunggu di sana. Aku izin Papa-Mama dulu.

Letak rumahku dari penjual toko bunga itu memang cukup dekat. Hanya rentang lima puluh meter dari Dusun Waringin, tempat tinggalku.

Alangkah terkejutnya ketika aku mendapati wajah lelaki itu penuh peluh dan terlihat sangat lelah.

“Naik apa ke sini?” tanyaku sambil terus memperhatikan wajahnya. Napasnya naik-turun.

“Jalan kaki.” Katanya mantap sambil menyalamiku dan mata kirinya dinaikkan sedikit. Ah, genit sekali dia!

“Hah?! Jalan kaki? Serius?!” Aku tak percaya.

(Bersambung…)


Redaksi menerima tulisan berupa cerpen atau novel dari para pembaca untuk dimuat di rubrik Hikayat setiap akhir pekan. Kirimkan tulisan Anda ke email: [email protected]

1
2
BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here