Muslim Obsession – AKU pikir lelaki itu sudah gila. Paling tidak itulah yang aku rasakan selama mengenalnya beberapa Minggu belakangan ini. Aku mengenalnya dari suatu pertemuan pada sebuah perhelatan bedah buku puisi di Sanggar Kreatif.
Dia pernah bilang, suatu saat akan memberitahukan satu rahasia besar padaku: dia berjanji akan menunjukkan cara bagaimana bisa masuk dalam mimpinya.
Tapi itu akan dikatakannya nanti. Yang terdekat dia akan mengukur jalan menuju rumahku sekitar enam puluh lima kilo meter dengan berjalan kaki. Aku pikir dia sedang meracau. Ah, omongannya tak perlu didengar terlalu serius.
Aku serius! Katanya. Kulihat wajahnya mengeras.
Berikutnya kami bertukar nomor ponsel dan saling berkirim pesan.
Namun berapa hari kemudian, ketika aku tak lagi mendapati pesan singkatnya bersarang di ponselku, lelaki itu mengabari lagi pada pukul sepuluh malam lewat sembilan menit.
