Sebutir Nasi yang Membuat Habib Luthfi Terdiam

1016
HABIB LUTHFI YAHYA
Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Aly bin Yahya. (Foto: Jatman)

Muslim Obsession – Dalam perjalanan mencari ilmu, Habib Lutfi Bin Yahya berjumpa dengan seorang Kiai Sepuh.

Romo Habib muda terheran saat menyaksikan akhlak kiai sepuh yang mengambil butiran nasi yang terjatuh saat sedang dhahar (makan), untuk dikembalikan ke piring dan dimakan kembali.

“Kenapa harus diambil, Yai? Kan cuma nasi sebutir,” ujar Habib Luthfi.

“Lho, jangan dilihat sebutir nasinya, Yik. Apa kamu bisa bikin nasi sebutir ini, bahkan seperseribu menir saja?”

BACA JUGA: Beredar Foto Habib Luthfi Temui Ustadz Maaher di Rutan Sebelum Meninggal

Terdiamlah Romo Habib muda. Kiai sepuh melanjutkan.

“Ketahuilah, Yik. Pada saat kita makan nasi, Allah telah menyatukan banyak sekali peran. Mulai dari mencangkul, menggaru, meluku, menanam benih, memupuk, menjaga hama hingga memanen ada jasa banyak sekali hamba Allah di sana.”

“Ketika ada satu butir nasi, atau menir sekalipun yang jatuh, ambillah. Jangan mentang-mentang kita masih banyak cadangan nasi. Itu bentuk dari takabur dan Allah tidak suka dengan manusia yang takabur. Selama jatuh tidak kotor dan tidak membawa mudharot bagi kesehatan kita, ambillah, satukanlah dengan nasi lainnya, sebagai bagian syukur kita”.

BACA JUGA: Habib Luthfi Minta Masyarakat Indonesia Mau Belajar dari Sebutir Nasi

Romo Habib muda pun menyimak lebih dalam.

“Karena itulah ketika akan makan, diajarkan doa: Allahumma barik lana. Bukan Allahumma barik li, walau sedang makan sendirian.”

Lana itu maknanya untuk semuanya, mulai petani, pedagang, pengangkut, pemasak hingga penyaji, semuanya termaktub dalam doa tersebut. Jadi doa itu merupakan ucapan syukur serta mendoakan semua orang yang berperan dlm kehadiran nasi yang kita makan.”

BACA JUGA: Habib Luthfi: Dakwah Nabi Tak Pernah Merendahkan Orang Lain

“Dan satu lagi, mengapa wong makan kok ada doa: waqina ‘adzaban nar. Apa hubungan makan dengan neraka? Kan gak nyambung.”

Inggih, Yai. Kok bisa ya?” tanya Habib Luthfi.

“Begini, Yik. Kita makan ini hanya wasilah. Yang memberi kenyang itu Allah. Kalau kita makan dan menganggap bahwa yang mengenyangkan kita adalah makanan yang kita makan, maka takutlah, itu akan menjatuhkan kita dalam kemusyrikan. Dosa terbesar bagi orang beriman.”

“Bayangkan saja, Yik. Jika kita makan dan minum tapi tidak hilang rasa lapar dan dahaga kita karena tidak dikehendaki Allah, apalah jadinya?”

 

Sumber: Ulama Nusantara

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here