Sebelum Abu Bakar, Orang Nasrani dan Yahudi Lebih Dulu Mengimani Kenabian Muhammad

919

Jakarta, Muslim Obsession – Banyak orang menyebut sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang pertama yang mengimani kenabian Muhammad Saw. Namun ada juga yang menyatakan, bahwa bukan Abu Bakar orang pertama mengimani kenabian Muhammad, melainkan ada sosok Siti Khadijah yang merupakan istri Nabi.

Dalam beberapa literatur sejarah disebutkan Khadijah sudah mengimani kenabian Muhammad sejak sebelum menikah. Bahkan sejak ia mendengar ada seorang pria Arab dari keturunan Quraish yang bernama Muhammad. Sejak itu, Khadijah sangat ingin mendekatinya.

Tidak hanya Khadijah, orang-orang yang pertama mengimani kenabian Muhammad juga datang dari seorang pendeta Yahudi dan Kristen. Dialah Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul ‘Uzza. Waraqah adalah ahli Bible, penganut Kristen Nestorian yang tinggal di Makkah.

Waraqah mengimani kebenaran risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW . Hanya saja, beberapa hari setelah kenabian, beliau wafat.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang berjudul “Sejarah Hidup Muhammad” menceritakan ketika Nabi Muhammad SAW ketakutan usai menerima wahyu pertama kali, Siti Khadijah menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal.

Khadijah menceritakan apa yang pernah dilihat dan didengar Nabi Muhammad dan menceritakan pula apa yang dikatakan suaminya itu kepadanya. Waraqah menekur sebentar, kemudian katanya:

“Maha Kudus Ia, Maha Kudus. Demi Dia yang memegang hidup Waraqah. Khadijah, percayalah, dia telah menerima Namus Besar seperti yang pernah diterima Musa. Dan sungguh dia adalah Nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya tetap tabah.”

Di waktu yang berbeda, pada saat Rasulullah pergi akan mengelilingi Ka’bah, Waraqah bin Naufal menjumpainya. Sesudah Nabi Muhammad menceritakan keadaannya, Waraqah berkata: “Demi Dia Yang memegang hidup Waraqah. Engkau adalah Nabi atas umat ini,” katanya.

“Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang pernah disampaikan kepada Musa. Pastilah kau akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan akan diperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahuiNya pula,” lanjutnya.

Lalu Waraqah mendekatkan kepalanya dan mencium ubun-ubun Nabi Muhammad. Rasulullah pun segera merasakan adanya kejujuran dalam kata-kata Waraqah itu, dan merasakan pula betapa beratnya beban yang harus menjadi tanggungannya.

Namun takdir Allah berhendak lain. Waraqah meninggal pada tahun 610 M, tidak lama setelah Nabi Muhammad menerima wahyu pertama.

Pendeta Yahudi

Jauh sebelum Waraqah, seorang rahib Yahudi bernama Buhaira justru lebih dulu mengimani Kenabian Muhammad. Tentu ada yang masih ingat cerita ketika Muhammad kecil belum diangkat sebagai Nabi dan Rasul). Saat Nabi berusia 12 tahun, dia diajak berdagang ke Bushra, wilayah antara Syam dengan Hijaz oleh Pamanya Abu Thalib.

Tak disengaja dalam perjalanan Nabi bertemu dengan seorang rahib Yahudi bernama Buhaira. Buhaira kala itu takjub melihat Nabi Muhammad dan mengatakan melihat kenabian di diri Rasul ketika awan dan pohon ikut menaungi Nabi dalam perjalanan berdagang.

Dalam kitab Sirah Nabawiyyah karya Muhammad Ridha dijelaskan, Buhaira dikenal sebagai seorang pendeta yang menguasai ilmu falak dan perbintangan.

Saat perjumpaan itu, dia memperhatikan Nabi Muhammad secara saksama dan mengajaknya bicara. Setelah pembicaraan itu selesai, Buhaira menemui Abu Thalib dan menyampaikan pertanyaan kepadanya,

“Apa hubungan anak itu denganmu?”

Abu Thalib menjawab, “Dia putraku.”

(Abu Thalib menyebut Nabi Muhammad sebagai putranya karena begitu besar cinta dan sayang kepadanya).

Buhaira menukas, “Dia bukan putramu. Tidak mungkin ayah anak ini masih hidup.”

Abu Thalib akhirnya mengaku, “Dia keponakanku.”

“Apa yang terjadi pada ayahnya?” tanya Buhaira.

“Dia meninggal saat ibunya masih mengandungnya,” jawab Abu Thalib.

“Engkau berkata benar. Sekarang, segera bawa pulang anak ini kembali ke negerimu dan jagalah dia dari orang Yahudi. Karena, demi Allah, jika mereka melihatnya di sini, pasti mereka akan berbuat jahat kepadanya. Ketahuilah, keponakanmu ini kelak akan memegang urusan yang sangat besar.” Mendengar penjelasan Buhaira, Abu Thalib bergegas membawa Nabi Muhammad pulang ke Makkah” (Syekh Said Ramadhan al-Buthi, Fiqhus Sirah Nabawiyah, [Beirut: Dar al-Fikr 2020], ha 63).

Syekh al-Buthi mengatakan, kisah pertemuan Rasulullah dengan Buhaira yang diriwayatkan oleh semua ulama ahli sejarah, juga oleh Imam at-Tirmidzi dari Abu Musa al-Asy’ar menunjukkan bahwa Ahli Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, memiliki pengetahuan tentang kenabian Muhammad dan tanda-tandanya.

Baik pendeta Waraqah dan Buhaira adalah orang-orang yang percaya ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa tentang Keesaan Allah. Bahwa tidak ada Tuhan Selain Allah. Mereka berpegang teguh pada ajaran Alkitab, yakni Taurat dan Injil yang memang sudah memberi kabar tentang adanya Nabi akhir zaman, yakni Muhammad Saw. (Al)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here