Satu Abad NU, Haedar Nashir: Semoga Jadi Ormas Islam yang Makin Digdaya

223
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir. (Foto: muhammadiyah)

Jakarta, Muslim Obsession – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan ucapan selamat memperingati Hari Lahir 1 Abad Nahdlatul Ulama atau NU yang diselenggarakan di Sidoarjo, Jawa Timur pada Selasa 7 Januari 2023.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berharap NU menjadi ormas Islam Indonesia yang bangkit, makin digdaya sebagaimana spirit yang terkandung dalam tema 1 Abad NU, yakni Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad ke-2 menuju Kebangkitan Baru.

“Ibarat kesaktian atau kedigdayaan para pendekar bukan hanya pada kekuatan ragawi, melainkan juga rohani dalam wujud keluhuruan batin, welas asih, kebijaksanaan, membela yang terzalimi, serta tegak lurus atas kebenaran dan kebaikan yang utama,” kata Haedar dalam keterangannya.

Menurut dia, sebagaimana komitmen Pengurus Besar NU (PBNU) dalam menyambut satu abad dengan semangat “kebangkitan baru”, NU membawa spirit para mujadid (pembaharu) yang lahir setiap 100 tahun. Maka, etos kemajuan menjadi modal utama kebangkitan dan kemajuan.

Ia berharap NU makin hadir memperbarui dan membangkitkan kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia menuju keunggulan berlevel khaira ummah sebagaimana pesan Al-Qur’an.

“NU yang makin dekat dengan umat dalam spirit ukhuwah islmiah (persaudaraan sesama umat Islam) yang autentik juga makin memperkokoh ukhuwah wataniah (persaudaraan sebangsa), dan ukhuwah basyariah (persaudaraan kemanusiaan) di tingkat yang lebih luas,” kata Haedar Nashir.

NU dan Muhammadiyah Pilar Strategis Islam Indonesia

Haedar Nashir mengatakan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah merupakan dua pilar strategis Islam di Indonesia.

“NU dan Muhammadiyah dengan kekhasannya masing-masing merupakan dua pilar strategis Islam Indonesia yang dalam perjalanan sejarahnya telah memahat pandangan dan praktik keagamaan yang kokoh, moderat, maju, dan menebar kemaslahatan yang luas dalam orientasi Islam rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam),” kata Haedar.

NU dengan spirit merawat tradisi, sementara Muhammadiyah dengan orientasi reformasi budaya, menurut Haedar, secara sinergis telah menjelma menjadi penjaga bangunan keindonesiaan yang mengintegrasikan agama, Pancasila, serta kebudayaan luhur bangsa.

“Keduanya menjadi kekuatan penjaga bandul keseimbangan dan jalan tengah dalam proses integrasi keumatan dan kebangsaan secara harmoni, damai, dan konstruktif dalam kehidupan keindonesiaan yang Bhinneka Tunggal Ika,” ujar dia.

Ia berharap NU dan Muhammadiyah menjadi jalan tengah integrasi keumatan dan kebangsaan. (Al)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here