Sang Pejalan di Pinggir

1645

Oleh: Nasihin Masha (Wartawan Senior)

Harganya Rp 6.100,00. Saya membelinya di bursa buku Shopping Center. Tahun 1987. Ya buku itu terbit Juli 1987. Penerbitnya Mizan. Sejak itu saya mengenal namanya: Agus Edi Santoso. Sejak dulu saya terbiasa membaca halaman di balik halaman judul. Isinya judul buku, penulis buku, pemegang copy right, nama penerbit, alamat penerbit, tahun terbit, judul asli (jika itu buku terjemahan), cetakan ke berapa, nomor ISBN, desainer sampul buku, penerjemah (jika itu buku terjemahan), dan penyunting buku. Saya bahkan termasuk orang yang menilai buku dari nama penyunting bukunya, bukan sekadar nama penulisnya. Misalnya Hernowo, penyunting legendaris Mizan.

Baca juga: 

Agus, Wong Cilik, dan Muhammadiyah

Agus (Lenon) Eddy Santoso Sahabat Kiri yang Islami

Saat itu Mizan sedang membuat serial tulisan cendekiawan muslim Indonesia. Judul buku yang disunting Agus adalah Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan. Itulah kumpulan tulisan Nurcholish Madjid. Rupanya, sebagai editor majalah HMI, Agus yang pelahap buku dan tulisan-tulisan bermutu serta gagasan-gagasan besar tentang Indonesia dan pemikiran tentang kenegaraan dan kemasyarakatan, mengoleksi makalah-makalah Cak Nur.

Inilah buku yang berisi gagasan-gagasan besar Cak Nur, bahkan menjadi buku Cak Nur yang paling berpengarug. Buku ini mengalami cetak ulang berkali-kali, terakhir terbit pada 2013. Jika sebelumnya dikatapengantari M Dawam Rahardjo saja maka pada edisi baru ada tambahan kata pengantar oleh Anies Baswedan.

Sebagai mahasiswa sosiologi di tahun kedua saya menyukai tulisan-tulisan Cak Nur, karena Cak Nur banyak menggunakan perspektif sosiologi dalam membahas berbagai masalah. Karena itu buku tersebut saya lahap habis.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here