Sabar di Pukulan Pertama

1478
Diorama peristiwa G30S/PKI yang berada di Museum Jenderal Besar Dr. AH. Nasution Jakarta. (Foto: OMG)

Muslim Obsession – “Ade, Mama ikhlas Ade pergi..”

Kalimat itu menjadi yang terakhir dibisikkan Johana Sunarti Nasution sebelum putri bungsunya ‘pergi’. Petang itu, 6 Oktober 1965, Ade Irma Suryani Nasution menutup mata setelah mendapat perawatan selama 5 hari di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Tiga timah panas yang dihamburkan pasukan Tjakrabirawa bersarang di tubuh mungilnya.

Gadis kecil usia lima setengah tahun itu berpulang, meninggalkan duka mendalam. Tidak hanya bagi keluarga Jenderal AH Nasution, melainkan juga bagi rakyat Indonesia. Pak Nas tak kuasa menahan tangis saat Ade dikebumikan. Sebaris kalimat pun ia tuliskan di batu nisan: “Anak saya yang tercinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ayahmu”.

Ya, Ade Irma menjadi perisai saat Pak Nas menjadi target utama dalam peristiwa Pengkhianatan G30S. Alih-alih menembak Pak Nas, peluru pasukan Cakrabirawa justru merenggut nyawa Ade Irma bersama Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean.

Pierre, sang ajudan jenderal, ditangkap oleh gerombolan G30S yang mengira dirinya sebagai Nasution karena kondisi rumah yang gelap. Tendean dibawa ke sebuah rumah di daerah Lubang Buaya. Ia ditembak mati dan mayatnya dibuang ke sebuah sumur tua bersama enam jasad perwira lainnya.

Peristiwa yang terjadi pada 1 Oktober 1965 pagi itu tak mungkin dilupakan. Disaksikan Pak Nas, tubuh Ade Irma bersimbah darah dalam pelukan Johana. Keduanya luput dari sasaran, namun putri kecilnya yang menjadi korban.

“Buat papa itu berat sekali. Cuma papa kan orang yang beragama, beliau tahu jika sudah diminta Allah, ya dikembalikan. Begitu saja,” kenang putri sulung Pak Nas, Hendrianti Sahara Nasution atau akrab disapa Yanti Nasution.

Pak Nas yang dikenal taat dan memiliki pengetahuan agama sangat baik menyadari bahwa Allah tengah mengujinya. Ia bersabar. Bahkan sikap ini dimantapkannya ketika ia pertama kali melihat tubuh si bungsu terkulai lemah karena kehabisan darah yang terus keluar saat ditembus peluru.

“Sabar itu ada pada pukulan pertama”. Sepotong hadits yang diingat Pak Nas ini makin menguatkan sikapnya. Ia harus bersabar. Semuanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Sikap Pak Nas tersebut direkam betul oleh Yanti. Bahkan tak hanya Pak Nas, sang mama pun memiliki sikap yang sama.

“Keduanya punya prinsip. Ibu saya juga bilang, kalau nangis ya kita nangis saja di kamar mandi, nggak usah dikasih lihat. Orang hanya bisa bilang apa, tapi kita harus tetap tegar dan sabar,” jelas Yanti.

Wafatnya Ade Irma menimbulkan tekad kuat. Tak ada istilah down atau meratap. Sebaliknya, untuk mengenang Ade Irma, Pak Nas dan istri membuat Yayasan Kasih Ade untuk menolong orang banyak melalui program beasiswa dan lain-lain. Melalui cara itu pula Pak Nas dan istri mendidik Yanti untuk memiliki karakter kuat dan senang membantu orang lain.

“Kalau kita bilang, kita sedih. Tapi toh nggak bisa menolong kan? Yang harus berbuat ya kita sendiri dan kalau kita bisa membantu orang lain atau kita lihat sekitar kita, masih banyak kok yang lebih susah dari kita, dan kita harus survive terus. Jadi saya diajarkan begitu, kita harus survive terus,” tegas Yanti.

Kesabaran yang dimiliki Pak Nas, diyakini Yanti merupakan buah dari latar belakang agama yang kuat. Dari penuturan papanya, Yanti mengetahui bahwa sejak kecil Pak Nas belajar agama secara ketat. Setelah beliau sekolah SD, siangnya belajar mengaji, di samping belajar tentang bagaimana tata cara dalam agama.

Di sini Pak Nas juga belajar membaca Al-Quran dan sejarah, sehingga ia banyak mendengar cerita-cerita kepahlawanan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Dari sinilah Pak Nas belajar tentang sikap jiwa kepahlawanan, sehingga ingin mencontoh kepahlawanan dari sosok nabi yang sangat dikaguminya tersebut. (Ditulis Imam Fathurrohman)


** Ditulis dalam rangka Mengenang 101 Tahun Jenderal Besar TNI (Purn) Dr. AH. Nasution. Acara peringatan digelar Obsession Media Group (OMG) di Museum Jenderal Besar Dr. AH. Nasution, Jumat 20 Desember 2019.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here