Rompi Penurun Suhu jadi Pertolongan Pertama Pasien Heat Stroke

237

Muslim Obsession – Pada musim haji tahun 2022, Kementerian Kesehatan memanfaatkan teknologi carbon cool yang didesain menjadi set rompi penurun suhu untuk penanganan kasus heat stroke pada jamaah haji di Armuzna.

Rompi ini juga akan digunakan oleh petugas kesehatan yang bertugas di wilayah armuzna sebagai tindakan pencegahan. Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr. Budi Sylvana, MARS.

”Rompi penurun suhu ini merupakan inovasi pelayanan kesehatan di musim haji 1443 H, untuk penanganan kasus heat stroke yang mungkin terjadi di musim haji 2022 ini,” ujar dr.Budi.

Sebanyak 10 jaket sudah disiapkan untuk petugas, sementara 20 jaket disiapkan untuk pertolongan pertama pada Jamaah heat stroke.

Tim dokter Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, sekaligus tim peneliti Dr dr Rr Suzy Indharty MHA MKes SpBS(K)-Spesialis bedah saraf konsultan tumor otak dosen Fak.kedokteran USU Medan kolaborasi dg dosen Fak.tehnik UNS solo, mengatakan bahwa pengukuran suhu dan tanda vital jamaah menjadi parameter dalam penggunaan rompi set ini.

”Suhu diukur secara continues, dan akan dihentikan setelah suhu pasien turun mencapai 38 derajat, untuk kemudian diberikan terapi standar lainnya,” ujar dr. Suzy.

Penggunaan tekno cool bukan tanpa sebab. Daya tahan dingin yg lama dan titik leleh menjadi alas alasan utama teknologi ini digunakan.

”Bisa bertahan 8-12 jam, jauh lebih lama dibandingkan dengan penggunaan es atau ice gel, tidak cepat mencair, dan tidak basah,” tambahnya.

“Dalam penggunaanya, pasien akan dipakaikan rompi lengkap dengan decker untuk meredam saraf-saraf sensorik yang banyak dibagian tubuh terbuka yang tersengat matahari yaitu bagian lengan, paha, dan betis. Dalam keaadaan emergency, techno cool bisa langsung ditempelkan di tubuh pasien,” tambah dr. Suzy.

Koordinator Surveilans PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan Prof. Rustika, SKM, MSi memastikan teknologi Ini sangat dibutuhkan untuk penanganan heat stroke pada Jamaah Haji. Inovasi ini perlu mendapatkan dukungan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional agar dapat digunakan secara massal.

”Teknologi dan inovasi baru dalam penanganan heat stroke sangat dibutuhkan. Pengembangan penelitian selanjutnya dilakukan dengan kolaborasi dengan BRIN, bagaimana bisa digunakan selanjutnya karena cuaca terlalu panas di Arab Saudi mencapai 50-60 c dan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas heat stroke dan komplikasinya,” kata Prof Rustika.

 

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here