Kisah Tokoh Pemberani Ki Bagus Hadikusumo yang Makamnya Menghilang

Muslim Obsession - Nama Ki Bagus Hadikusumo seharusnya tidak asing lagi di telinga. Terlebih bagi masyarakat Yogyakarta, tokoh pejuang kelahiran 24 November 1890 itu adalah putra Kauman yang menjadi sosok penting dalam merintis berdirinya tanah air. Kala itu, ketika ketegangan mengemuka dalam perumusan dasar negara, Ki Bagus Hadikusumo tampil menunjukkan kebijaksanaan dan keberaniannya. Titik krusial ketegangan itu ialah pada perumusan sila pertama Pancasila dalam Piagam Jakarta yang berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Ternyata, poin tersebut dinilai hanya mengakomodasi kepentingan golongan Islam. Karenanya, masyarakat Indonesia Timur yang notabene didominasi umat Kristiani meminta pasal tersebut diganti. Dari sana, potensi perpecahan pun muncul apabila tetap memaksakan sila ini tetap ada. Padahal, pada saat itu golongan Islam sedang gigih mengusung konsep negara Islam sebagai dasar negara. Salah satu tokoh yang mendukung ialah Ki Bagus Hadikusumo, yang ketika itu menjabat Ketua Umum Muhammadiyah. Maka ketika sidang BPUPKI berlangsung pada 31 Mei 1945, beliau dengan berani dan lantang melontarkan konsep “membangun negara di atas dasar ajaran Islam”. Bagi Ki Bagus, Islam adalah yang terbaik bagi bangsa Indonesia. Apalagi jika dirunut secara sosio historis, tradisi Islam telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Akan tetapi karena mempertimbangkan kemaslahatan yang lebih besar, dengan berbesar hati, mau tidak mau Ki Bagus menerima usulan untuk mengubah pasal tersebut. Akhirnya, tujuh kata yang menyerukan untuk menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dihapus dan diganti dengan redaksi yang lebih mengakomodasi golongan non-Islam seperti yang kini kita kenal: Ketuhanan yang Maha Esa.
Benarkah Makam Ki Bagus Hadikusumo Menghilang? Bak ditelan bumi, makam tokoh pejuang bangsa Ki Bagus Hadikusumo dinyatakan menghilang beberapa tahun lalu. Padahal, tokoh Muhammadiyah tersebut baru saja mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah lewat Keputusan Presiden (Keppres) 116/TK Tahun 2015. Meski demikian, menghilangnya makam Ki Bagus ini dianggap hal biasa bagi warga Muhammadiyah di Yogyakarta, terutama yang tinggal di Kauman. Bahkan cucu Ki Bagus Hadikusumo, Gunawan Budianto menegaskan makam kakeknya itu masih berada di kompleks pemakaman di Pakuncen, Wirobrajan, Kota Yogyakarta. Menurutnya, pihak keluarga masih mengetahui secara persis lokasi tempat kakeknya itu dimakamkan. Walaupun memang Gunawan pun mengakui, lokasi makam kakeknya itu memang telah digunakan oleh orang lain. Setidaknya, sudah dua jenazah yang telah dimakamkan di lokasi makam salah satu anggota dari BPUPKI/PPKI tersebut.

Pahlawan perintis Kemerdekaan Nasional Indonesia ini ialah putra ketiga dari lima bersaudara Raden Haji Lurah Hasyim, seorang abdi dalem putihan agama Islam di Kraton Yogyakarta.
Seperti umumnya keluarga santri, Ki Bagus mulai memperoleh pendidikan agama dari orang tuanya dan beberapa Kiai di Kauman. Setelah tamat dari ‘Sekolah Ongko Loro’ (tiga tahun tingkat sekolah dasar), Ki Bagus belajar di Pesantren Wonokromo, Yogyakarta. Di Pesantren ini ia banyak mengkaji kitab-kitab fiqh dan tasawuf.
Dalam usia 20 tahun Ki Bagus menikah dengan Siti Fatmah (putri Raden Haji Suhud) dan memperoleh enam anak. Salah seorang di antaranya ialah Djarnawi Hadikusumo, yang kemudian menjadi tokoh Muhammadiyah dan pernah menjadi orang nomor satu di Parmusi.
(Vina - Berbagai Sumber)
Dapatkan update muslimobsession.com melalui whatsapp dengan mengikuti channel kami di Obsession Media Group